Sabtu, 30 April 2016

Potret Kemiskinan Masyarakat Melayu dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

Oleh: Fitria 
Abstract

This research entitled Portrait of Poverty of Malay People Andrea Hirata’s novel Laskar Pelangi : A Study of Sociology of Literature aims to understand this Laskar Pelangi novel as a mirror of people’s social problem of Malay Belitung social people’s condition undergoing poverty and factors making poverty.
Besides that, this research also aims to express solution given by a Laskar Pelangi author to overcome poverty of Malay people.
The poverty can be seen from fever facilities of education and health and children exploitation existed as well. The poverty happens because of structural and cultural factors. The structural factor make a structural poverty, that is a poverty happened in a social class since there is a social structure, the people thus cannot participate to use income sources provided for them, while the cultural factor existed because of unproductive traditional pattern of Malay people, no will to compete, and proletarianization. They make them submit to their fate towards condition, no invention, and pessimistic.
Keyword: Sociology of Literature, poverty, social structure, traditional pattern


Pendahuluan
Salah satu bentuk kondisi sosial masyarakat yang diceritakan  pengarang sebagai bentuk penghayatan terhadap kehidupan adalah kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dilihat dari beberapa dimensi: pertama, dimensi ekonomi berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat material seperti pangan, sandang,  perumahan, kesehatan; kedua, kemiskinan berdimensi sosial dan budaya yang akan membentuk kantong budaya. Budaya kemiskinan menyebabkan terlembaganya nilai apatis, apolitis, fatalistik, dan ketidakberdayaan. Selanjutnya kemiskinan berdimensi struktural, kemiskinan ini karena adanya sarana untuk ikut dalam proses politik. Struktur sosial masyarakat merugikan kelas golongan bawah karena tidak bisa ikut dalam sumber-sumber produksi yang tersedia bagi mereka (Ellis dalam Setya, 1995:31).

Kemiskinan dari beberapa dimensi itu tercermin dalam Laskar Pelangi (selanjutnya disebut LP) yang ditulis oleh Andrea Hirata. Laskar Pelangi merupakan karya pertama Andrea Hirata diterbitkan oleh Yayasan Bentang Yogyakarta. Sejak diterbitkan September 2005 Laskar Pelangi telah mengalami sembilan belas kali cetak ulang  yang menjadi best seller selama kurun waktu dua tahun. Kepopuleran novel ini telah sampai ke negeri Malaysia dan Singapura, bahkan akan diterbitkan di beberapa negara di Eropah (Tempo,13 januari 2008). Selain itu, novel LP telah membuat Riri Reza dan Mira Lesmana menggarapnya menjadi film layar lebar yang berjudul Laskar Pelangi  mulai dtayangkan September 2008.

Kehadiran novel LP menjadi fenomena tersendiri dalam kancah perkembangan sastra di Indonesia karena berlatarkan suatu tempat yang sebelumnya belum ditemui dalam perkembangan sastra Indonesia. Sumarjo (dalam S. Karni, 2007 : 28) daya tarik novel LP karena menceritakan daerah yang hampir tak pernah masuk dalam pengetahuan sastra Indonesia, yaitu Pulau Belitung. 

Laskar Pelangi  menceritakan kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat Melayu Belitung yang hidup dalam kemiskinan. Masyarakat Melayu Belitung  hidup berdampingan dengan komunitas Perusahaan Negara Timah (selanjutnya dibaca PN. Timah) yang menguasai penuh penambangan timah di Belitung.  Kehidupan orang-orang PN. Timah lebih baik dan sejahtera dibandingkan masyarakat Melayu Belitung. 

Kemiskinan  masyarakat Belitung terjadi karena belum mendapatkan keadilan dalam bidang pekerjaan. PN. Timah memperkerjakan masyarakat Belitung sebagai buruh dan pekerja kasar yang mengakibatkan masyarakat Belitung masih mengalami kemiskinan absolut. Kemiskinan yang berhubungan dengan pendapatan yang  diterima hanya cukup untuk membeli makan, tetapi belum bisa meningkatkan kesejahteraan. 

Kemiskinan ini menyebabkan masyarakat Melayu Belitung tidak mendapatkan fasilitas yang memadai dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dengan adanya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tidak ditunjang oleh  fasilitas yang memadai seperti,  bangunannya terbuat dari kayu yang sudah rapuh sehingga hampir roboh. 

Penuturan Andrea dalam LP merupakan gambaran kisah nyata yang telah dikemas dalam bentuk sastra (Tempo, 23 Januari 2008). Cerita LP berawal dari catatan-catatan masa kecil Andrea yang diilhami oleh pengalamannya ketika bersekolah di SD Muhamadiyah Belitung. Kemudian dikembangkan Andrea menjadi cerita rekaan yang imajinatif sesuai dengan pandangan mengenai manusia dalam menangkap fenomena yang ada di sekililingnya. 

Potret kemiskinan dalam LP ini meliputi lingkup kemiskinan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Melayu di Indonesia yang masih berada dalam kemiskinan. Komunitas masyarakat Melayu sebagian besar kehidupannya masih berada di pedesaan tidak memiliki etos kerja yang tinggi dan berpendidikan rendah. Isjoni (2000 : 45) mengatakan sejak kedatangan imperialisme Barat di tanah Melayu  menilai bahwa orang Melayu itu ”orang kampung” yang memiliki sifat pemalas, etos kerja rendah, cepat merasa puas, suka hidup santai, tidak produktif, tidak mempunyai keinginan untuk bersaing, tetapi mempunyai perasaaan dengki dan iri atas kelebihan orang lain.

Kemiskinan dalam novel  LP ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Melayu Belitung tidak mendapatkan pekerjaan layak, kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik, kebutuan kesehatan dan hak untuk berinovasi. Kemiskinan di daerah Melayu Belitung ini terjadi karena sebagian besar sumber kekayaan alamnya sejak dulu telah dikuasai oleh kelompok pendatang.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dibicarakan selanjutnya kenapa masyarakat Melayu Belitung mengalami kemiskinan sementara daerahnya memiliki kekayaan sumber daya alam Selain itu kenapa masyarakat Melayu Belitung hanya menggantungkan hidupnya sebagai buruh sementara upah yang diterimanya kecil , dan bagaimana solusi yang diberikan pengarang untuk mengatasi kemiskinan. Permasalahan ini dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra yang dibantu dengan analisis unsur latar, penokohan, alur, dan tema.

Rumusan kemiskinan dalam penelitian ini berdasarkan kehidupan manusia dalam karya sastra. Ketika menyerap suatu peristiwa yang ada di sekitarnya seorang pengarang akan menciptakan dunianya sendiri sesuai pandangannya mengenai manusia, setelah itu dituangkannya ke dalam karya sesuai proses kreatifnya (Swingewood, 1972:14). Persoalan sosial yang diungkapkan pengarang dalam LP bagaimana individu menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada di lingkungannya yang telah menyebabkan kemiskinan. 

Sumber: Jurnal Mlangun


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...