Oleh: Ristanto
Abstrak
Bahasa Kubu digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh komunitas orang Kubu di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Kabupaten Sorolangun, Provinsi Jambi. Bergabungnya prefiks bahasa Kubu dengan bentuk dasar menyebabkan terjadinya gejala morfofonemik, seperti perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem.
Bahasa Kubu mempunyai fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem vokal bahasa Kubu berupa: /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. Fonem vokal /e/ direalisasikan menjadi /e/ dan /ə/. Fonem konsonan bahasa Kubu berupa: /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /r/, /s/, /t/, /ñ/, dan /ŋ/. Prefiks me- mengalami gejala morfofonemik menjadi meng-, m-, men-, mem-, meny-, dan mong-. Hal ini terjadi jika prefiks me- bertemu dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem /a/, /e/, /g/, /h/, /o/, /u/, /b/, /c/, /d/, /j/, /t/, /p/, /f/, /s/, dan /k/.
Kata Kunci : bahasa Kubu, morfofonemik, dan prefiks me-
I. Pengantar
Bahasa Kubu termasuk bahasa Austronesia Barat dan bagian dari bahasa-bahasa Hesperonesia yang menurunkan rumpun bahasa Melayu, selanjutnya menurunkan bahasa Kubu, Keraf (1996:209). Bahasa Kubu mempunyai kemiripan dengan bahasa Palembang, Minangkabau, dan Jambi. Kemiripan bahasa Kubu dengan bahasa Palembang dapat dilihat dari beberapa kata yang sama, misalnya kata kulup ‘anak laki-laki’, galak ‘sering’, dan iyo ‘iya’. Kemiripan dengan bahasa Minangkabau dapat dilihat dari beberapa kata yang sama, misalnya litak ‘letih’, induk ‘ibu’, salemo ‘pilek’, alah ‘sudah’, dan sanak ‘saudara’. Selain kesamaan kata juga terdapat kemiripan kata. Kata-kata dalam bahasa Minangkabau seperti karambia ‘kelapa’, sumando ‘kakak ipar laki-laki’, dan gaek ‘tua’, secara dialektologis mengalami variasi fonologis dan morfofonemis ke dalam bahasa Kubu, yaitu menjadi rambi, semendo, dan gayek. Kesamaan dengan bahasa Jambi dapat dilihat dari pengucapan fonem vokal [a] pada akhir bentuk dasar. Fonem vokal [a] tersebut menjadi [o] dalam bahasa Kubu maupun bahasa Jambi. Kata-kata seperti bunga, celana, harta, kaca, belanja, baca, celaka, lama, dua, dan tiga, adalah kata-kata yang diakhiri dengan fonem vokal [a], di dalam bahasa Kubu vokal [a] tersebut menjadi [o], begitu juga dalam bahasa Jambi, sehingga kata-kata tersebut menjadi bungo, celano, harto, kaco, belanjo, baco, celako, lamo, duo, dan tigo.
Secara sintaktis bahasa Kubu dapat dilihat dari frasa, klausa, dan kalimat. Frase bahasa Kubu seperti ngusi sio ‘di sini’, todo malom ‘tadi malam’, dan hopi detong ‘tidak datang’. Klausa bahasa Kubu seperti routon iyoi dori sungoi ‘rotan itu dari sungai’. Kalimat bahasa Kubu seperti, Urang iyoi menuboi sungoi dengon potas. ‘Orang itu meracuni sungai dengan potas’.
Bergabungnya prefiks bahasa Kubu dengan bentuk dasar menyebabkan terjadinya gejala morfofonemik. Gejala morfofonemik itu misalnya perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Fonem konsonan bilabial /p/ berubah menjadi fonem konsonan nasal /m/ pada kata pandok ‘pendek’ yang diikuti prefiks me-, yaitu menjadi memandok ‘memendek’. Prefiks me- digabung dengan bentuk dasar cak ‘tari’ akan mengalami penambahan fonem konsonan nasal /n/, yaitu menjadi mencak ‘menari’. Fonem vokal tengah /e/ akan hilang pada prefiks nge- yang diikuti kata udut ‘rokok’, yaitu menjadi ngudut ‘merokok’.
Gejala morfofonemik yang lebih variatif terdapat pada prefiks me-. Prefiks me- mempunyai alomorf meng-, m-, mong-, men-, mem-, dan meny-. Kata-kata seperti menggoli ‘menggali’, mbekor ‘membakar’, mongondol ‘mengental’, menjerot ‘menjerat’, memoluk ‘memeluk’, dan menyela ‘menggoreng’ adalah contoh variasi prefiks me-.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...