Indonesia setiap tahunnya melakukan ujian kelulusan pada tingkat SD, SMP dan SMA yaitu Ujian Nasional (UN) dengan Ketentuan nilai minimal lulus UN 2011/2012 telah diatur berdasarkan Prosedur Operasi Standar Unjian Nasional dalam peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Ujian nasional selalu identik dengan isu-isu kecurangan, beredarnya kunci jawaban, dan hura-hura setelah pengumuman kelulusan. Hal ini terlihat dari beberapa berita dari pelaksanaan ujian nasional tahun 2012 ini.
"Kami sudah menerima 1.500 laporan. Perinciannya, 775 merupakan laporan kebocoran ataupun kecurangan saat ujian," kata Kepala Posko Pengaduan Ujian Nasional, Setiono (waspada online.com).
Dalam konferensi pers di Medan, Rabu (18/4), Komunitas Air Mata Guru (KAMG) Sumut menunjukkan sejumlah bukti kecurangan antara lembar kertas berisi kombinasi jawaban, baik yang tulisan tangan maupun terketik rapi. Di Brebes, ditemukan oleh pengawas, siswa sebuah seolah non-unggulan, menyalin kunci jawaban di musholla sekolah, pagi-pagi sebelum ujian dimulai.
Menurut Ratna, di Brebes kecurangan sudah terkondisikan dengan sangat rapih, melibatkan kepala sekolah, dan panitia penyelenggara (Tribunnews.com). Soal dan kunci jawaban Ujian Nasional (UN) beredar di Medan pada malam menjelang ujian yang menentukan kelulusan siswa itu berlangsung, Senin (22/3/2010).
Kebocoran soal UN tersebut diduga merata di banyak sekolah di Kota Medan, Deli Serdang, dan daerah lain di sekitarnya. "Dalam ujian Bahasa Inggris itu ada soal ujian yang listening, namun belum lagi diperdengarkan, siswa sudah bisa menjawab sejumlah soal," tukas Abdi (indah.web. id).
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, kecurangan sistematis masih terjadi di berbagai daerah selama pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2012. Berdasarkan laporan yang ia himpun, kecurangan telah direncanakan dan melibatkan dinas pendidikan provinsi serta sekolah setempat.
Setelah mendapatkan berita kelulusan pun, bagi siswa yang lulus akan melakukan tradisi hura-hura dengan corat-coret baju sambil berkonvoi di jalanan yang membuat kegaduhan lalu lintas, sedangkan bagi siswa yang tidak lulus mereka sampai ada yang stress bahkan bunuh diri. Inilah cuplikan kecil kasus kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan ujian nasional yang kejadiannya hampir sama dari tahun ke tahun.
UN dianggap parameter keberhasilan anak didik. Untuk mencapai keberhasilan UN, trial and error tak henti diujicobakan di lembaga pendidikan. Tujuannya demi melahirkan lulusan ideal.
Sayang, alih-alih melahirkan lulusan yang mumpuni di bidang sainstek dan takwa, sebagaimana maklumat tujuan pendidikan nasional, output UN kian tahun kian mengecewakan. Salah satunya, tergadaikannya integritas para pelakon di dunia pendidikan.
UN tahun ini walaupun didukung dengan penilaian UTS, UAS, dan ulangan harian namun UN menuntut agar seluruh siswa di Indonesia harus mencapai batas 'nilai' kelulusan yang telah ditentukan.
Sehingga siswa maupun pihak sekolah yang menginginkan masing-masing dari sekolahnya lulus 100 persen berupaya semaksimal mungkin dengan segala usaha untuk mencapai satu tujuan, yaitu nilai, hal ini bahkan dilakukan dengan cara-cara tidak terpuji tanpa memandang bagaimana pembentukan kepribadian yang baik ditanamkan kepada siswa-siswa di sekolah.
Akibatnya lihat saja yang terjadi, setiap kali pelaksanaan UN, ada saja kasus kecurangan yang terjadi dan outputnya setelah pelaksanaan UN selesai pun dihiasi dengan perilaku yang tidak mengenakkan.
Pendidikan kini semakin kacau dan buruk saja, pasalnya prihal sarana dan prasarana pendidikan pun tidak menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar. Data Kemendikbud menyebutkan, ada sekitar 161 ribu sekolah rusak.
Sekitar 45% dari gedung sekolah rusak tersebut mengalami rusak berat, dengan kemiringan lebih dari tujuh derajat dan mendekati 90 derajat, alias hampir rubuh.
Keberadaan guru juga belum merata. Rasio antara guru dan siswa sebenarnya sudah memadai, yaitu satu banding dua puluh (1:20). Tetapi, sebagian besar guru menumpuk di kota. Ada sekolah yang kelebihan jumlah gurunya dan ada sekolah yang hanya memiliki satu orang guru saja.(lihat, republika.co.id, 15/4/2012).
Anggaran pendidikan yang mengalami peningkatan fantastis, terutama setelah UU menetapkan anggaran pendidikan 20% dari APBN, ternyata tidak serta merta problem pendidikan tuntas. Anggaran pendidikan di APBN-P 2011 Rp 266,9 triliun, jumlah itu sudah separuh dari total APBN tahun 2005, lalu naik menjadi Rp 289 triliun di APBN 2012 dan menjadi Rp 303 triliun di APBN-P 2012.
Hanya saja jumlah itu tidak semuanya dikelola oleh Kemendikbud, tetapi jumlah itu didistribusikan ke belasan kementerian dan lembaga. Dari jumlah itu Rp 137 triliun lebih untuk gaji dan Rp 100 triliun lebih ditransfer ke daerah diantaranya untuk dana BOS.
Jumlah dana BOS yang sudah ada sejak tahun 2005 itu, naik dari Rp 16 triliun (2011) menjadi 23 triliun (2012). Dengan dana sebesar itu, nyatanya masih banyak anak yang tidak bisa menyelesaikan wajib belajar 9 tahun.
Menurut anggota DPR RI Raihan Iskandar (26/12/12) dalam data tahun 2011 ada 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Juga ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Sebabnya adalah karena kemiskinan sehingga tidak punya biaya untuk sekolah.
Cengkraman kapitalisme inilah yang membuat pendidikan khususnya di indonesia akhirnya mengikuti arah pandang barat dan dinilai telah gagal, sehingga pendidikan saat ini sarat dengan kondisi yang memperhatikan.
Pendidikan ala kapitalisme terbukti telah gagal mencetak generasi manusia dengan kepribadian utuh dan berkarakter, orientasi pendidikan kapitalis mengarahkan kepada manusia untuk mencapai suatu materi (nilai) dengan cara apapun itu tanpa memandang baik dan buruknya.
Ini disebabkan oleh 2 hal mendasar, yaitu pertama paradigma pendidikan kapitalis, yang hanya bertujuan membentuk pribadi materialistik dalam pencapaian hidup, hedonistik dalam budaya masyarakat, individualistik dalam lingkungan sosial, dan tidak sejalan dengan agamanya dan kedua kerusakan fungsional dalam 3 unsur pelaksana pendidikan, yaitu lembaga pendidikan formal yang lemah (kacaunya kurikulum dan tidak berfungsinya guru sebagaimana mestinya), keluarga yang tidak mendukung, serta keadaan masyarakat yang t idak kondusif.
Oleh karena itu, penyelesaian problem pendidikan yang mendasar harus dilakukan secara fundamental. Hal itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan kapitalisme menjadi paradigma Islam.
Karena islam merupakan cara pandang hidup yang benar yang datang dari sang Maha Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Di dalam Islam, sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem yang berasal dari akidah Islam.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat Al-Dzariat:56; ali Imran: 102).
Pendidikan Islam membentuk syakhsiyah (pola pikir dan pola sikap) islamiyah pada diri setiap muslim, memiliki tsaqafah islam yang luas, serta membekali dirinya (peserta didik) dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan.
Konsep dari pendidikan ini hanya bisa dipakai jika Khilafah Islamiyah telah diterapkan, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang bermutu oleh Khilafah hingga memungkinkan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis bagi seluruh warganya. Negara juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi.
Semua fasilitas sarana dan prasarana disediakan oleh negara. penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang bermutu oleh Khilafah hingga memungkinkan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis bagi seluruh warganya. Negara juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi.
Semua fasilitas sarana dan prasarana disediakan oleh negara. kurikulum pendidikan dan peran negara Khilafah yang sangat baik dalam penyediaan pendidikan telah melahirkan para cendekiawan Mu slim terdepan di dunia.
Karya monumental mereka di bidang agama, filsafat, sains dan teknologi tidak hanya diakui secara internasional; namun juga menjadi dasar pengembangan ilmu dan pengetahuan hingga saat ini.
Di antaranya adalah Imam Syafii yang menurut al-Marwadi, karyanya mencapai 113 kitab tentang tafsir, fikih, adab, dan lain-lain. Inilah Indahnya jika pendidikan Islam mewarnai kehidupan kita dalam bingkai Khilafah Islamiyah dari pada di baluti cengkraman kapitalisme yang telah merusak pendidikan dan gagal melahirkan generasi emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...