Selasa, 05 Juni 2012

Mendayagunakan Bacaan Anak sebagai Media Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia


Oleh: Tarti Khusnul Khotimah
Balai Bahasa Yogyakarta

1. Pengantar
Kurang lebih dalam satu dasawarsa terakhir, perhatian dan kesadaran akan pentingnya peranan bacaan anak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa semakin meningkat. Hal ini tidak hanya ditandai dengan didirikannya taman bacaan anak ataupun kelompok pecinta bacaan anak di berbagai tempat, tetapi juga tersedianya pilihan bacaan anak yang semakin beragam dan dengan kemasan yang semakin menarik. Selain disajikan melalui media cetak, seperti buku, majalah, lembar anak surat kabar edisi minggu, dalam perkembangan lebih lanjut juga dapat dinikmati dalam bentuk multimedia (gabungan teks, gambar, animasi dan suara dalam satu paket) yang dengan mudah dapat diakses di internet.

Melalui bacaan anak berbagai informasi pengetahuan, teknologi, budaya, sejarah, maupun karya sastra yang mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia dapat ditampilkan. Selain itu, nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalam bacaan anak bermanfaat bagi pengembangan identitas diri anak. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bacaan anak di Indonesia masih didominasi karya-karya terjemahan pengarang luar negeri yang belum tentu sesuai dengan akar budaya bangsa Indonesia. Hal ini tentu saja akan memengaruhi pembentukan identitas diri dan perkembangan kepribadian anak, khususnya dalam perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Bertolak dari realitas tersebut, perlu dilakukan pendayagunaan bacaan anak sebagai sarana pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. Dengan menumbuhkembangkan kebiasaan membaca bacaan anak, maka secara tidak langsung selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan mengapresiasi sastra Indonesia pada diri anak, juga meningkatkan pemahaman antar budaya (understanding of culture) yang pada gilirannya akan membentuk kesadaran (sense of belonging) dalam ikatan (budaya) keindonesiaan.

2. Hakikat Bacaan Anak
Bacaan anak pada hakikatnya adalah bacaan yang ditujukan untuk dikonsumsi anak dengan cara pengungkapan baik dari segi isi maupun bentuk menggunakan sudut pandang atau kacamata anak dan ragam bahasa anak (lihat Huck, dkk dalam Sumardi: 2003: 136; dan Lukens dalam Nurgiyantoro, 2005: 8).
Fungsi bacaan anak adalah untuk memenuhi kebutuhan anak akan informasi, memberikan kesenangan/hiburan dan pemahaman tentang kehidupan. Mengingat perkembangan emosional dan intelektual anak yang masih terbatas, maka isi kandungan bacaan anak pun mempunyai keterbatasan dalam bentuk dan isi, disesuaikan dengan tingkat pemahaman yang dapat dijangkau oleh pikiran dan daya fantasi anak dalam memandang dunia dan kehidupan yang dijalaninya.

Pada umumnya informasi dan cerita yang ditulis berangkat dari fakta kongkret dan mudah diimajinasikan. Namun demikian, di dalam bacaan anak tidak hanya seputar kehidupan anak saja yang dapat diinformasikan atau diceritakan, tetapi juga menyangkut kehidupan orang dewasa, binatang, tumbuhan atau makhluk dari dunia lain pun dapat dijadikan cerita, bahkan sering menjadi cerita menakjubkan, asalkan diceritakan dengan kaca mata anak. Hal ini dapat terjadi mengingat fantasi anak yang baru berkembang dan dapat menerima segala macam cerita, terlepas dari cerita tersebut masuk akal atau tidak.

Sebagai bacaan anak, maka ragam bahasa yang digunakan biasanya juga ragam bahasa anak, dengan diksi, penalaran dan struktur bahasa yang masih sederhana, disesuaikan tingkat pemahaman anak. Kalimat yang dipergunakan lugas, tidak bertele-tele, meski tidak harus selalu menggunakan kalimat tunggal.

3. Ragam dan Bentuk Bacaan Anak
Bacaan anak amat beragam, terbentang mulai dari bacaan yang berisi informasi faktual sampai cerita/kisah-kisah imajinatif yang semuanya dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhannya untuk mengembangkan kepribadian dan jati dirinya.

Sebagaimana halnya bacaan orang dewasa, bacaan anak dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu fiksi dan non fiksi. Bacaan fiksi anak juga mengenal genre sastra dalam wujud novel, cerpen, dongeng (fabel, legenda), cerita bergambar (picture book), puisi, maupun komik. Demikian pula bacaan non fiksi, beragam bentuk dapat kita jumpai, seperti jurnal, repotase, biografi, atau berita. Semua jenis bacaan anak tersebut dapat kita temukan baik dalam bentuk cetak, seperti buku, majalah, lembar anak surat kabar edisi minggu maupun dalam bentuk multimedia.

Komik misalnya, merupakan salah satu bacaan yang sangat digemari anak. Hadir dalam bentuk deretan potongan gambar dalam kotak-kotak yang dilengkapi balon-balon teks, komik dengan mudah ditemukan dalam bentuk komik buku (comic book), atau komik strip (comic strip) yang ada di berbagai majalah anak atau dalam lembar anak surat kabar edisi minggu. Pada komik anak biasanya para tokoh ditampilkan dalam bentuk fisik yang lucu, aneh, karakter dan tingkah lakunya khas atau mempunyai kekuatan luar biasa. Sebut saja tokoh Doraemon, Crayon Sinchan, Donald Bebek, Micky Mouse, atau Uzumaki Naruto, tentu anak-anak sudah tidak asing lagi mendengarnya. Unsur suspense pada tokoh-tokoh yang saling bertentangan, konflik yang seru dan mencekam, serta gambar-gambar aksi yang luar biasa, dan hanya sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembacaan cerita membuat anak selalu ingin membaca kembali komik bersangkutan pada seri-seri berikutnya (Nurgiyantoro, 2005: 407-440).

Sementara buku cerita bergambar (picture book) mengajarkan anak sejak usia dini mengenai lingkungan hidup, etika, persahabatan, cinta kasih, toleransi, pluralisme, dan lain-lain. Tetapi, ada juga yang menggunakan buku cerita bergambar sebagai media memperkenalkan hitungan, abjad, warna, ukuran, alam semesta, ruang angkasa, tumbuhan, dan binatang. Beberapa buku juga ada yang tanpa huruf (wordless picture book) yang berguna untuk mengasah keterampilan berbahasa anak dengan menciptakan ceritanya sendiri menurut pemahamannya terhadap gambar yang ada (Asrori, 2007).

Buku-buku cerita rakyat Indonesia--misalnya Timun Mas, Malin Kundang, Cindelaras, Sangkuriang, Lutung Kasarung, atau Joko Kendil--yang menjadi salah satu basis dari genre sastra anak, biasanya dikoleksi sekolah melalui program pemerintah. Melalui buku cerita, selain menjadi sarana menanamkan moral budi pekerti kepada anak, juga mengangkat dan mewariskan khazanah sastra nusantara (yang merupakan bagian dari sastra Indonesia) dari generasi sebelumnya kepada anak.

Banyak majalah anak yang beredar di Indonesia, di antaranya adalah Bobo, Mombi, Kreatif, Kinan, Aku Anak Saleh, Ino, Ori, dan Bee. Isinya lebih variatif dibanding buku. Beragam rubrik baik pengetahuan maupun hiburan yang menunjang aktivitas anak ada di dalamnya. Demikian pula karya sastra dalam bentuk cerpen, dongeng, dan puisi juga ada.

Lembar anak di surat kabar harian edisi minggu, seperti Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, atau surat kabar mingguan Minggu Pagi juga menampilkan beragam rubrik yang hampir sama dengan majalah anak, hanya saja halaman dan isinya lebih terbatas. Baik majalah anak maupun lembar anak, selain tersedia dalam bentuk cetak juga dapat diakses secara online.

Bacaan anak dalam bentuk multimedia, juga dapat menjadi alternatif panduan beraktivitas bagi anak. Beberapa laman/situs yang cukup baik dan menarik untuk diakses, di antaranya adalah Starfall.com, Alfy.com, dan Storyplace.org. Situs bacaan anak Starfall.com, misalnya, dirancang untuk program belajar membaca yang terarah. Cerita disusun berdasar abjad dengan penekanan pada pengenalan dan penggunaan huruf, dilengkapi animasi yang lucu. Sementara Alfy.com lebih cocok untuk anak yang sudah mahir membaca. Membuka situs yang dirancang dengan desain grafis yang menarik ini, anak akan diajak ke sebuah taman bermain yang dilengkapi peta (map) untuk melihat seluruh isi ‘taman’. Setelah itu, anak dibawa masuk ke dalam tempat cerita yang berisi gambar tumpukan buku untuk dapat memilih dari sekian banyak cerita. Situs ini lebih mengajak anak berkreasi dalam pengolahan imajinasi. Adapun Storyplace.org di samping menyediakan cerita dengan berbagai tema, juga menyediakan materi tambahan berupa aktifitas untuk dikerjakan di rumah sesuai dengan masing-masing tema (We R Mommies, 2008).

4. Kontribusi Bacaan Anak
Apabila kita cermati bacaan anak biasanya dikemas dengan sampul yang menarik dilengkapi ilustrasi gambar atau foto warna-warni dan atraktif yang merupakan modal awal untuk menarik minat baca anak. Selain itu, bahasa merupakan salah satu komponen yang tak kalah penting dalam bacaan anak. Ragam bahasa dalam bacaan anak akan sangat berpengaruh, apakah bahasanya cukup mudah atau sulit dipahami anak sehingga anak akan berhenti cukup sekedar membuka-buka bacaan tersebut atau terangsang dan tertarik untuk membaca lebih lanjut.

Selain itu, sudah menjadi kode etik/tanggung jawab bagi seorang penulis/pengarang bahwa karya tulisnya bermanfaat bagi pembacanya, yaitu mengandung unsur informasi, edukasi/pendidikan, dan unsur hiburan. Oleh karena itu, bacaan anak diyakini mempunyai kontribusi yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Melalui bacaan anak, sejak dini dapat dilakukan penanaman nilai-nilai mulai dari contoh-contoh kebiasaan, tingkah laku, adat-istiadat, dan konvesi yang berlaku di dalam masyarakat, yang berarti pula telah terjadi pewarisan nilai-nilai sehingga eksistensi suatu masyarakat dapat dipertahankan.

Sebagai contoh, buku-buku cerita pengetahuan terjemahan terbitan Elex Media Komputindo atau yang ada di rubrik majalah anak dan lembar anak surat kabar edisi minggu akan membawa anak untuk bereksplorasi, berpetualang menjelajahi dunia yang relatif belum dikenalnya dengan berbagai pengalaman-pengalaman baru yang menarik, misalnya tentang kehidupan binatang, tumbuh-tumbuhan atau terbang menjelajah dunia luar angkasa memasuki planet-planet yang selama ini belum terlintas di benaknya. Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh kehebatan kisah yang menyenangkan. Cerita menampilkan urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan yang memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang umumnya berupa hubungan sebab akibat. Dengan demikian aspek intelektual anak ikut aktif, berperan dalam rangka pemahaman dan pengkritisan sehingga aspek intelekual anak juga terkembangkan. Melalui kekuatan imajinatif, pengalaman penjelajahan yang tidak harus dialami secara faktual akan berfungsi meningkatkan daya imajinasi.

Demikian pula, artikel-artikel pada majalah anak yang berisi pengetahuan sejarah dan budaya, seperti candi, museum, adat istiadat, atau tempat-tempat wisata yang ada di berbagai wilayah Indonesia, merupakan salah satu sarana untuk menginformasikan sekaligus membuka mata anak perihal budaya suatu daerah. Beberapa di antaranya, bahkan mengangkat kebudayaan yang hampir punah dengan ajakan untuk memelihara budaya tersebut (Khotimah, 2008).

Rubrik cerpen dan dongeng yang selalu menghiasi majalah anak maupun lembar anak di surat kabar edisi minggu mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Cerita yang sarat pesan moral melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan, secara tidak sadar telah mendorong atau mengajari anak pentingnya berbagi perhatian dan kasih sayang kepada sesama, semangat untuk terus belajar dan maju tanpa kenal lelah, persaingan yang sehat, persahabatan, mengendalikan berbagai emosi, dan lain-lain. Dengan membaca cerita, jiwa si anak akan mengawang ke alam imajinasinya sendiri. Di sinilah akan terjadi pembebasan jiwa sebagai proses belajar anak menuju pembentukan jati dirinya yang utuh.

Rubrik puisi yang tersedia baik di majalah, lembar sisipan harian minggu, bermanfaat dalam menggugah rasa kebahasaan lewat permainan kata-kata dan struktur kalimat. Meskipun menulis puisi mungkin tidak disukai oleh semua anak, kita bisa mengenalkan berbagai bentuk puisi untuk mengekspresikan perasaan dan ide pikiran.

Sebagai latihan awal keterampilan menulis, majalah dan lembar anak surat kabar juga memberi ruang kepada anak untuk menulis surat atau menuliskan pengalaman pribadi dan pengalaman lucu yang pernah dialami anak. Kemampuan anak di asah untuk menciptakan dan menyusun kata dan kalimat yang komunikatif, bagaimana caranya memperkenalkan diri kepada orang lain, mengajukan permintaan atau mengkritisi sesuatu yang tidak disukainya disertai dengan alasan-alasan.

Kepedulian penerbit buku/majalah/surat kabar baik terhadap anak maupun para guru dan orangtua sebagai bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, antara lain diwujudkan dengan membuka ruang bagi guru dan siapapun penulis yang peduli dan tertarik dengan bacaan anak untuk ikut berpartisipasi mengirimkan naskah novel, cerpen dan dongeng, atau puisi. Juga kegiatan sayembara penulisan cerpen, dongeng, dan penulisan karya tulis anak yang rutin diadakan setiap tahun, misalnya oleh majalah Bobo dan Kreatif, atau sayembara penulisan naskah buku pengayaan, baik buku-buku fiksi maupun non fiksi, oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Demikian pula DAR! Mizan yang menerbitkan serial Kecil-Kecil Punya Karya, seperti karya Faiz (Abdurahman Faiz, 9 tahun), Aline (Alleya Hanifa, 11 tahun), atau Bella (Nabila Nurkhalisah Harris, 10 tahun) cukup efektif mengasah bakat-bakat menulis pada anak. Buku Faiz Guru Matahari bahkan masuk dalam daftar unggulan Khatulistiwa Literary Award 2005--salah satu penghargaan bergengsi bagi penyair atau novelis.

Dari contoh sederhana di atas, secara kongkret melalui bacaan anak, anak telah diperkenalkan bentuk-bentuk ragam tulis dan berbagai pola dan model penulisan, yang semuanya akan sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa seorang anak sekaligus mengasah dan merangsang kreativitas anak. Bila anak diberi beragam bacaan, maka anak akan mengembangkan kemampuan berbahasanya baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini terjadi karena mereka akan banyak mengenal berbagai variasi bahasa dan kekompleksan bahasa. Begitu pula, pewarisan sastra melalui karya-karya sastra yang ditampilkan, anak akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dan pengalaman universal yang berperan dalam membentuk kepribadian lewat budi pekerti.

Dengan demikian, bacaan anak bermanfaat dalam menunjang kompetensi membaca, menulis, mendengar, menutur, mengamati, mengkhayal, dan menghayati. Apabila dicermati, sebagian besar kompetensi tersebut berkait erat dengan pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Bahkan lebih dari itu, dari hasil penelitian David McClelland atas 1300 cerita anak dari berbagai negara di era tahun 1925 dan 1950 menunjukkan bahwa cerita anak sangat memengaruhi perilaku generasi bangsa. Penelitian yang dipublikasikan dalam artikel yang berjudul “The Need for Achievement” tersebut menunjukkan bahwa cerita anak yang mengandung semangat untuk berprestasi (yang dikenal dengan istilah ‘n-Ach’) pada suatu negera, selalu diikuti dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula dalam kurun waktu 25 tahun kemudian (Marahimin, 2003: 97-100).

5. Problematika Bacaan Anak di Indonesia
Dari pengamatan yang dilakukan Asrori (2007) tentang sastra anak di Indonesia menunjukkan bahwa pada periode tahun 1970-an dan 1980-an di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan penulisan bacaan anak, khususnya cerita anak. Melalui pengarang-pengarang senior seperti Suyadi, Kurnaen Wardiman (alm.), Djoko Lelono, Diah Ansori, Suyono (alm.), dan Dwianto Styawan lahir karya-karya dengan tema toleransi, keragaman budaya, perdamaian, dan persamaan gender. Karya-karya mereka yang penuh humor, tidak menggurui, penuh kejutan (suspense) dan taburan fantasi menyebabkan karya-karya mereka dimodifikasi menjadi karya kreatif lain, seperti drama radio, drama panggung, atau bahan mendongeng.

Tahun 1990-an bacaan anak karya terjemahan membanjiri pasaran. Bacaan anak karya pengarang Indonesia bisa dikatakan tersubordinat dari bacaan terjemahan luar negeri. Kenyataannya memang penerbit lebih memilih karya terjemahan dengan alasan ekonomis. Buku komik, misalnya, begitu banyak ragam judul dan temanya, didominasi oleh komik Jepang. Tak bisa dielakkan, daftar buku anak terlaris pada jaringan toko buku terkemuka menunjukkan jenis buku komik Crayon Shinchan, Yu Gi Oh!, Detektif Conan Special, New Kung Fu Boy, Naruto, Baby Love, Gals, atau Cerita Spesial Doraemon selalu menjadi pilihan untuk dibeli.

Selain buku komik Jepang, seri terjemahan dari Walt Disney juga banyak terdapat di pasaran, seperti buku-buku seri Pustaka Kecil Disney karya Marcia Leonard, seri Boneka Binatang karya Tony Wolf, seri Franklin karya Paulette Bourgeois, seri Adikku yang Nakal karya Dorothy Edwards. Buku-buku seri detektif juga mewarnai karya terjemahan, misalnya seri Klub Detektif karya Wolfgang Ecke, seri Enstein Andersen karya Seymore Simon, dan seri Klub Ilmuwan Edan karya Bertrand R. Brinley. Juga cerita-cerita lucu seri The Baby Sitter Club karya Ann. M. Martin. Tidak ketinggalan pula karya-karya terjemahan Enid Blyton--Ratu Tukang Cerita--yang telah mengarang lebih dari 700 judul buku yang diterjemahkan ke dalam 129 bahasa, di antaranya adalah buku-buku seri Mini Noddy, seri Lima Sekawan, seri Komplotan, seri Kembar, seri Sirkus, seri Mallory Towers, dan seri Gadis Badung.

Maka tak heran bila merebak tuduhan bahwa buku-buku bacaan terjemahan telah menenggelamkan karya-karya sastra pengarang pribumi yang tidak dapat muncul di permukaan dan menyebabkan anak yang notabene generasi penerus bangsa tercerabut dari akar budaya bangsa Indonesia. Lepas dari tuduhan tersebut, memang karya-karya terjemahan mempunyai kualitas jauh lebih unggul dibandingkan karya penulis pribumi. Selain muncul dengan tampilan gambar, warna, dan kertas yang menawan, juga mempunyai kelebihan dalam memainkan imajinasi anak, hingga terbukti sangat disukai dan bahkan banyak yang dimodifikasi dalam bentuk film animasi yang hampir tiap hari ditayangkan di televisi.

Tidak dapat dipungkiri, meski beberapa penerbit mulai melirik bacaan anak, namun buku-buku yang diterbitkan kebanyakan masih terjemahan atau mempunyai tema yang bersifat sangat pragmatis sehingga terkadang membuat alur, plot, dan penokohan dalam cerita anak tidak mendapat perhatian. Lebih parah lagi, tingkat kemampuan membaca anak sering terabaikan, misalnya, buku yang berlabel untuk anak TK tetapi teksnya hampir tiga perempat halaman buku dengan huruf yang kecil-kecil.

Kemandekan karya penulis pribumi juga diperparah dengan tidak adanya program yang membicarakan bacaan anak di sekolah dan di perpustakaan, bahkan siapa pun orangnya, para selebritis sekalipun, seperti Soraya Haque, Marisa Haque, Vinny Alvionita, Gito Rollies, Dwiki Dharmawan, dan Monica Oemardi saat menulis buku bacaan anak, tidak menarik untuk dikupas.

Pengarang sastra anak yang cukup beruntung pada periode terkini adalah Murti Bunanta. Karya dwi bahasanya Si Bungsu Katak mendapat penghargaan internasional The Janusz Korczak International Literary Prize Honorary Award dari Polandia, dan Legenda Pohon Beringin mendapat hadiah utama Octogones 2002 for Reflets d’Imaginaire d’Ailleurs. Karyanya yang lain Kancil dan Kura-kura yang diadaptasi dari cerita rakyat Kalimantan Barat, juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan dipanggungkan di sana oleh sebuah grup teater anak profesional selama satu tahun. Murti Bunanta juga diminta oleh penerbit Amerika (Westport, Library Unlimited Inc.) untuk menuliskan buku cerita rakyat Indonesia yang kemudian terbit tahun 2003 dengan judul Indonesian Folktales. Kini, dia menggagas dan menerbitkan buku-buku kecil untuk anak dan pembaca yang mulai belajar bahasa Indonesia. Buku-buku tersebut laku dibeli oleh 52 perpustakaan di Singapura dan rencananya juga dapat dibeli di Australia.

Tantangan penulis bacaan anak Indonesia dewasa ini semakin berat, karena tidak saja melawan sesama pengarang buku anak di dunia, tetapi juga melawan daya tarik media elektronik dan kemajuan teknologi yang pesat. Sebuah Perpustakaan Digital Anak-Anak Internasional (International Children’s Digital Library) telah hadir di Library of Congress (Amerika). Tercatat 275 buku koleksi terbaik di dunia yang dapat diakses cuma-cuma melalui jaringan internet. Diperkirakan tahun ini sudah mencapai 10.000 buku yang diterjemahkan ke dalam lebih 100 bahasa. Karya-karya yang dikoleksi meliputi buku, petualangan, aksi/perjuangan (action), dongeng, cerita pendek, dan drama.

Apalagi, kini ada usaha pengambilalihan cerita rakyat Indonesia oleh pengarang Barat, seperti terjadi pada cerita rakyat Bali yang ditulis oleh Ann Martin Bowler dengan ilustrator I Gusti Made Sukanada yang berjudul Gecko’s Complain dan Balinese Children Favorite Stories yang ditulis oleh Victor Mason dengan ilustrator Trina Bohan-Tyrie. Maka, sudah saatnya bagi para penulis bacaan anak di Indonesia untuk berbenah diri, segera bertindak menggali potensi cerita yang banyak bertebaran di bumi Indonesia. Apalagi, dengan adanya kemajuan teknologi, tidak ada salahnya mengikuti jejak membikin perpustakaan digital nasional yang dapat menampung keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.

6. Mendayagunakan Bacaan Anak
Bahasa Indonesia yang diikrarkan saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 telah terbukti menjadi media komunikasi yang andal, mampu menyatukan wilayah geografis negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Namun, seiring dahsyatnya arus globalisasi, pertanyaan bernada pesimis pun bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan berprestise? Masih setia dan banggakah para penuturnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di tengah-tengah dunia yang mengglobal?

Jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui bahwa bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara belum dilakukan secara maksimal dan proporsional. Maka, sudah saatnya rasa cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia perlu ditata kembali jika ingin mendudukkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bermartabat dan bahasa kebanggaan bagi para penuturnya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia perlu dilakukan pada anak sebagai generasi bangsa sejak dini, terlebih saat arus globalisasi mengalir deras ke semua penjuru kehidupan. Mengingat kontribusi bacaan anak dalam memberi perhatian akan kebutuhan anak, maka sangat relevan dilakukan pendayagunaan bacaan anak sebagai salah satu media pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Mendayagunakan bacaan anak sebagai media pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, sarana utama yang harus disediakan adalah bacaan. Anak harus diperkenalkan dan dibiasakan ‘bergaul’ dengan bacaan, baik di rumah maupun di perpustakaan sekolah—sebagai basis pendidikan anak. Pengadaan dan penyebarluasan bacaan anak di perpustakaan-perpustakan sekolah, terlebih di wilayah terpencil yang sangat terbatas untuk mendapatkan akses keluar, mutlak diperlukan. Hal ini mengingat di Indonesia tidak semua Sekolah Dasar mempunyai perpustakaan, kalau pun ada, sering tidak dikelola secara baik.

Bacaan anak sebagai media pendidikan dapat menggugah dan mengembangkan kreatifitas anak. Untuk itu, dibutuhkan bacaan yang baik. Riris K. Toha Sarumpaet memberi tips, dalam memilih bacaan anak yang baik perlu diperhatikan soal usia, perkembangan, minat, kecendrungan dan kebutuhan anak. Sebaiknya orangtua melibatkan anak dalam proses pemilihan bacaan agar dapat dipastikan buku itulah yang disukai anak. Beberapa ciri buku atau bacaan yang baik, misalnya, memiliki tema yang sesuai kehidupan anak, tokohnya dapat dikenali dan dipercaya, struktur kalimatnya sederhana, alur cerita tidak berbelit-belit dan logis sehingga cerita mudah dimengerti dan berkesan, juga unsur ilustrasi, kemasan dan perwajahan harus menarik dan sesuai tema cerita (Thamrin, 2001).

Menggali dan mengembangkan potensi anak serta meningkatkan pemahaman anak akan nilai-nilai kehidupan, dapat tercapai dengan baik bila di sekolah maupun di perpustakaan, diadakan kegiatan rutin diskusi/kupas bacaan anak, misalnya, diskusi tentang buku-buku cerita rakyat yang ada di seluruh Indonesia. Anak didorong dan dibiasakan untuk memberikan tanggapan mengenai buku yang dibacanya, membandingkan ilustrasi buku, mendiskusikan bahasa yang dipakai pengarang, dan menggali pesan-pesan yang ada dalam bacaan akan membuat anak kreatif, eksploratif, dan inovatif. Dengan jalan ini, diharapkan kemampuan berbahasa dan apresiasi sastra Indonesia pada anak akan berkembang.

Para guru dan orangtua dapat pula mengajak anak untuk memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pihak penerbit buku bacaan anak, majalah, dan surat kabar untuk aktif terlibat dengan mengirimkan naskah cerpen, dongeng, atau puisi. Anak diarahkan untuk mengamati keadaan maupun peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai bahan tulisan. Dengan mengajak anak menulis, kreativitas anak dapat ditingkatkan. Ibarat membenamkan diri dalam proses kreatif, ketika menulis anak menciptakan sesuatu, yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan. Apabila proses kreatif tersebut semakin dilatih, maka anak akan semakin mudah untuk mengalihkan keahliannya kepada bidang lain yang juga membutuhkan solusi kreatif.

Selain itu, menggunakan kata-kata pujian adalah cara yang efektif untuk memotivasi anak dalam kegiatan membaca dan menulis. Seperti halnya membaca, selera menulis anak bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, sebaiknya anak dibebaskan untuk membaca dan menulis sesuatu yang mereka senangi, tetapi tetap perlu didorong dan diarahkan untuk menggali dan mencintai khazanah budaya bangsa sendiri. Tidak menjadi masalah apa jenis bacaan dan jenis tulisan yang dibuat anak. Malahan, semakin banyak jenis bacaan dan jenis tulisan yang dibuat, semakin terampil pula mereka dalam berbahasa dan bersastra. Namun, tetap diusahakan untuk memberi saran dan kritik dengan cara hati-hati.

Pada akhirnya, dengan mendayagunakan bacaan anak, maka budaya membaca dan menulis pada anak akan semakin meningkat. Semakin tinggi tingkat budaya membaca dan menulis pada anak, akan semakin meningkat pula keterampilan berbahasa dan mengapresiasi sastra pada anak.

7. Penutup
Pemahaman, penghayatan, dan penghargaan masyarakat Indonesia terhadap bahasa dan sastra Indonesia belum dilakukan secara maksimal dan proporsional. Apalagi, di tengah derasnya arus globalisasi, kecintaan dan kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, terhadap bahasa dan sastra Indonesia semakin dipertanyakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia pada anak sebagai generasi bangsa sejak dini. Mengingat kontribusi bacaan anak dalam memberi perhatian akan kebutuhan anak, maka sangat relevan dilakukan pendayagunaan bacaan anak sebagai salah satu media pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia diperlukan kemauan, disiplin, dan ketekunan. Peran bacaan anak hendaknya juga diimbangi pula dengan kepedulian pemerintah, guru, dan orangtua, agar tercipta suasana kondusif dalam mendayagunakan bacaan anak sebagai media pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. Jika langkah di atas dapat terwujud, maka tujuan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia bukan mustahil diraih, bahkan, mungkin pada gilirannya nanti bahasa Indonesia benar-benar akan menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan mempunyai prestise tersendiri di era globalisasi, dan para penuturnya akan tetap bangga dan setia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah derap peradaban zaman.

Download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...