Oleh :
Amar Faruq, S.Pd
(Guru
BK MIS Kemenag Kab. Gresik Jawa Timur)
A. Pendahuluan
Kiprah bimbingan dan konseling dewasa ini
tidak lagi hanya terbatas pada lingkungan pendidikan sekolah, melainkan
menjangkau seting luar sekolah dan masyarakat. Dalam era kesejagatan saat ini,
individu dituntut agar selalu mengembangkan dan/atau memperbaiki kecakapannya
dalam memilih informasi agar dapat mengambil keputusan secara tepat.
Pengembangan dan/atau perbaikan kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara
terus menerus dalam bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang
hayat. Konseling merupakan wahana pelayanan yang mampu memfasilitasi individu
dan kelompok untuk menghadapi perubahan yang pesat dan ragam informasi yang
amat kompleks.
Pelayanan konseling yang diluncurkan dengan
kerangka kerja kelompok dapat berbentuk Layanan Konseling Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan
Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menunjukkan adanya bahwa Layanan KKp
dan/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan
penyelenggaraan program konseling. Kondisi ini terjadi karena Layanan KKp
dan/atau BKp memiliki beberapa keunggulan mendasar, antara lain : (1) membantu
seseorang atau sejumlah orang yang tidak siap dan terbuka secara perorangan
menemui konselor, (2) memfasilitasi individu atau sekelompok individu yang
lebih berani berbicara dan terbuka saat bersama-sama temannya, (3) dapat
melayani sejumlah orang dalam waktu yang bersamaan, (4) menimbulkan keakraban,
membangun suasana saling percaya, saling membantu, dan empati diantara sesama
anggota kelompok dan konselor, (5) menemukan alternatif pemecahan masalah yang
lebih banyak dan bervariasi, karena mengemukanya berbagai pemikiran dari
anggota, (6) praktis, dalam arti dapat dilakukan di mana saja, di dalam ruangan
atau di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang
peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau di ruang praktik pribadi
konselor.
Konsekuensi logis dari perspektif yang
dideskripsikan di atas adalah adanya tuntutan pelayanan KKp dan atau BKp yang profesional. Konseling, dalam bentuk
perorangan atau kelompok, esensinya
merupakan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang terbangun dalam
suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang mengahadapi
masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan
dimaksud diarahkan agar klien mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan
mampu tumbuh kembang ke arah yang dipilihnya, sehingga klien mampu
mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yang
efektif (effektive daily living). Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam
suasana profesional dengan menyediakan kondisi yang kondusif bagi perubahan dan
pengembangan diri klien.
Konseling profesional merupakan layanan
terhadap klien yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat
dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya. Penyelenggaraan
konseling profesional bertitik tolak dari teori dan/atau pendekatan-pendekatan
yang dijadikan sebagai dasar acuannya.
Implikasi dari tuntutan ini adalah, para
calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram
untuk memperoleh pengalaman mengelola KKp dan/atau BKp secara langsung dengan
sejumlah kelompok klien yang bervariasi.
B. Pengertian Dasar
Layanan Konseling Kelompok (KKp) dan/atau
Bimbingan Kelompok (BKp) merupakan jenis layanan koseling yang mengikutkan
sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin
kelompok. Layanan ini mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai
hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau pemecahan masalah individu
yang menjadi peserta kegiatan kelompok.
Dalam BKp dibahas topik-topik umum yang
menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan dalam KKp dibahas
masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum
maupun masalah pribadi itu dibahas
melalui suasana dinamika kelompok yang intensif dan konstruktif. Layanan ini
dapat dilakukan di mana saja, di dalam ruangan atau di luar ruangan, di sekolah
atau di luar sekolah, di rumah salah seorang peserta atau dirumah konselor, di
suatu kantor, atau di ruang praktik pribadi konselor. Di manapun kedua jenis layanan
ini dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang
dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan kelompok.
C. Tujuan
Tujuan umum layanan BKp dan/atau KKp adalah
berkembangnya kemampuan sosialisasi anggota kelompok, khususnya kemampuan dalam
berkomunikasi.
Secara khususkhusus tujuan BKp dan KKp adalah
sebagai berikut:
1. BKp bertujuan membahas topik-topik
tertentu yang mengandung permasa-lahan
actual dan menjadi perhatian anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok yang
intensif, pembahasan topic-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang
lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal,
ditingkatkan.
2. KKp terfokus pada pembahasan masalah
pribadi salah satu anggota kelompok secara bergantian. Melalui layanan kelompok
yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para anggota kelompok
memperoleh dua tujuan sekaligus, yaitu :
a. terkembangkannya perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan, dan sikap terarah pada ting-kah laku khususnya dalam
bersosialisasi/komunikasi
b. terpecahkannya masalah individu yang
bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi anggota
kelompok yang lain.
C.
Tahap Bimbingan dan Konseling
Kelompok
1.
Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan
penjajakan, dimana para peserta
diharapkan dapat lebih terbuka menyampaikan harapan keinginan dan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok
pada tahap ini hendaknya benar-benar bisa meyakinkan anggota kelompok sebagai
orang yang bisa dan bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dalam memulai pembentukan kelompok perlu
adanya perencanaan yang matang. Oleh karena itu keberhasilan kelompok yang
dibentuk tidak terlepas dari perencanaan dan pelaksanaan konseling kelompok itu
sendiri. Berbagai ahli telah mengenali tahap-tahap perkembangan itu. Mereka
memakai istilah yang kadang-kadang berbeda namun pada dasarnya mempunyai isi
yang sama.
Beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok
adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan alasan-alasan pembentukan
kelompok.
Alasan yang jelas dan terarah merupakan kunci
yang paling penting dalam merencanakan pembentukan suatu kelompok.
b. Adanya konsep teori yang jelas yang
mendasari pembentukan suatu kelompok.
Sebagai layanan profesional, dalam bimbingan
dan konseling kelompokperlu adanya batasan dan kekuatan untuk membentuk suatu
kelompok. Waldo (1985) mengungkapkan konsep teorinya melalui I / We /It. “I”
sebagai individual yaitu interpersonal yang difokuskan pada kepercayaan, sikap
dan perasaan tentang dirinya. “We” sebagai interpersonal yang menyangkut
hubungan antara anggota kelompok. “It” sebagai dimensi ekstrapersonal yang
menyangkut isu-isu, tugas-tugas atau menyangkut kelompok.
c. Mempertimbangkan kondisi kehidupan
sehari-hari
Pembentukan suatu kelompok perlu
mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya spesifik, konkrit, dan tujuannya praktis
serta prosedural. Pemimpin kelompok harus sensitif terhadap kondisi realita
agar dapat mencegah reaksi-reaksi negatif dari para anggota kelompok.
d. Mempublikasikan kelompok umtuk mendapatkan
anggota
Kelompok yang potensial yang mau bergabung
diperlukan publikasi kelompok agar diketahui secara umum.
Pemimpin kelompok yang pandai melakukan
pendekatan dengan memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan prosesnya
sebagai pemimpin kelompok dengan menggunakan komunikasi yang hangat dan
bersahabat akan lebih mudah diterima oleh anggota dalam menjalankan kegiatan
kelompok.
Pemimpin kelompok dalam tahap ini diharapkan
juga harus pandai membaca situasi. Mungkin saja dalam situasi pembentukan ini
keakraban dan keterikatan anggota kelompok belum terjalin. Bisa saja antara
anggota yang satu dengan yang lainnya belum saling kenal mengenal.
Apabila keadaan seperti yang dikemukakan di
atas memang dirasakan terjadi dalam kelompok, maka tugas pemimpin kelompok
adalah membina suasana keakraban dan merangsang keterlibatan anggota dengan
menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Bila masih dirasakan
anggota kelompok masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau masih
terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin kelompok harus dapat merangsang dan
mengarahkan anggota kelompok. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan yang
menyenangkan atau melalui permainan kelompok.
Berikut ini dikemukakan langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam tahap pembentukan:
a.
Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan
kesediaan anggota kelompok melaksanakan kegiatan.
b.
Berdoa secara bersama, sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok atau konseling kelompok
(disesuaikan dengan kegiatan apa yang direncanakan).
c.
Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
d.
Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
e.
Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, kenormatifan.
f.
Melaksanakan perkenalan
dilanjutkan dengan permainan pengakraban.
2.
Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi adalah suatu tahap setelah
proses pembentukan dan sebelum tahap kerja kelompok. Dalam kelompok yang
diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi pada sesi kedua atau
ketiga dan biasanya berlangsung satu samapai tiga pertemuan. Tahap ini terdiri
dari dua bagian proses yang ditandai dengan ekspresi, sejumlah emosi dan
interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming)
ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dari storming yaitu berkaitan
dengan hubungan antar teman, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, norma dan
norming, ada perbedaan sekaligus hubungan antara konsep norma dan norming,
norma adalah harapan-harapan tentang perilaku anggota kelompok yang harus atau
tidak harus dilakukan. Fungsi norma kelompok adalah untuk mengatur penampilan
kelompok sebagi unit yang terorganisir dan mengarahkannya dalam
tujuan-tujuannya. Norming adalah perasaan akan “kekitaan”, identitas,
kekelompokan, kesatuan yang muncul ketika individu-individu merasa sebagai
anggota suatu asosiasi atau organisasi yang besar dari dirinya.
Secara operasional hakikat tahap ini
merupakan transisi antara tahap pembentukan dengan tahap kegiatan. Pada tahap
ini pemimpin kelompok sekali lagi harus jeli dalam melihat dan membaca situasi.
Apabila masih terlihat gejala-gejala penolakan, rasa enggan, salah paham, kurang bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan maka pemimpin kelompok tidak boleh binggung, apalagi
berputus asa.
Menghadapi keadaan seperti di atas pemimpin
kelompok hendaknya memiliki kepekaan yang tinggi melalui penghayatan indera dan
penghayatan rasa. Tugas pemimpin kelompok menghadapi situasi seperti itu
mendorong anggota kelompok secara sukarela membuka diri untuk mengikuti
kegiatan kelompok. Penampilan pemimpin kelompok yang menggambarkan sikap yang
tulus, wajar, hormat, hangat dan empati akan sangat membantu mencairkan suasana
menuju tahap kegiatan.
Perlu diingat bahwa tahap kedua ini merupakan
“jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya untuk menempuh
jembatan itu dapat dilalui dengan mudah, dan adakalanya ditempuh dengan sukar.
Dalam keadan seperti ini pemimpin kelompok harus berhasil membawa anggota
kelompok meniti jembatan itu dengan selamat. Kalau perlu beberapa hal pokok
yang sudah dibahas pada tahap pertama dapat dibahas kembali seperti asas
kerahasiaan, keterbukaan dan seterusnya.
Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah:
a.
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya
b.
Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
c.
Mambahas suasana yang terjadi
d.
Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e.
Kalau dipandang perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap
pembentukan)
3.
Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan merupakan tahap inti dari
proses suatu kelompok dan merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok.
Tahapan kegiatan selalu dianggap sebagai tahapan yang selalu produktif dalam
perkembangan kelompok yang bersifat membangun (contructive nature) dan dengan
pencapaian hasil yang baik (achievement of results) selama tahapan kerja
hubungan anggota kelompok lebih bebas dan lebih menyenangkan. Hubungan antar
anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara
bebas, saling tanggap dan tukar pendapat, dan saling membantu). Dalam
perkembangan kelompok, tahapan kegiatan merupakan kekuatan therapeutik seperti
keterbukaan terhadap diri sendiri dan orang lain dan munculnya ide-ide baru
yang membangun. Apapun yang menjadi tujuan, suatu kelompok yang sehat akan
menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan balik, kerja kelompok,
konfrontasi dan humor. Perilaku-perilaku positif yang dinyatakan dalam hubungan
interpersonal antar anggota akan muncul dalam hubungan sebaya (peer
relationships).
Tahap ini sangat menentukan keberhasilan kegiatan kelompok.
Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini akan berlangsung
dengan lancar.
Dalam BKp tahap ini diwujudkan dalam
kegiatan-kegiatan :
a.
Masing-masing anggota secara
bebas mengemukakan topik bahasan (kelompok bebas); Pemimpin kelompok
mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok (kelompok tugas).
b.
Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu (kelompok bebas);
Tanyan jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas, yang menyangkut topik yang
dikemukakan pemimpin kelompok (kelompok tugas).
c.
Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas.
d.
Kegiatan selingan
Dalam KKp tahap ini diwujudkan dalam
kegiatan-kegiatan :
a.
Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat
bantuan kelompok untuk pengentasannya.
b.
Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan
pertama, kedua, ketiga, dst.
c. Klien (anggota kelompok yang masalahnya
dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai masalah yang dialaminya.
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas
masalah klien melalui berbagai cara, seperti
: bertanya, menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman pribadi, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk
merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan anggota kelompok.
f.
Kegiatan selingan
4.
Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara keseluruhan
merupakan akhir dari serangkaian pertemuan
kelompok. Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses
kerja ini memerlukan perhatian khusus dari pimpinan kelompok, terutama ketika
kelompok hendak dibubarkan. Pembubaran kelompok secara keselruhan idealnya
dilakukan setelah tujuan kelompok tercapai. Tetapi adakalanya terjadi lebih
cepat dari yang direncanakan atau yang disebut pembubaran dini. Sesungguhnya
pembubaran kelompok dalam proses layanan kelompok bimbingan dan konseling
adalah proses alamiah yang harus disadari oleh pimpinan dan anggotaanggotanya,
dan mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk
menghadapi pembubaran itu. Oleh karena itu kegiatan utama anggota kelompok,
menjelang kelompok dibubarkan adalah (1) membayangkan kembali pengalaman mereka
selama kerja kelompok berlangsung. (2) memproses kembali ingatannya. (3)
mengevaluasi. (4) mengakui dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota
kelompok dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yang saling bertentangan dan (5) membantu anggota dalam
membuat keputusannya secara kognitif untuk menghadapi masa depan. Oleh karena
itu untuk mencapai sasaran pembubaran kelompok perlu diperhatikan beberapa hal
diantaranya menyangkut persiapan dampak pembubaran terhadap anggota,
kemungkinan pembubaran dini, prosedur pembubaran, masalah-masalah yang terkait
dengan pembubaran dan hal-hal lain yang menyangkut tindak lanjut.
Sebagai tahap penutup dari kegiatan BKp
dan/atau KKp. Tugas pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a.
Mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b.
Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan.
c.
Membahas kegiatan lanjutan
d.
Mengemukakan pesan dan harapan
e.
Doa penutup
5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling
kelompok dapat dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta
mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai
hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi
maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa
selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan
kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi
UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian hasil-hasil
konseling kelompok. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap yaitu penilaian segera
(laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).
Daftar Pustaka
Gazda, George M. 1984. Group Counseling A
developmental Approach. Third Edition.
Toronto : Allyn And Bacon, Inc.
Prayitno, 1995. Layanan
Bimbingan&Konseling Kelompok :Dasar &Profil. Cetakan Pertama. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Prayitno. 2005. Layanan Bimbingan Kelompok,
Konseling Kelompok. Padang : FIP Universitas Negeri Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...