BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan berproses sekurang-kurangnya dalam
tiga bidang yaitu, kurikulum dan pembelajaran, manajemen pendidikan, dan
bimbingan konseling. Ketiganya mengarah pada satu tujuan, yaitu mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Guru BK (konselor) adalah pendidik yang memfasilitasi
perkembangan seluruh potensi siswa dari berbagai aspek, mulai dari aspek
pribadi, psikologi, maupun dari aspek sosial. Guru BK memberikan bimbingan
dalam menyiapkan siswa menentukan pilihannya secara mandiri.
Seluruh siswa memerlukan BK (bimbingan- konseling) mulai jenjang paling rendah
sampai jenjang paling tinggi, dan mulai dari kemampuan paling tinggi apalagi
yang rendah. Karena BK tidak hanya berurusan dengan kemampuan akademik saja
melainkan mencakup semua aspek yang dimiliki oleh siswa, sehigga minat dan
motivasi belajar siswa bangkit dan potensi serta kepribadiannya berkembang
secara optimal.
Dalam makalah ini akan membahas bagaimana seorang pendidik atau konselor
mengatasi siswa / siswi yang kurang motivasi belajarnya.
Rumusan Masalah
·
Apa bimbingan itu?
·
Apa pengertian motivasi?
·
Apa definisi bimbingan belajar?
·
Apa saja sebab-sebab kurangnya
motivasi belajar siswa itu?
·
Bagaimana pendidik / konselor
mengatasi siswa yang kurang motivasi belajarnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Uraian Tentang
Bimbingan
Stone dan Sherter merumuskan
bimbingan sebagai process of helping individuals to understand
themselves and their world.
Sedangkan dalam kurikulum 1975
mengartikan bimbinganadalah suatu proses bantuan khusus yang diberikan kepada
siswa dengan memperhatikan kemungkinan- kemungkinan dan kenyataan- kenyataan
adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal,
sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak serta
bersikap dengan tuntutan dan keadaan sekolah , keluarga dan masyarakat.[1]
Berdasarkan pasal 27 peraturan pemrintah nomor 29/90,
“bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencankan masa depan”(Depdikbud,
1994).[2]
B. Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu
yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu. [3]
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam
kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi
dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan
belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi
belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga komponen kegiatan
atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu
kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses motivasi belajar
ini meliputi tiga langkah yaitu;
1) Adanya suatu kondisi
yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan, motif, kebutuhan,
dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tenson.
2) Berlangsungnya
kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar
akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3) Pencapaian tujuan
belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan.[4]
Sumber motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran
dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua, guru-guru,
sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan mediamassa. Orang tua dan
sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta
didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan
dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan
belajar siswa.
Motivasi belajar adakalanya
muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan,
memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada
motivasi intrinsik, sedangkan motivasiekstrinsik yaitu
motivasi belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih
ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan
ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dsb.[5]
Didalam program bimbingan dan konseling baik motivasi
positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka
pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada
siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah
laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu.
Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu
masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang
motivasi belajar antara lain:
1. Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti; malas,
enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan tidak selesai, kurang
konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, perasaan
pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
2. Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen
sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas,
tidak mencatat, pelupa dan sebagainya.
3. Penentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu,
merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih,
dan sebagainya.
4. Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar
pekerjaan, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan
yang tidak penting dan sebagainya.[6]
C. Definisi Bimbingan
Belajar
Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam
hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai,
dan dalam mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-
tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.[7]
Belajar merupakan semua aktifitas yang dilakukan
peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, yang
mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah, pembelajaran merupakan
kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah bersama guru atau dengan
bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau motor yang
menggerakkan perahu belajar. Parapeserta didik yang belajar secara teratur,
rajin, sungguh- sungguh, tekun dsb karena mereka memiliki motivasi belajar yang
kuat.[8]
D. Sebab- Sebab Kurang Motivasi
Belajar
Tugas guru dalam mengajar dikelas
tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas,
interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan,
rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan, nilai- nilai,
keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan suasana lingkungan
yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Kondisi
emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Suasana
kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang
bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam
penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam
kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga
sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana
kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya
motivasi belajar siswa.
Penyebab kedua yaitu datang dari lingkungan keluarga,
yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh pada kurangnya
motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan menciptakan
suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar
yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan
disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat, membangkitkan
motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa. Sebaliknya hubungan
sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan, ketidakpercayaan,
suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian, penerapan disiplin
yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan motivasi, dan
menghilangkan gairah belajar.
Disamping faktor lain yang bersumber dari sekolah dan
keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta didik sendiri.
Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi
dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar. Kondisi kesehatan akan
berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang stabil.
Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang sehat
maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi
pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi.
Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar
yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang
paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi
kemajuan belajarnya.[9]
E. Solusi Mengatasi
Kurang Motivasi Belajar Siswa
Kurang atau rendahnya belajar seorang peserta
didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnnya. Yang mana
telah dikemukakan di depan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi
belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak
keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal
dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya.
Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu kita ketahui
terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah
bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar
yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang
melatar belakanginya.
Disamping pemberian layanan- layanan secara khusus
terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar
belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru pembimbing
dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para
siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung oleh konselor
atau guru pembimbing sendiri, dapat juga dilakukan melalui guru kelas,
guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya
motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:
1. Konselor dapat memberikan informasi, penjelasan
disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan- kemajuan
yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan giat
belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau individu peserta
didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk
membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan
melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak, semua orang
termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang
wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.[10]
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi
kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
1)
Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang
jelas dan manfaat yang betul- betul dirasakan oeh peserta didikkanmembangkitkan
motivasi belajar siswa.
2)
Memilih materi yang atau bahan pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh
peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat
merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
3)
Memilih cara penyajian yang bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta
didik dan banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau
berpartsipasi dalam kelas tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa
lebih semangat dari pada hanya sekedar mendengar saja (monoton).
4)
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah
dicapai oleh peserta didik akan membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat
besar
5)
Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik
disekolah tidak lain untuk membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan
peserta didik lancar, berilah kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah
guru mempersulit perkembangan belajar peserta didik karena akan berakibat
fatal kepada peserta didik.
6)
Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat
membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan
motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu
hadiah.[11]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaran diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan atau kurangnya motivasi
belajar siswa itu meliputi beberapa hal natara lain;
Þ
Tidak ada kesiapan fisik dan mental untuk menerima pelajaran karena terlalu
lelah dab tidak ada kesempatan belajar dirumah, tidak
Þ
Tidak konsentrasi dalam belajar karena merasa takut, dibenci dan merasa selalu
di hokum oleh guru
Þ
Tidak ada dorongan untuk mencapai suatu cita- cita yang tinggi dari orang tua
karena latar belakang pendidikan dan kognisi sosi- ekonomi yang kurang atau
lemah
Þ
Kurang motivasi belajar karena kurangnya rangsangan dari ligkungan untuk giat
belajar
Sebab- sebab
dari kurangnya motivasi belajar itu meliputi dari lingkungan yang kurang
kondusif, dukungan dari keluarga, kesehatan peserta didik (mental)
Upaya untuk dapat mengatasi kurang motivasi belajar
siswa yang dilakukan oleh pendidik atau konselor antara lain:
Þ Konselor dapat memberikan
informasi
Þ Menjelaskan manfaat dan tujuan
dari pembelajaran yang diberikan
Þ Berikanlah sebuah pujian, ganjaran
atau sebuah hadiah
Þ Berilah kemudahan dan bantuan
dalam belajar
Þ Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk sukses
DAFTAR PUSTAKA
Muhbib Abdul
Wahab, Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam perspektif
Islam. Prenada Media,Jakarta, 2004.
Sukmadinata,
Nana Syaodih, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan
Potensi dan Kepribadian siswa,Maestro.Bandung, 2007.
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Disekolah, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 2002.
Gunawan,
Yusuf, , pengantar bimbingan dan konseling, PT.
Prenhanlindo,Jakarta, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...