Kantor Bahasa Provinsi Jambi (KBPJ) mengadakan pelatihan penulisan sejarah kampung, termasuk tokoh-tokoh lokal yang selama ini luput dan tidak masuk dalam catatan sejarah utama (mainstream) negeri ini.
Uniknya, para penulis nantinya bukan sejarawan atau akademisi dari perguruan tinggi, melainkan adalah anak-anak sekolah menengah atas dari empat kecamatan yang ada di Kota Jambi.
“Pelatihan penulisan sejarah kampung ini memang menyasar anak-anak sekolah setingkat SLTA. Dari pelatihan ini, mereka diharapkan dapat menuliskan sejarah lokal mereka masing-masing, seperti asal-usul nama kampung, nama jembatan, nama sungai atau parit, termasuk tokoh-tokoh lokal yang terkenal di kampung tersebut,” kata Ricky A Manik, staf KBPJ, panita pelatihan tersebut, Sabtu 6 Maret 2015.
Menurut Ricky, sejarah kampung yang dimaksud dalam pelatihan ini bukan peristiwa-peristiwa historis besar yang bersifat kronologis, tetapi “sejarah” yang tumbuh dalam ingatan masyarakat di suatu kampung, yang bisa berasal dari cerita orang-orang tua.
“Misalnya nama Jelutung. Mengapa kawasan itu disebut Jelutung. Atau siapa The-hok yang menjadi nama kelurahan di kawasan Jambi Selatan itu, termasuk misalnya kenapa ada nama kawasan Jeramba Bolong atau Telanai, Kasang Pudak, Sijenjang dan sebagainya. Bagaimana kisah awal-mulanya,” papar dia lagi.
Diakui Ricky, kegiatan ini berbeda dari kegiatan Bengkel Sastra tahun-tahun sebelumnya yang lebih mengarah pada kemunculan penulis-penulis sastra dan kelompok musikalisasi puisi.
“Kali ini kami mencoba mengangkat program yang bernama “Penulisan Sejarah Kampung/Komunitas”. Tulisan yang akan menghadirkan sejarah dari perspekif anak-anak sekolah dan ditulis dengan gaya populer,” lanjutnya.
(Klik sini : Berburu Hantu di Rumah Sakit Budhi Graha Jambi)
Program penulisan sejarah kampung sebenarnya telah dilakukan pada tahun 2014 di Kota Sungaipenuh. Namun kegiatan yang berlangsung selama 3 hari tersebut belumlah menghasilkan output yang diharapkan seperti pembuatan buku dari hasil tulisan riset mereka.
“Jadi output nantinya adalah buku-buku sejarah lokal yang ditulis secara populer oleh para peserta ini. Para peserta akan dilatih oleh pemateri yang ahli dalam soal ini. Mereka adalah Agus Hernawan, Hasta Indriayana dan Timur Budi Raja semua adalah penulis dari Yogyakarta,” ujarnya.
Salah seorang pemateri pelatihan penulisan sejarah kampung, Agus Hernawan, memaparkan, sebenarnya kegiatan ini bukan barang baru.
“Beberapa tahun lalu Komunitas Kreatif “tandabaca” di Ketangi, Kelurahan Playen, Banyusoco, Gunung Kidul, Yogyakarta juga memebrikan pelatihan sejenis kepada warga. Mereka dilatih menuliskan sendiri sejarah kampungnya,” kata Agus.
Usai kegiatan itu, lanjut Agus, mereka telah berhasil menerbitakan sejumlah buku, seperti Pelangi di Ketangi, buku yang berisi hal-ihwal soal Ketangi, seperti asal usul kampung, bangunan dan rumah (arsitektur), kegiatan utama warga, tokoh dan matapencahariannya, makanan dan obat-obatan, serta bahasa atau istilah khas yang dipakai oleh warga dalam berkomunikasi.
Kegiatan di Bengkel Sastra KBPJ saat ini tengah berlangung. Terhitung tanggal 2,3, 9,10, 16,17 Maret 2015 peserta pelatihan adalah siswa SLTA yang ada di Kecamatan Jambi Selatan dan Jambi Timur.
Sementara itu tanggal 4,5, 11,12, 18,19 Maret 2015 peserta adalah siswa SLTA yang ada di Kecamatan Jelutung, Pasar dan Kotabaru.
Dan tanggal 6,7, 13,14, 20,21 Maret 2015 untuk siswa SLTA yang ada d Kec. Telanai dan Danau Teluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...