BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terkandung berbagai komponen seperti anak didik, proses pendidikan, alat pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan dan segala masalah pendidikan yang satu sama lainnya saling mempengaruhi dan kesemuanya bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Siswa merupakan bagian yang integral dari generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Sejalan dengan hal tersebut diperlukan pembinaan dan pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal. Siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, mematuhi tata tertib yang berlaku sehingga fungsi sekolah dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Kartini, “sekolah merupakan tempat kedua setelah rumah bagi anak dimana mereka menghabiskan sebagian waktu mereka“. Sekolah hendaknya mampu menjadikan dirinya suatu pusat masyarakat, dimana guru, orang tua, anak didik secara bersama-sama dapat belajar dan bekerja pada suatu program masyarakat.
Setiap sikap anak yang salah dalam perkembangan tabiat yang tidak baik perlu diteliti latar belakangnya, tabiat anak mudah terbentuk sebab tabiat anak mudah meniru orang lain, apa yang mereka lihat, dengar dan rasa. Setiap tindakan anak yang salah serta perkembangan sikap dan tingkah laku yang kurang baik memerlukan perhatian dari semua pihak, baik sekolah, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Dalam menghadapi lingkungan sekitar individu tidaklah bersifat fasif tetapi bersifat aktif artinya berusaha mempengaruhi dan menguasai dan mengubah dalam batas-batas kemampuannya. Demikian pula dengan lingkungan sekitarnya mempunyai arti yang sangat penting bagi individu dan dapat mempengaruhi perilakunya. Kartini berpendapat :
Sejak lahir sampai meninggal seseorang individu merupakan organisme yang aktif dengan tujuan yang berkesinambungan, ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberikan peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompok. Dengan demikian penyesuaian diri merupakan suatu proses. Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan yang internal dan eksternal sehingga dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan dan prustasi. Dengan demikian individu didorong memiliki berbagai kemungkinan prilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kartini mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses bangaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya.
Kemudian ia menyatakan bahwa penyesuaian yang sempurna terjadi jika individu selalu dalam keadaan seimbang antar dirinya dengan lingkungan dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan dimana semua fungsi organisme individu berjalan normal. Penyesuaian diri yang sempurna seperti itu tidak pernah tercapai karena penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat dan individu terus menerus berupaya dan tekanan hidup gunan mencapai pribadi yang sehat.
Individu dikatakan berhasil dalam penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar atau apabila ia dapat diterima oleh lingkungan tanpa dirugikan atau menggangu lingkungannya. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang dilakukan secara tidak sadar adalah :
a. Frustasi ( tekanan perasaan ), yaitu suatu proses yang menyebabkan orang merasa adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya.
b. Konflik, yaitu konflik jiwa atau pertentangan bathin bila terdapat dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan antara satu dengan yang lainnya, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama.
c. Kecemasan, yaitu manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang tidak terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan bertentangan bathin.
Suasana hubungan antara sesama siswa disekolah yang tidak menguntungkan, yang mana teman-teman disekolah kurang baik dengan tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma disekolah mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa.
Sekolah yang memiliki cukup alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar, ditambah cara belajar yang baik dari gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat akan memudah dan mempercepat belajar siswa dan mendorong siswa untuk terus belajar demi mendapatkan hasil yang memuaskan. Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi yang menyatakan “Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah“.
Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa disekolah akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Adler yang dikutip oleh Kartini “wujud rendahnya tingkat motivasi belajar siswa disekolah adalah membolos, perkelahian antar gang, perbuatan asusila, ketagihan dan kecanduan narkotiak, menggangu dan menteror lingkungan“.
Kenyamanan dalam hidup dilingkungan sekolah tidak selamanya terwujud dengan mudah, karena adanya hambatan dalam upaya menengakkan norma-norma yang berlaku dalam sekolah dikategorikan sebagai prilaku yang salah. Mustaqim, mengemukakan bahwa “Seorang siswa dikategorikan sebagai seorang anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala yang menyimpang dari prilaku yang lazim dilaksanakan anak-anak pada umumnya”.
Menurut Kartini, “ Tingkah laku abnormal/ menyimpang adalah tingkah laku yang adekwat, tidak bisa diterima oleh msyarakat pada umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada“. Kecenderungan anak berprilaku salah didorong oleh keinginan seseorang untuk mengekspresikan dirinya tanpa menghiraukan dimana dan dalam lingkungan yang bangaimana ia berada, mempunyai aturan yang harus ditaati bersama, kelalaian prilaku siswa merupakan akibat dari ketidak mampuan anak mengerjakan sesuatu atau kehendak orang lain, karena yang dikehendakai orang lain tidak memuaskan baginya.
Hubungan guru dengan siswa merupakan lingkungan yang penting, guru yang mendorong siswa untuk mempergunakan kemampuannya secara efektif untuk mengenal dirinya sendiri. Keberhasilan guru dalam melaksanakan peran mengajar tergantung pada kemampuannya untuk menciptakan suasana yang menyenagkan di kelas, untuk suasana yang baik guru harus mengenal dirinya sendiri dan hubungannya dengan siswa. Kebutuhan akan keterlibatan pada siswa dalam pelaksanaan proses belajar tersebut akan mendorong bangkitnya motivasi belajar dari dalam dirinya, stimulus bagi seorang guru atau juga lingkungan belajar siswa dapat mendorong timbulnya motivasi dari luar dirinya.
Banyak diantara siswa yang menghadapai masalah dan dapat memecahkannya, tetapi ada juga yang menghadapi masalah dan tidak dapat dipecahkannya sendiri, beruntung siswa yang memiliki guru dan orang tua yang melihat permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan menolongnya pada saat yang tepat. Bagi anak yang mengalami proses berat dan tidak tahu jalan keluarnya akan tenggelam di dalamnya, hal ini sering terjadi jika seseorang siswa menghadapi persoalan yang cukup berat atau persoalan yang bertubi-tubi sehingga penyelesaiannya diluar kemampuan siswa.
Pengaruh lain yang mungkin timbulnya perilaku rendahnya motivasi belajar adalah pengaruh lingkungan sosial. Seperti pernyataan Hasbullah Tabrany, “lingkungan siswa dapat mempunyai pengaruh yang besar kepada siswa. Pengaruh itu bisa positif bisa pula negatif, tergantung mana yang kuat/menang”.
Selanjutnya pengaruh dari teman-teman siswa yang datang dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak menyebabkan anak akan belajar memberikan kebebasan tanpa kontrol dan akan mudah sekali diterima oleh teman-teman yang dikenalnya selama berada dalam tekanan dan ketegangan. Sedang Mustaqim nyatakan “lingkungan pergaulan, mempunyai andil yang sangat berarti bagi perkembangan psikis anak jika lingkungan kurang baik anak cendrung menjadi baik”.
Kebutuhan-kebutuhan yang tidak diperhatikan dapat menimbulkan perasaan berontak, dimana untuk melampiaskan perasaan tidak puas seiring anak mengucapkan kata-kata tidak pantas dan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku. Mereka berbuat itu hanya menunjukan perasaan mereka yang terabaikan. Hal ini harus dipahami oleh semua pihak terutama pihak sekolah agar siswa tumbuh dan berkembang secara wajar.
Dalam upaya membantu siswa yang dalam masa sulit dan masa transisi dari masa anak sekolah ke masa remaja. Diperlukan persiapan yang matang. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu-satunya wadah yang bisa menampung masalah-masalah dan membantu para siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam masa-masa sulit sekaligus mengarahkan peserta didik mencapai taraf perkembangan optimal.
Berdasarkan pengamatan peneliti di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, sering ditemui siswa-siswa yang memiliki prestasi yang rendah, suka bolos, suka membuat kegaduhan mengganggu teman yang sedang memperhatikan pelajaran, hal ini tetap dilakukan walaupun sudah dinasehati berulang kali. Disamping itu ditemukan siswa-siswa mengalami konflik, tekanan batin, prustasi dan suka menyendiri. Prilaku-prilaku ini apabila tidak diantisipasi sedini mungkin oleh pihak terkait di sekolah, maka siswa tersebut akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.
Peserta didik adalah pribadi yang berkembang menuju kedewasaan, proses perkembangan jelas dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan. Sedangkan dari luar dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan yang terarah dalam proses perkembangan dengan melalui proses belajar. Maka diperlukan bimbingan dan kounseling untuk memberikan asuhan terhadap proses perkembangan pribadi peserta didik.
Berdasarkan data dan informasi dari guru, menunjukkan sebagian besar siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci kurang memiliki konsep belajar yang efektif sebagaimana dapat dilihat dari bentuk ke atifitas yang bermakna pada diri siswa, selain itu mereka juga memiliki tingkah laku yang kurang semangat didalam melakukan proses belajar, menerima dan menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan oleh guru. Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tanpak jelas dari cara guru itu mengajar dan memberlakukannya, Muhibbin Syah, berpendapat “Kesulitan belajar juga dapat dibutikan dengan munculnya prilaku (misbehavior) siswa, seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah“.
Siswa yang demikian memerlukan bantuan untuk mampu melihat secara kritis sikap dan kebiasaan-kebiasaan belajar yang kurang mendukung terhadap pencapaian tujuan belajar.
Pemberian bimbingan dan konseling yang dilakukan secara efisien diharapkan siswa dapat menemukan motif yang tepat di dalam belajar. Mustaqim menegaskan bahwa , “Adanya kemauan dapat mendorong belajar dan sebaliknya tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar“. Pengalaman-pengalaman menunjukkan kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor kebodohan atau rendahnya integritas, tetapi suatu kegagalan atau turunnya prestasi terjadi disebabkan siswa tidak dapat bimbingan belajar yang memadai.
Banyak siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar dan juga dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka-angka rapor rendah, tidak naik kelas atau tidak lulus ujian akhir. Siswa ini dapat dipandang sebagai siswa yang bermasalah dalam belajar, secara luas masalah belajar tidak hanya terbatas pada masalah motivasi tetapi mempunyai banyak bentuk dan ragamnya. Misalnya intelegensi, sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan sebagainya. Apabila siswa ditanya mengapa mereka belajar, maka akan diperoleh berbagai alternatif jawaban yang beragam pula. Dengan demikian alasan tersebut sangatlah subjektif dan alasan itu merupakan hal yang mendorong siswa untuk belajar.
Dilihat dari segi hasil belajar mereka belum terarah pada konsep belajarnya, jadi seolah-olah proses belajar yang mereka lakukan tidak bermakna sama sekali, maka mereka sangat memerlukan suatu penggerak melalui pemberian bimbingan konseling, supaya siswa dapat mengatur kehidupan dan menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin. Berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik dan menyelesaikan tugas yang dihadapi dalam kehidupan secara memuaskan. Untuk membangkit motivasi dan menerima proses belajar dengan baik. Motivasi merupakan psikis yang bersifat non intelektual yang berperan menumbuhkan gairah, merasa senang dan bersemangat untuk dapat belajar, menerima tugas dengan baik dan efisien dalam melaksanakan belajar dirumah.
Pada prinsipnya dalam kelancaran proses belajar peserta didik perlu adanya faktor motivasi terutama bersifat intrinsik yang merupakan dorongan terhadap prilaku yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan dengan adanya bantuan atau rangsangan dari orang lain. Menurut Hellen,“hasil belajar yang dicapai oleh anak didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar yang datang dari luar. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan proses belajar siswa yang akan dicapai.”
Menurut Clork yang dikutip oleh Hellen,“ hasil belajar peserta didik yang dicapai disekolah adalah 70 % itu dipengaruhi oleh kemampuan diri dan 30 % dipengaruhi oleh faktor luar lingkungan.”
Keadaan siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, berdasarkan data dan keterangan yang diperoleh, bahwa latar belakang siswa yang bermasalah seperti prestasi, konflik jiwa , dan rasa kecemasan yang ditunjukkan dengan sikap yang kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran disekolah, dan siswa yang suka menyendiri, mengganggu teman selagi belajar, sikap jera, malas merupakan tingkah laku yang kurang bersemangat, dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motivasi dalam belajar. Keadaan yang seperti ini perlu pelayanan bimbingan dan kounseling yang akan membantu siswa untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Maka atas dasar tersebutlah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh “.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bangaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai penuh.
2. Bangaimanakah bimbingan dan konseling dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai penuh.
3. Apakah hambatan dan solusi dalam memotivasi belajar siswa.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui bangaimana bimbingan dan konseling dalam proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh.
b. Ingin mengetahui peranan bimbingan dan konseling dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh.
c. Ingin mengetahui apa hambatan dan solusi dalam memotivasi belajar siswa.
2. Kegunaan Penelitian.
a. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam memotivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Diharapkan dapat dijadikan penduan, atau setidak-tidaknya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa disekolah dengan pemberian bimbingan dan konseling.
c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S.1 ) Pada Jurusan Tarbiyah di STAIN Kerinci.
D. Kerangka Teori
Upaya dalam mendukung terhadap terhadap beberapa masalah yang dibahas dan diteliti dalam penulisan ini diperlukan konsep maupun pendapat yang tetap mengacu pada pokok masalah yang dibahas.
Sasaran bimbingan dan penyuluhan (BP) pada prinsipnya untuk menghindari segala hambatan belajar anak. Menurut Mohd. Surya “Tujuan utama yang ingin dicapai dengan bimbingan adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan“.
Layanan dan bimbingan konseling untuk membantu siswa memahami dan mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, sehingga berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Sebagian siswa membutuhkan bantuan untuk mampu melihat secara kritis dan sikap serta kebiasaan belajar yang dimiliki dan dengan bantuan ini mereka diharapkan dapat menemukan segala kelemahan-kelemahan mereka dalam proses belajar mengajar.
Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Hellen mengutip pendapat Prayitno yang menyatakan “dalam rangka upaya agar siswa dapat menumbuhkan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. Bimbingan dalam Rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut”.
Menurut Kasmiati bahwa materi yang dapat dilakukan dalam layanan bimbingan dan konseling ada berbagai macam, yaitu meliputi :
1. Pengamalan siswa yang mengalami masalah belajar, tentang kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar.
Masalah belajar memiliki bentuk yang beragam dan dapat digolongkan atas :
a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelligensi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat menfaatkannya dengan optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai
c. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang bersemangat dalam belajar.
d. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan belajarnya itui antogonik dengan sebenarnya seperti, menunda tugas, membenci guru, dan tidak mau bertanya pada hal-hal yang tidak diketahui.
Untuk mengetahui siswa yang mengalami masalah belajar seperti yang tertera di atas, dapat diketahui dengan melalui prosedur pengungkapan seperti tes hasil belajar, kemampuan dasar, dan pengungkapan sikap dan juga kebiasaan belajar.
2. Pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar.
Siswa di sekolah mungkin memiliki motif yang kuat untuk belajar, tetapi sebagian lagi belum. Disisi lain mungkin juga ada siswa yang semula motifnya kuat tetapi kemudian menjadi pudar, tingkah laku kurang bersemangat, jera, malas dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motivasi belajar. Guru, konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban untuk membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dalam prosedur-prosedur yang dapat dilakukan yaitu :
a. Menjelaskan tujuan-tujuan belajar, siswa akan termotivasi untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang akan dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d. Memberikan hadiah dan hukuman bila perlu.
e. Menciptakan suasana hubungan hangat dinamis diantara guru dan murid serta murid dengan murid
f. Menghindari tekanan-tekanan dan susana yang tidak menetu seperti : suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingunkan serta menjengkelkan.
3. Pengembangan Keterampilan Belajar
Pengembangan keterampilan belajar seperti membaca, mencatat, dan bertanya, menjawab serta menulis. Ketrampilan belajar siswa di dalam kelas sangat menunjang keberhasilan atau kesuksesan belajar yang diperoleh siswa tersebut didalam mencapai tujuannya. Oemar Hamalik berpendapat bahwa “Belajar adalah tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Belajar bagi manusia bagian dari hidup, dilakukan dimana dan kapan saja yang berlangsung seumur hidup dilandasi oleh maksud dan mencapai tujuan.
4. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk kegiatan yang diberikan kepada siswa atau kelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar. Pengajaran perbaikan mempunyai sifat khusus, dimana bahan, metode dan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis dan sifat serta latar belakang masalah siswa itu sendiri.
5. Melakukan Kegiatan Pengayaan
Penggayaan merupakan bentuk kegiatan layanan yang diberikan kepada siswa atau kelompok siswa yang mengalami ketercepatan dalam belajar. Siswa yang mengalami persoalan itu sering muncul dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengajaran menggunakan modul paket program belajar lainnya, siswa yang demikian selalu mendapat atau mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan. Kemapuan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila siswa merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas prestasinya dan sebaliknya kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila siswa kurang diperhatikan dan merasa kurang dihargai prestasinya, mereka cendrung patah hati, tidak bersemangat, jera dan sebagainya. Hal ini dapat memungkinkan menurunnya prestasi belajar siswa itu.
Tujuan utama pelayanan bimbingan di sekolah tertuju bagi siswa-siswa sebagai individu yang diberi bantuan untuk dapat membangkitkan semangat peserta didik secara bersungguh-sungguh mengikuti proses belajar dengan baik dan efisien. Dalam layanan bimbingan dan konseling peranan guru pembimbing adalah membantu, mengatasi, dan memotivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas dan melakukan aktivitas belajar.
E. Prosedur Penelitian
1. Lingkup Penelitian
Penelitian ini berada dalam lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar karena penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, bahan pengajaran, alat-alat belajar serta jam belajar. Dengan demikian penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan keadaan subjek saat itu dan lapangan sebagaimana adanya.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer, data yang diperoleh langsug oleh peneliti dari sumber data atau dari kenyaataan yang diamati secara langsung dari lapangan. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Data skunder, data yang terkumpul dari dokumentasi yang telah didokumenter oleh Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai penuh Kabupaten Kerinci
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1) Kepala Sekolah 1 orang
2) Guru pembimbing 1 orang
3) Siswa 207 orang
4) Data dokumentasi
5) Literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru BP, Majlis Guru, Wali Kelas dan Siswa yang berjumlah 207 orang dari kelas I, II dan III Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Tahun Pelajaran 2004/ 2005.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Siswa yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru BP, Majlis Guru, Wali Kelas dan Siswa yang berjumlah 219 orang dari kelas I, II dan III Madrasah Aliyah Negeri 2 Sungai Penuh Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Siswa yang ditetapkan sebagai sampel sebanyak 18 orang.
No Kelas Populasi Jumlah Sampel
LK PR LK PR
1.
2.
3.
4.
5.
6. I A
I B
II A
II B
III IPS
III IPA 12
15
17
19
15
19 17
26
12
13
22
20 41
41
29
32
37
39 2
2
2
2
2
2 1
1
1
1
1
1
JUMLAH 97 110 207 12 6
Adapun siswa yang diteliti adalah kelas I, II, dan III. Guru pembimbing dan kepala sekolah.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau imformasi yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode antara lain :
a) Metode Observasi
Menurut Suharsimi Ari Kunto, Observasi adalah “… Kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
Dari metode diatas dapat peneliti gunakan untuk melakukan penelitian secara sistimatis
b) Wawancara ( Interview)
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk diminta keteranganatau pendapatnya mengenai sesuatu hal.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah beberapa catatan dari hasil notulen, arsip-arsip serta catatan-catatan penting, melalui gambar, bentuk struktur.
5. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan adalah analisa data mengalir. Pada tahap pertama analisa data yang dilakukan pada waktu berlangsungnya pengumpulan data, tahapan kedua dilakukan setelah selesai pengumpulan data dan tahap ketiga analisa dalam penyajian data.
Analisa tahap awal meliputi kegiatan reduksi data dan penarikan kesimpulan tentatif. Kegiatan pada analisa tahap kedua yang dilakukan setelah selesai studi lapangan yang meliputi katagorisasi, penafsiran, dan penarikan kesimpulan akhir. Sedangkan analisa tahap akhir adalah pembuatan laporan dengan menggunakan metode induktif, dedukatif, dan konperensip.
Untuk lebih lanjut bisa email ke dee_nbl@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...