BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra daerah adalah hasil karya masyarakat Indonesia masa lampau. Menurut Mulyadi (1994:1), warisan kebudayaan tersebut ada yang dalam bentuk cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut, dan ada yang berbentuk tulisan tangan (naskah).
Menurut Basuki (2004:4) naskah itu berisi berbagai nilai kehidupan seperti ajaran moral, tradisi, pedoman hidup, dll. Dengan kata lain naskah merupakan refleksi kehidupan masyarakat pada zamannya. Naskah-naskah klasik nusantara itu dapat dipandang sebagai salah satu hasil karya sastra sumber lokal yang paling otentik, dan dapat memberikan informasi sejarah dan pemikiran yang pernah berkembang pada kurun waktu tertentu (Bafadal, 2005:3). Begitu pula menurut Abdullah (2006:1) naskah-naskah klasik Nusantara itu sampai saat ini masih banyak tersimpan di berbagai tempat seperti perpustakaan, museum, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam khazanah sastra klasik Nusantara terdapat naskah berjenis puisi atau syair. Jurji Zildan dalam Muzakki (2006:41) berpendapat bahwa syair berarti nyanyian (al-ghina), lantunan (insyadz), atau melagukan (tartil). Asal kata ini telah hilang dari Bahasa Arab, namun masih ada dalam bahasa lain seperti شور (syuur) dalam bahasa Ibrani yang berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu.
Herman J. Waluyo (1987:22) mengatakan, puisi (syair) adalah karya sastra yang bersifat imajinatif dengan bahasa bersifat konotatif (tersirat) karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majaz), oleh karena itu bahasa yang dipakai memiliki kemungkinan makna, hal ini akan terjadi pengonsentrasian atau pemadatan bahasa dalam puisi, baik pada struktur fisiknya (luar) maupun pada struktur batinnya (dalam).
Menurut Sunarjo (2001:1) syair adalah salah satu jenis puisi Melayu lama yang terdiri atas empat larik dan berirama aa aa, setiap bait terdiri atas empat larik yang terdiri atas 9,10, atau 12 suku kata. Bait – bait dalam syair biasanya membentuk sebuah cerita.
Macam tema syair beragam bentuknya seperti syair bertema kepahlawanan, sosial, sejarah, keteladanan, dll, salah satunya ialah syair bertema romantik. Pada syair romantik biasanya dalam pemaparan alur cerita berbentuk prosa, karena prosa itu pada umumnya bersifat bercerita (Pradopo, 2005:12). Syair romantik merupakan cerita yang bahasanya puitis dan kadang-kadang sulit untuk dipahami maknanya selain itu sebagai cerita pelipur lara yang merupakan karya sastra masa lampau yang pada mulanya berbentuk sastra lisan sehingga jenis cerita tersebut bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Begitu pula menurut Waluyo (1991 : 32) aliran romantik menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan. Jika yang dilukiskan kesedihan, maka pengarang ingin agar air mata terkuras. Sebab itu aliran romantik sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng. Kecendrungan menggambarkan keindahan alam, bunga, sungai, tumbuhan, gunung, daun, dan bulan, didasarkan atas kepentingan memperindah kenyataan itu.
Syair bertema romantik itu adalah Syair Kumbang dan Melati (selanjutnya di sebut SKM). SKM ini disimpan di Perpustakaan Nasional RI Jakarta, bernomor Ml.7 (NBG 4(1866))R#477), dan tulisan yang digunakan ialah Arab-Melayu.
SKM berisi tentang nilai-nilai kehidupan yang relevan dengan perilaku masyarakat saat ini. Bahasa yang dipakai merupakan bahasa yang berirama dan lebih mengutamakan keindahan bunyi. Selain itu SKM merupakan puisi berjenis fabel tapi cara penceritaannya berjenis syair. Penokohan dalam cerita tersebut diperankan oleh binatang yang berperan sebagai manusia dalam menjalankan kehidupan (fabel). Fabel adalah dongeng tentang kehidupan yang diperankan oleh binatang. Dongeng ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya.
SKM menceritakan tentang pengorbanan seorang lelaki tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya untuk mendapatkan cinta dari perempuan yang dikaguminya. Selain itu yang menonjol dalam cerita ini ialah Kumbang (lelaki) yang mengalami tekanan batin karena kasmaran pada Melati (perempuan). Teks ini dipaparkan dengan cara bercerita menyenangkan dan dapat membuat pembaca merasakan duka atau pun suka yang sedang dideritanya.
Alasan penulis memilih naskah SKM karena naskah ini berjenis fabel, cara penceritaannya berjenis syair bertema romantik, serta kandungan nilai pada teksnya sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Penelitan ini berjudul “Syair Kumbang dan Melati : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam skripsi ini adalah :
1 Bagaimana mendapatkan suntingan teks SKM ?
2 Makna dan nilai apa yang terkandung dalam teks SKM ?
C. Alasan Pemilihan Judul
Skripsi ini berjudul ”Syair Kumbang dan Melati : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik” dengan alasan : 1) kandungan nilai dalam teks sangat relevan dengan kehidupan saat ini, 2) SKM merupakan naskah kuno yang ditulis dengan huruf dan bahasa yang pada umumnya masyarakat tidak mengerti, oleh karena itu perlu dilakukannya suntingan teks, 3) teks SKM banyak mengandung simbol-simbol yang harus diartikan maknanya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuat suntingan teks SKM.
2. Mengungkap makna dan nilai yang terkandung dalam teks SKM.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian syair pada umumnya yang pernah diteliti ialah 1) syair Abdul Muluk yang berjudul Syair Abdul Muluk: Kajian Filologis, tahun 1994 yang ditulis oleh Maizar Karim. Penelitian ini sebagai tesis Pascasarjana UNPAD Bandung. 2) ”Suntingan Teks Syair Adham Dilengkapi Analisis Motif dan Tema Serta Amanat”, ditulis oleh Ringgeng Dwi Mulyani sebagai skripsi tahun 1989 pada FS UI Jakarta. 3) Syair Bidasari, ditulis oleh Tuti Munawar sebagai penerbitan Depdikbud Jakarta pada tahun 1978. 4) Syair Brama Sahdan, sebagai penelitian yang ditulis oleh Djantera Kawi pada tahun 1994 Depdikbud Jakarta. 5) Syair Cinta Berahi: Suntingan Naskah Analisis Struktur dan Fungsi. Sebagai skripsi yang ditulis oleh Heni Indriyani pada tahun 1994 di FS UNS Solo. 6) Syair Kembang Air Mawar: Suntingan Naskah Analisis Struktur dan Fungsi, ditulis pada tahun 1995 oleh Jarwadi di FS UNS Solo sebagai skripsi.7) Syair Ken Tambuhan, yang ditulis oleh A. Teeuw sebagai penelitian pada tahun 1966, yang diterbitkan di Kuala Lumpur. Dll.
Dalam Direktori Naskah Nusantara (Ekadjati, 2000:374) tercantum naskah Syair Kumbang dan Melati sudah pernah ada yang meneliti sebagai skripsi di Universitas Negeri Solo oleh Suprapto tahun 1997 dengan judul ”Syair Kumbang dan Melati : Suntingan Naskah dan Analisis Perkembangan Jiwa Tokoh Utama”. Namun penulis tidak menemukan skripsi tersebut, karena pada tanggal 26-27 Agustus 2008, tepatnya hari Selasa dan Rabu penulis mencari data tersebut guna mengetahui kandungan isi untuk dapat dibandingkan dengan penelitian penulis, penulis mencari di Perpustakaan Fakultas Sastra UNS yang dibantu oleh petugas perpustakaan. Skripsi tersebut tidak ditemukan, menurut petugas kemungkinan skripsi tersebut rusak atau hilang pada saat renovasi ruangan perpustakaan. Menurut kepala Perpustakaan Fakultas Sastra UNS, skripsi tersebut hilang dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
F. Landasan Teori
Permasalahan yang telah diuraikan di atas, diperlukan adanya landasan teori yang tepat. Teori merupakan alat terpenting dari suatu ilmu pengetahuan, tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja (Koentjaraningrat, 1977:19). Oleh karena itu, di sini akan diuraikan teori sebagai jalan keluar permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi teori filologi dan teori semiotika.
1. Teori Filologi
Teori pertama adalah teori filologi. Penelitian secara filologi dilakukan secara bertahap. Secara rinci langkah – langkah kerja penelitian ini adalah pertama, inventarisasi naskah yaitu kegiatan mengumpulkan naskah yang akan dijadikan objek penelitian. Naskah SKM tedaftar dalam Katalogus Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4. 1998. Disunting oleh T.E. Behrend penerbit Yayasan Obor Indonesia, naskah ini terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta. Bernomor Ml7 (NBG 4(1866)) R # 477] Rol MF 127.01), ditulis dalam tulisan Arab dan berbahasa Melayu. Kedua adalah membuat deskripsi ciri – ciri naskah dari segi keadaan naskah.
Setelah kedua tahap tersebut, kemudian dilakukan suntingan teks berupa transliterasi. Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan huruf daerah, karena kebanyakan orang sudah tidak akrab lagi dengan tulisan daerah. Dalam melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pemisahan, pengelompokan kata, serta ejaan dan pungtuasi (Bareid, 1994 : 63-64).
Metode penelitian yang dilakukan dalam skripsi menggunakan metode penyuntingan teks tunggal metode standar. Karena naskah ini dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama dan sejarah sehingga tidak diperlakukan secara khusus atau istimewa (Djamaris 2004:24)
SKM merupakan karya sastra yang memiliki unsur – unsur terkait, tidak berdiri sendiri, dan memiliki makna di dalam hubungannya dengan unsur lain. Dengan demikian, untuk dapat mendapatkan makna teks SKM perlu dianalisis dengan teori semiotik.
2. Teori Semiotik
Teori kedua yang digunakan untuk mengungkap makna SKM, dalam penelitin ini penulis menggunakan teori semiotik Menurut Hartoko (1986:131), semiotik dari kata Yunani ”semeion” yang berarti tanda. Ilmu yang meneliti tanda – tanda, sistem–sistem tanda dan proses suatu tanda diartikan. Tanda adalah sesuatu yang menunjukkan kepada barang lain, yang mewakili barang lain itu. Tanda bersifat representatif. Tanda dan hubungan dengan dengan tanda – tanda lain, dengan barang yang dilambangkan, dan dengan orang yang memakai tanda itu. Bila ini diterapkan pada tanda–tanda bahasa, maka huruf, kata, dan kalimat tidak mempunyai arti pada dirinya sendiri, melainkan selalu sebagai relasi antara pengemban arti (signifiant), apa yang diartikan (signifie) bagi seorang (pembaca) yang mengenal sistem bahasa yang mengena sistem bahasa yang bersangkutan.
SKM sebagai karya sastra merupakan suatu struktur yang memiliki makna di dalam hubungannya dengan unsur lain. Dengan demikian, untuk dapat mengetahui makna menyeluruh teks SKM perlu dianalisis atas dasar pemahaman makna yaitu dengan teori semiotik. Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre, bahwa dalam memahami makna harus diawali dengan pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. (Riffaterre 1978 : 5-6)
a. Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik menurut Riffaterre (1978 : 5) merupakan pembacaan tingkat pertama untuk memahami makna secara lingustik yang menangkap arti sesuai dengan teks yang ada, dan diartikan dengan bahasa yang sesuai dengan teks. Pembaca harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).
Menurut Santosa (2004 : 231) bahwa pembacaan heuristik adalah pembacaan yang didasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetik (tiruan alam) dan membangun serangkaian arti yang heterogen atau tak gramatikal. Hal ini dapat terjadi karena kajian didasarkan pada pemahaman arti kebahasaan yang bersifat lugas atau berdasarkan arti denotatif dari suatu bahasa. Sedangkan Pradopo (2005 : 135) memberi definisi pembacaan heuristik yaitu pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama.
b. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik menurut Riffaterre merupakan pembacaan tingkat kedua untuk menginterpretasikan makna secara utuh. Dalam pembacaan ini, pembaca harus lebih memahami apa yang sudah dia baca untuk kemudian memidifikasi pemahamannya tentang hal itu. (1987 : 5)
Pembacaan hermeneutik menurut Santosa (2004 : 234) adalah pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh dan terpadu. Sementara itu, Pradopo (2005 : 137) mengartikan pembacaan hermeneutik sebagai pembacaan berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat kedua (makna konotasi). Pada tahap ini, pembaca harus meninjau kembali dan membandingkan hal-hal yang telah dibacanya pada tahap pembacaan heuristik. Dengan cara demikian, pembaca dapat memodifikasi pemahamannya dengan pemahaman yang terjadi dalam pembacaan hermeneutik.
G. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dilakukan pada skripsi ini ialah sebagai berikut :
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data kepustakaan. Data yang dikumpulkan berupa buku-buku acuan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer berupa naskah SKM. Naskah SKM dikaji dan dipahami berdasarkan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan peristiwa-peristiawa yang dijelaskan melalui tanda-tanda terentu. Data sekunder berfungsi untuk lebih memperjelas, menguatkan masalah yang akan dibahas.
2. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data pertama kali yang dilakukan ialah mendeskripsikan naskah, selanjutnya mentransliterasi teks SKM, serta menyajikan teks. Hasil transliterasi ini sebagai data primer, sedangkan buku-buku pustaka, makalah, dan majalah yang berhubungan dengan objek penelitian adalah data sekunder.
3. Tahap Pemaparan Analisis Data
Tahap pemaparan analisis data yaitu dengan studi pustaka, terutama terhadap sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan pembahasan masalah kajian terhadap sumber tertulis ini dilakukan untuk memberikan studi analisis yang lebih dalam tentang isi teks. Dalam langkah analisis isi teks digunakan metode semiotik.
Langkah penelitian filologi yang dilakukan pada skripsi ini ialah; 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi naskah, 3) ringkasan isi cerita naskah, 4) suntingan teks berupa translitarasi, dan 6) glosarium.
Inventarisasi naskah adalah tahap pertama dalam pengumpulan data berupa naskah. Sumber data naskah ialah katalogus naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan universitas, museum, instansi yang menaruh perhatian pada naskah, dan di kalangan masyarakat. Naskah Syair Kumbang dan Melati tercantum di katalogus Katalog Induk Naskah – Naskah Nusantara jilid 4 disunting oleh TE.Behrend, penerbit Yayasan Obor Indonesia. Tempat penyimpanan naskah terdapat di PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) Jakarta dengan nomor naskah Ml7.
Langkah selanjutnya yaitu deskripsi naskah. Naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi nasakah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tahap penelitian selanjutnya.
Setelah naskah dideskripsikan lalu dilakukan transliterasi dan suntingan teks. Transliterasi adalah alih aksara atau penggantian jenis aksara (yang umumnya belum begitu dikenal) dengan aksara dari abjad lain (yang sudah di kenal dengan baik) yaitu pengalihan huruf dari abjad Arab ke abjad Latin. Selanjutnya suntingan teks yang dilakukan dengan menggunakan metode suntingan naskah tunggal edisi standar yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil. Ketidakjelasan dan ejaan yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Semua perubahan yang ada dicatat di tempat yang khusus agar dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah, sehingga masih memungkinkan dapat penafsiran lain oleh pembaca. Langkah yang terakhir adalah penulisan glosarium atau penulisan pada kata-kata yang dianggap sulit.
Teori yang dipakai dalam menganalisis teks SKM adalah teori semiotik. Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre, bahwa dalam memahami makna harus diawali dengan pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penelitian ini adalah bab satu adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab dua adalah deskripsi naskah yang terdiri dari keadaan naskah, deskripsi naskah, dan singkatan teks SKM.
Bab tiga adalah suntingan teks, yang terdiri dari rumusan pedoman transliterasi Arab-Latin, transliterasi naskah dan aparatus kritik.
Bab empat adalah analisis semiotik dalam Syair Kumbang dan Melati, yang terdiri pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, dan relevansi makna teks SKM terhadap masyarakat saat ini. Bab lima adalah penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran.
Sumber: http://www.undip.ac.id/
Untuk lebih lengkap bisa email ke dee_nbl@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...