BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan alat penggerak (roda) kehidupan manusia untuk menjalankan aktivitas sehari – hari. Setiap orang dalam kegiatan hidupnya akan terlibat dengan matematika, mulai dari bentuk yang sederhana dan rutin sampai pada bentuk yang sangat kompleks. Misalnya, dua contoh kegiatan Matematika rutin dan sederhana yaitu menghitung dan membilang, hampir dikerjakan setiap orang.
Dua contoh kegiatan matematika lainnya yang dikerjakan oleh sekelompok orang tertentu saja yaitu “ mathematical problem solving” dan “mathematical reasoning”. Keadaan tersebut menggambarkan karakteristik Matematika sebagai kegiatan manusia atau “mathematics as a human activity”. Sampai pada ruang lingkup sekolah, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa dari jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA dan SMK). Menurut Purwanto (2008:18) pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atau input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional merancang kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP sekolah menengah pertama (SMP), matematika termasuk dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika adalah peserta didik memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006).
Bagi masyarakat pada umumnya supaya dapat hidup layak dan untuk kemajuan negaranya, sedangkan bagi matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru ketika akan mengajar matematika, mereka tidak menyampaikan alasan mengapa anak didiknya harus belajar matematika sekolah. Guru hanya memberikan materi dan soal–soal latihan yang harus dikerjakan sehingga siswa tidak mengetahui maksud atau alasan belajar matematika. Hal ini menyebabkan siswa mempunyai persepsi bahwa belajar matematika itu tidak berguna, ruwet, dan sulit.
Menurut Ruseffendi (2006: 261) bahwa matematika adalah ratunya ilmu (mathematic is the queen of the science), maksudnya ialah matematika tidak tergantung dengan bidang study lain dan matematika adalah pelayanan ilmu. Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki : (1) kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata; (2) Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; dan (3) kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat disalah gunakan pada setiap keadaan, seperti berfikir kritis, berfikir logis, berfikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, dan bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan masalah.
Selain itu pembelajaran matematika yang kurang menarik minat siswa akan menyebabkan siswa tidak akan memperhatikan pelajaran di kelas, sehingga siswa kurang memahami matematika. Akibatnya mereka tidak dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik yang menyebabkan prestasi belajar matematika menjadi rendah.
Dari hasil wawancara guru matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Sarolangun diperoleh informasi bahwa kemampuan koneksi matematika yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sarolangun masih rendah sehingga tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal sangat tinggi. Rendahnya kemampuan koneksi matematika siswa tersebut dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Sebagaimana yang terlihat dilapangan, masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 5 Sarolangun , masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. KKM yang digunakan disekolah SMP Negeri 5 Sarolangun ini adalah 60 dan syarat ketuntasan kelas adalah 75% dari jumlah siswa. Adapun jumlah siswa yang tuntas pada ujian matematika semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 5 Sarolangun dapat dilihat pada Tabel 1.1. Oleh karena itu, peneliti mengambil tempat penelitian di SMP negeri 5 sarolangun agar dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai KKM yang diinginkan.
Tabel 1.1
Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 5 Sarolangun Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa Yang Tuntas Jumlah siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan
(%)
VIII A 33 20 13 61
VIII B 33 24 9 73
VIII C 32 25 7 78
VIII D 32 23 9 72
Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 5 Sarolangun.
Kenyataan tersebut selayaknya menjadi perhatian khusus para guru dan pengembang konsep pendidikan matematika untuk dapat mengatasi rendahnya hasil belajar matematika siswa. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa, yaitu model penyajian materi, pribadi guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat. Guru sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai andil yang cukup besar terhadap keberhasilan siswanya, di samping faktor yang lainnya. Oleh karena itu, berbagai upaya perlu dilakukan guru agar hasil belajar matematika siswa dapat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar hasil belajar matematika siswa meningkat adalah dengan meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika itu sendiri. Karena rendahnya nilai matematika siswa dapat disebabkan siswa tidak paham atas pelajaran yang telah dia pelajari.
Menurut Ruspiani (Setiawan, 2009: 12), membuat koneksi matematika merupakan cara untuk menciptakan pemahaman terhadap matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya kemampuan koneksi matematika siswa, maka pemahaman siswa terhadap matematika juga akan meningkat. Dengan pemahaman matematika yang lebih baik maka diharapkan hasil belajar matematika juga akan lebih baik. Bertolak dari hal tersebut, salah satu upaya yang disarankan peneliti untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswanya. Salah satu tujuan pengajaran matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar memiliki ketrampilan matematika yang dapat digunakan dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang dan dalam kehidupan sehari-hari. Abdurrahman (2009:251) juga berpendapat bahwa matematika perlu untuk diajarkan di sekolah karena selalu digunakan dalam setiap segi kehidupan, dan setiap mata pelajaran memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai.
Koneksi matematika adalah suatu keterkaitan antara topik dalam matematika yang sedang dipelajari dengan topik yang lainnya dalam mata pelajaran matematika itu sendiri, maupun keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan koneksi matematika di sekolah ada tiga, yaitu memperluas wawasan pengetahuan siswa, memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu, bukan sebagai materi yang berdiri sendiri-sendiri dan mengenal relevansinya dan manfaat matematika , baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kemampuan koneksi matematik diperlukan oleh siswa dalam mempelajari beberapa topik matematika yang memang saling terkait satu sama lain. Menurut Ruspiani (Setiawan, 2009: 15), jika suatu topik diberikan secara tersendiri maka pembelajaran akan kehilangan satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar matematika secara umum. Tanpa kemampuan koneksi matematik, siswa akan mengalami kesulitan mempelajari matematika. Melalui koneksi matematika diharapkan pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika akan semakin luas, tidak hanya terfokus pada satu topik tertentu yang sedang dipelajari. Tanpa adanya kemampuan melakukan koneksi matematika maka siswa harus belajar dengan mengingat terlalu banyak konsep yang terpisah.
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Pada proses pembelajaran siswa terkadang sulit untuk berkonsentrasi, sehingga membuat siswa itu tidak dapat memahami pelajaran yang berlangsung. Namun ada juga siswa yang dapat menangkap apa yang dipelajari pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kenyataan ini lah yang sering kita jumpai pada siswa dalam kehidupan sehari–hari dimana kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu tidak ada yang sama, perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku didalam siswa. Dalam keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya hal itu lah yang disebut dengan kesulitan belajar siswa.
Menurut Syamsudin (2010:231) kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan–hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dapat bersifat fisilogis maupun psilogis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berbeda dibawah semestinya. Sejalan dengan hal tersebut Suhito (2007) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi belajar yang ditandai dengan adanya hambatan–hambatan tertentu dalam pencapaian hasil belajar atau kondisi seseorang siswa tidak dapat memenuhi ukuran yang telah ditentukan. Ukuran ini berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kedudukan siswa dalam kelompok.
Menurut Syah (2010:185) secara umum faktor–faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dibedakan atas dua kategori yaitu: faktor intern (faktor yang bersumber dari diri sendiri) dan faktor ekstern (faktor yang bersumber dari luar individu). Faktor intern meliputi faktor kesehatan, tingkat kecerdasan, perhatian, minat, bakat dan motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga (orang tua, suasana rumah/keluarga), sekolah (cara penyajian materi oleh guru, standard pembelajaran, kelengkapan alat pelajaran, sumber belajar, kurikulum sekolah, lingkungan sekolah, dan disiplin sekolah) serta masyarakat (teman bergaul, aktivitas siswa dalam masyarakat). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa komponen kesulitan siswa dalam belajar matematika meliputi kesulitan yang berkaitan dengan faktor intern (kesehatan, kesiapan siswa dalam belajar, tingkat pemahaman, perhatian terhadap pembelajaran, motivasi, minat dan bakat) dan kesulitan yang berkaitan dengan faktor ekstern (guru, alat/media pembelajaran, orang tua, suasana rumah, lingkungan sekitar).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Kemampuan Koneksi Matematika Di Kelas VIII SMP”.
Sumber: IAIN STS JAMBI
Lebih lengkap bisa kontak ke email info.pustakakendee@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...