Oleh: Mohamad Ikhwan Rosyidi
Abstract
This writing will express a mist as whitening and thickening thing, which is able to disguise what human sees. It even is able to package something that is not known by human. Besides that, it is how a mist represented, by Cultural Studies approach, events and happenings that are fogged in order to abolish them in a national history movement.
Through Kalatidha, it is expressed how a mist can represent the abolition of G30S/PKI event, their families, their future as proof that nation has fogged a particular history point in series of Indonesian history movement
Keywords: representation, mist, Cultural Studies, history, and nation
I. Pengantar
Sejarah bangsa Indonesia mempunyai perjalanan yang cukup berliku. Di mulai ketika bangsa ini berada dalam kondisi berkerajaan-kerajaan. Rakyatnya kemudian menyatukan diri di bawah Sumpah Palapa Gadjah Mada. Perjuangan rakyat dilanjutkan dengan perlawanan terhadap bangsa Portugis. Setelah Portugis meninggalkan Indonesia, kerajaan Belanda datang guna menyambung penjajahan terhadap negara Indonesia. Perjalanan sejarah bangsa dilanjutkan dengan perjuangan melawan pendudukan negara Jepang. Akhir dari sejarah pendudukan ini adalah masuknya sekutu yang dibarengi oleh Belanda. Rentetan peristiwa sejarah yang dialami oleh bangsa Indonesia tersebut telah membentuk sebuah bungkus, yakni sejarah dalam bungkus penjajahan dan pendudukan atas bangsa lain.
Pembungkusan sejarah kembali terbentuk ketika bangsa Indonesia mulai merintis perjuannya untuk membangun bangsanya sendiri. Munculnya peristiwa-peristiwa yang awalnya bersifat lokal, merambat menuju yang pusat. Ini merupakan bungkus lain dalam pembabakan sejarah bangsa Indonesia. Salah satu contoh dari bungkus lain dalam pembabakan sejarah bangsa Indonesia adalah berkembangnya ideologi-ideologi kiri, yang terefleksi dalam kemunculan organisasi-organisasi yang bersifat kiri. Puncaknya adalah pecahnya pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 dan G30S/PKI pada tahun 1965.
Bungkus pembabakan sejarah bangsa Indonesia dalam bentuk pemberontakan PKI ini merupakan bungkus yang sampai saat ini menyimpan misteri. Ketika masa Orde Baru misalnya, dapat dirasakan betapa orang-orang yang di’anggap’ keluarga yang terlibat dari peristiwa tersebut tidak akan mendapatkan ‘tempat’ di bangsa ini. Tempat itu, baik yang bersifat sempit dalam lingkup sosial kemasyarakatan, maupun yang beskala nasional. Tentu saja, hal ini menjadikan sebuah bungkus lain dalam pembabakan sejarah bangsa Indonesia.
Tulisan ini akan menganalisis bagaimana ’bungkus’ yang berbentuk kabut dalam salah satu bungkus pembabakan bangsa Indonesia, yakni peristiwa PKI. Peristiwa ini telah berperan aktif meniscayakan peristiwa G30S/PKI, keluarga-keluarganya, hingga hari depannya, melalui novel Kalatidha yang ditulis Seno Gumira Ajidarma. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan representasi dan resistensi Cultural Studies.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...