Oleh: Asmadi
A. Mantra, Sastra Lisan Besemah
Besemah merupakan salah satu suku yang ada di kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan. Kehidupan masyarakat Besemah yang jauh di kaki Gunung Dempo membuat masyarakat ini masih dapat mempertahankan adat dan budaya daerahnya dengan baik.
Namun semakin lama, setelah terjadi pemekaran wilayah dan globalisasi, budaya yang selama ini dipertahankan mulai meluntur dan tercuci oleh budaya-budaya luar yang menderas merasuki masyarakat Besemah. Seiring tergerusnya budaya, tergerus pula kekayaan sastra lisan mereka. Masyarakat Besemah yang merupakan “sumur” sastra lisan di Sumatera Selatan, akhirnya perlahan-lahan juga meninggalkannya. Sastra lisan yang berada di Besemah antara lain adalah rejung, tangis ayam, kicek panjang,meringit, andai-andai, guritan, petatah petiti, tadut dan jampi-jampian (mantra) pun akhirnya kini mulai memudar satu demi satu seiring meninggalnya para penutur sastra lisan ini(Rahaju,2014:1). Hal inilah yang membuat penulis berusaha untuk mencoba mendalami salah satu sastra lisan Besemah, yaitu mantra.Mantra merupakan sastra lisan yang biasa digunakan oleh sebagian masyarakat daerah Besemah, Pagaralam, Sumatera Selatan.Dalam bahasa Besemah mantra disebut jampi . Isinya merupakan doa-doa dan dan ucapan-ucapan yang mengandung kekuatan ghaib atau sihir sehingga dapat merubah keadaan sesuai dengan harapan dan kehendak si pembaca mantra. Hal ini sesuai dengan makna mantra dalam KBBI daring , yakni perkataan atau ucapan yg memiliki kekuatan gaib, misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka,dan sebagainya. Juga seirama dengan pengertian mantra menurut Zaher Zein (2012), yaitu:
Mantra diambil dari kata sansekerta yaitu "mantra" atau "manir" yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci umat Hindu, Veda. Dalam masyarakat Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi kenginan penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan musuh, melemahkan musuh, atau memikat wanita.
Selain itu mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa yang memungkinkan pembacanya mengontrol seseorang atau alam.
Awalnya, mantra bukan merupakan bagian dari seni sastra . Mantra hanya digunakan untuk kepentingan adat atau budaya saja. Tetapi keindahan rima dan iramanya membuat mantra lebih tepat jika dikelompokkan ke dalam bentuk puisi. Penyebaran mantra dilakukan dari mulut ke mulut sehingga ia dapat digolongkan sebagai sastra lisan.
Karakteristik jampi di Besemah tak ubahnya dengan mantra pada umumnya,yakni ada perintah atau suruhan, mempunyai rima yang indah, pengucapannya harus utuh dan tidak bisa dipotong-potong, terdapat hal yang tidak bisa dipahami oleh logika manusia atas hal yang terjadi setelah pembacaan mantra tersebut dan ada sesuatu yang khusus dari kata-katanya yang tidak dapat dipahami oleh orang lain. Karakteristik ini sesuai dengan ciri-ciri mantra yang ditulis oleh Umar Yunus dalam Hartono (2014):
“... ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut:
1. Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah.
2. Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi.
3. Mantra menggunakan kesatuan pengucapan.
4. Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui bagian-bagiannya.
5. Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan sesuatu yang serius.
6. Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari kata-katanya.”
B. Mantra Bagian dari Kehidupan Masyarakat Besemah
Pada masanya dahulu, mantra/ jampi digunakan di berbagai sendi kehidupan masyarakat Besemah. Mulai dari bercocok tanam, berhias, berpakaian, hingga menyapih anak dan mencari pekerjaan.
Menurut Rosmini(63 th, desa Nendagung Kec. Pagaralam Utara) tidak mudah untuk mendapatkan rapalan jampi tersebut. Pada zaman dahulu, untuk mendapatkannya seseorang harus tandang (bermalam) di rumah nenek atau orang tua yang masih ada hubungan kerabat dengannya. Setelah bermalam agak lama, kemudian si nenek mulai mempercayai perilaku baiknya, maka biasanya si nenek akan mengajarkannya jampi-jampi yang penting untuk kehidupan penerima. Pemindahan ilmu ini pun tidak mudah. Penerima membutuhkan waktu berbulan panjang untuk dapat menghafalkan jampi-jampi tersebut, karena pada waktu itu, jampi-jampi yang di wariskan harus dihafal, tidak ditulis seperti masa sekarang. Setelah mendapatkan jampi tersebut, penerima harus memberikan imbalan syarat tertentu kepada si nenek.
Selain dengan cara di atas, penyebaran jampi dilakukan secara turun- temurun dan rahasia. Dari nenek, ke ibu atau ayah, ke cucunya, dan seterusnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keturunan dari segala hal yang tidak diharapkan terjadi. Selama masa penyebaran itu, kerahasiaan tetap dijaga. Dan kerahasiaan dilakukan untuk menjaga agar jampi-jampi yang ada tidak disalahgunakan oleh orang yang bertabiat buruk.
Jampi-jampi Besemah antara lain, jampi betanam (mantra bercocok tanam), jampi penundun (mantra penggoda hati), jampi terbang (Mantra untuk memanggil orang yang jauh), jampi kebal (Mantra untuk kekebalan), jampi bekain (Mantra berpakaian), jampi behias (mantra ketika berhias),jampi ngeluagh ghumah (mantra Bepergian),jampi naik panggung (mantra agar tidak gugup saat di panggung) ,jampi makan sighih (Mantra ketika makan sirih), jampi bemasak (mantra untuk memasakkan orang banyak, jampi kempenan (mantra pengobat mata kemasukan kotoran, jampi minyak (Mantra pengasihan), jampi pengut (mantra untuk mengobati gusi bengkak/sakit gigi), jampi sidang(mantra dalam persidangan atau ujian) dan sebagainya, sesuai kebutuhan hidup kita.
Bunyi dan kegunaan jampi-jampi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jampi betanam
Masyarakat Besemah yang mata pencahariannya bertani, hampir semuanya memahami dan mampu merapalkan “jampi betanam”. Mantra ini dihunakan ketika kita menanam sesuatu.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Nak idup iduplah di tanam
Nak mati matilah kene mataghi
Nak dingin dinginlah kene ujan
Berkat kate Allah
Artinya:
Bismillahirrohmaanirrohiim
Mau hidup, hiduplah di tanah
Mau mati matilah kena cahaya matahari
Mau dingin dinginlah kena hujan
Berkat kata Allah
2. Jampi Penundun
Mantra ini digunakan untuk memanggil atau mencari orang yang hilang.
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Cebuk bantal jage nyawe
Cebuk bantal jage nyawe
Cebuk bantal jage nyawe
Bedetak kene di ati
Kuncang kirap darah di jantung
Gemuyang kene di rambut
Kene dik ade lepas agi
Kene dik ade kucil agi
Sembak pepulut tembus di melate
Tumbuh di padang ngirang ngine
Bepulut ati sianu
Sembak sunting ghindu ke bape
Sembak beghuk ghindu ke jagung
Luk itulah si anu ghindu ke aku
Berkat kate Allah
3. Jampi terbang
Sama dengan jampi penundun, mantra ini digunakan untuk menemukan orang yang hilang.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Hai sang peghiuk
Aku bepesan padamu
Kalu si anu sedang lapagh
Jangan diberi makan
Kalu si anu sedang aus
Jangan diberi minum
Kalu si anu sedang gelap
Jangan diberi terang
Suruh teghingat padaku
Berkat kate Allah
4. Jampi Pengut
Mantra ini digunakan untuk mengobati orang yang sakit gigi atau gusinya bengkak.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Hut sang sepengut
Kemane sang sepengut
Naik tughun nak njuluk pengut si anu
Hut katenye Allah
5. Jampi bemasak
Mantra ini digunakan ketika masak di rumah orang hajatan.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Hai sang kuali
Aku bekerje tuk jeme banyak
Banyak cupu dikit cukup
Fardu kate Allah
6. Jampi makan sighih
Mantra ini digunakan ketika makan sirih.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Sighih kuning gagang meghesik
Gajah gile di urati
Kecik kuning alis lentik
Lanang betine linjang gale
Berkat kate Allah
7. Jampi Bekain
Mantra ini digunakan ketika memakai pakaian.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Bar jiku nyebabar
Belum kupakai belum manis
La kupakai mangke manis
Manis mate bidudari
manis mate ughang sejagad
Sebalai raye tepandang padaku
Berkat kate Allah
8. Jampi Behias
Mantra ini digunakan ketika berhias.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Bedakku bedak dai
Digilang di ati tangan
Cayeku caye bidudari
Ditunde midang
Di tenga laman
Manis mate bidudari
Manis mate ughang sejagad
Sebalai raye tepandang padaku
Berkat kate Allah
9. Jampi Ngeluagh Ghumah
Mantra ini digunakan ketika hendak bepergian atau keluar rumah
Bismillahirrohmaanirrohiim
Duk geruduk si cambai layu
Sighih bejuntai kanan jalan
Ughang ghunduk aku lalu
Nangiskan intai aku bejalan
Manis mate bidudari
Manis mate ughang sejagad
Sebalai raye tepandang padaku
Berkat kate Allah
10. Jampi Naik Panggung
Mantra ini digunakan sebelum kita berbicara di depan orang banyak, agar tidak gugup dan malu.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Upung si burung upung
Upung si burung laye-laye
Ndi jauh seperti gunung
Ndi damping seperti berdiwe
Manis mate bidudari
manis mate ughang sejagad
Sebalai raye tepandang padaku
Berkat kate Allah
11. Jampi Minyak
Mantra ini digunakan agar disayang orang.
Bismillahirrohmaanirrohiim
Minyak kubu li belantan putih
Peturunan bujang semawai
Aku tughun menghancur ati
Ancur iran beraye kasih
Kasih jeme lain kepadaku
Berkat kate Allah
C. Mantra Besemah Saat ini
Kini, mantra besemah sudah jarang sekali dituturkan. Dari sepuluh pemuda Besemah, belum tentu satupun mengetahuinya. Mantra hanya ada di dunia orang-orang tua, dan tidak semua mereka mau dan percaya untuk menurunkan mantra yang dimilikinya kepada generasi muda.
Ketidakpercayaan pemilik mantra terhadap generasi muda dalam menggunakannya, kerahasiaan mantra itu sendiri, serta sihir yang terkandung di dalamnya, membuat mantra menjadi salah satu sastra lisan yang sulit untuk disebarkan dan dilestarikan. Selain itu ketidakpercayaan para pemuda akan manfaat dan kegunaan mantra pun menjadi penyebab lain sastra lisan ini tenggelam.
Jangan hilang mantraku
Jangan meredup ditelan zaman
Jangan tergerus kesangsian
Sumber: Makalah Temu Sastrawan pada Pekan Sastra Balai/Kantor Bahasa Regional Sumatra 2015
asalamualaikum
BalasHapusIzin pengamalan mya🙏🙏
BalasHapus