Selasa, 13 September 2016

Suku Anak Dalam (Kubu) dalam Naskah Drama Tradisonal Senjang Rembun Karya RD. Kedum

Oleh: Sari Herleni 

Abstrak
Penelitian ini membahas kehidupan Suku Anak Dalam yang meliputi gambaran adat istiadat, sistem sosial, kebudayaan fisik, dan sikap hidup dalam naskah drama tradisional Senjang Rembun karya RD. Kedum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Teknik analisis data yang dilakukan sebagai membaca naskah drama Senjang Rembun, menandai pada bagian naskah drama yang berkaitan dengan masalah yang akan diungkapkan, mengelompokkan data, menganalisis data secara pemahaman sosiologis, kemudian mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa naskah drama Senjang Rembun karya RD. Kedum dianggap mampu memberikan garis-garis besar gambaran kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam.

Kata kunci: adat istiadat, sistem sosial, kebudayaan fisik, sikap hidup.

Abstract
This study is describing the life of Suku Anak Dalam which includes the picture of traditions, physical culture, social system and attitude of life in Senjang Rembun traditional drama script by RD. Kedum. The method used in this study is descriptive qualitative by using sociology of art approach. The collected data were analyzed by reading Senjang Rembun drama script, determining parts of the drama script related to the problem of this study,  grouping the data,  analyzing the data trough sociological understanding, then describing and concluding the result of the study. The result of this study show that the Senjang Rembun drama script by RD. Kedum gives picture of Suku Anak Dalam society.

Key Words: cultural system, social system, physical culture, attitude of life.

I. Pendahuluan
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut masing-masing memiliki masyarakat yang berjumlah banyak atau bahkan ada yang minoritas. Suku Anak Dalam atau dikenal dengan suku Kubu atau orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Jambi dan Sumatera Selatan. Namun mayoritas mereka hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. Sebagian dari mereka juga menganut kepercayaan animisme dan sebagian kecil beralih ke agama Islam. Untuk dapat bertahan hidup, SDA melaksanakan kegiatan berburu, meramu, menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Namun dengan perkembangan pengetahuan dan peralatan hidup yang digunakan akibat adanya akulturasi budaya dengan masyarakat luar, kini mereka telah mengenal pengetahuan pertanian dan perkebunan. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka diatur dengan aturan, norma dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan kebudayaannya. 

Keberadaan Suku Kubu kini baik orang, norma dan adat istiadatnya  mengalami pergeseran sesuai dengan kemajuan jaman dan arus globalisasi. Bahkan ada sebagian dari unsur tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini tentunya menjadi perhatian segala pihak, tak terkecuali seorang pengarang. Melalui karyanya seorang pengarang dapat merekam segala unsur kebudayaan menjadi hal yang dapat dinikmati kembali oleh pembacanya. Penempatan diri karya sastra yang dianggap sebagai sarana dalam menikmati kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat tentunya memiliki fungsi yang penting untuk mendokumentasinya. Di sisi lain membaca karya sastra berarti menikmati kehidupan yang didalamnya berwujud kebudayaan yang berlaku di suatu masyarakat. Karya sastra selain merupakan hasil imajinasi juga buah dari penghayatan  pengarang terhadap masyarakat. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kennyataan bahwa seorang pengarang senantiasa hidup dalam suatu lingkungan sosial yang mendukungnya. Apa yang ia lihat dan rasakan secara tidak langsung dapat menjadi gambaran  (cermin) sesuatu pada  masa, ruang dan waktu tertentu.

Karya sastra dianggap sebagai sebuah karya yang dapat memberikan gambaran tentang suatu masyarakat terdapat dalam suatu naskah drama Senjang Rembung karya RD. Dalam naskah ini terlihat gambaran masyarakat Suku Anak Dalam. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa ini perlu diteliti, khususnya dianalisis secara sosiologi sastra yang mengatakan karya sastra dianggap sebagai dokumen sosial budaya. Selain itu,  karena gambaran sosial SAD sangat menarik untuk diperbincangkan menginggat suku ini nyaris punah tergeser oleh perkembangan jaman.

Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran adat istiadat, sistem sosial, kebudayaan fisik, dan sikap hidup masyarakat SAD dalam naskah drama tradisional Senjang Rembun karya RD Kedum.  Sementara tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran adat istiadat, sistem sosial, kebudayaan fisik, dan sikap hidup masyarakat SAD dalam naskah drama tradisional Senjang Rembun karya RD Kedum dengan menggunakan teori Sosiologi Sastra.

Sumber: Jurnal Mlangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...