Oleh: Nur Seha
Abstract
A literature realize a life, that mean is a social fact. But not mean thats a short story become reports substance, statistics data collection and so on. A literature can be addition substance to real data of social documents. By means of literature, in fact a reader can experience a lifes problems to the full better than read a sociology article.
A lifes problems can be feel in short story more than read a biografy documentation. Even, a literature is interpretation from a reality of life and very subjective.
Key words: literature, social document, sociology article, biografi documentation
1. Pengantar
Cerita pendek atau cerpen memiliki kekhasan yang tidak terdapat pada karya fiksi lain, seperti novel, yaitu kemampuannya mengemukakan lebih banyak—jadi, secara implisit—dari sekadar apa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2002:11). Panjang cerpen sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story) berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan (midle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata.
Kumpulan cerpen Perempuan yang Menunggu (buku satu) karya Dorothea Rosa Herliany lebih menonjolkan tokoh-tokoh perempuan dengan karakteristik masing-masing. “Cermin (Pecah) Perempuan” merupakan metafora yang digambarkan Dorothea dalam mengungkap sisi perempuan di sepuluh cerpen tersebut.
Citra perempuan yang selingkuh, setia, mencari cinta, dikhianati, dan perempuan yang gelisah digambarkan dengan sederhana oleh Dorothea dalam kumpulan ini. Pengakuan Dorethea yang dituangkan dalam pengantar mengatakan proses kreatif dalam penciptaan cerita pendek terumuskan sangat sederhana. Barangkali para cerpenis lain mengalami hal yang sama, yakni ketika menangkap realitas (segala sesuatu yang dilihat dan dialami—realitas konkret—dan segala sesuatu yang terkenang, diangankan—realitas imajiner) dituliskannya kembali ke dalam bentuk “realitas baru” (Dorothea, 2000:xi).
Perbedaan antara jenis teks naratif dan puisi dan drama seringkali tampak pada perbedaan tipografi. Secara tipografi, sebuah narasi mengisi seluruh permukaan halaman, sedangkan dalam teks drama dapat dijumpai banyak bidang kosong, khususnya bila terjadi pergantian dialog. Dalam tipografi puisi, pada umumnya halaman tidak diisi penuh, tetapi ada baris-baris yang relatif pendek dan ada pembagian bait (Wiyatmi, 2005: 27-28).
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dalam fiksi dapat dibedakan dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu dan satu sifat watak tertentu.
Sebagai seorang tokoh, manusia tidak diungkapkan berbagai kemungkinan yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, dan hanya mencerminkan satu watak tertentu. Menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2002: 183), tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian dan jati dirinya. Ia memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun juga dapat menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan bertentangan dan sulit diduga.
Tokoh perempuan dalam cerpen Dorothea adalah tokoh yang digambarkan secara sederhana. Dalam arti kata, ia hanya memiliki satu kualitas pribadi atau satu sifat watak tertentu, sedangkan citra perempuan yang berusaha dihadirkan dalam tulisan ini adalah wujud gambaran tingkah laku dalam hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain.
Beberapa penelitian yang pernah membahas citra wanita dalam karya sastra, antara lain (1) Triwardani tahun 1995 dengan judul “Citra Alternatif Wanita Single”; (2) Djajanegara tahun 1995 dengan “Citra Wanita dalam Lima Novel Terbaik Sinclair Lewis dan Gerakan Wanita di Amerika”; (3) Sugihastuti tahun 2000 dengan “Wanita di Mata Wanita”; dan (4) Mu’jizah, dkk. tahun 2003 dengan Citra Wanita dalam Hikayat Panji Melayu (Mu’jizah, dkk. 2003: 3-4), sedangkan citra perempuan yang digambarkan Dorothea dalam kumpulan cerpennya adalah dalam ranah rumah tangga atau hubungan perempuan dengan suami, calon suami, mantan kekasih, dan teman selingkuh.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...