Minggu, 22 Mei 2016

Pelanggaran Terhadap Prinsip Kerja Sama dalam Tatarucingan "Teka-Teki Sunda"

Oleh: Hera Meganova Lyra 
Abstract

Tatarucingan (Sundanese puzzle) is a form of communication such as game language which involve questionnaire and moreover its response should be acceptable. The content of ambiguity is the main factor which differentiate tatarucingan and a simple question. The ambiguous element in tatarucingan viewed from pragmatic angles has been in reality against the cooperative principle revealed by Leech.
This contravention arisen in the language level which includes form of sounds, word, group of word, ands means.
Key words :tatarucingan, game language, ambiguous,cooperative principle, sounds, word, group of word, means

1. Pengantar
Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan. Supaya pesan tersebut dapat disampaikan dengan baik, tentunya harus menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dengan baik, yaitu tepat dalam menggunakan kaidah bahasa dan kaidah penggunaan satuan lingual komunikasi. Kaidah bahasa meliputi sistem bunyi, bentuk kata, kalimat, dan makna, sedangkan kaidah penggunaan satuan lingual komunikasi dalam pragmatik  menyangkut prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan.

Dalam kajian pragmatik supaya proses komunikasi berjalan lancar penutur dan lawan tutur harus menerapkan  prinsip kerja sama. Leech (dalam Tarigan, 1987)   mengemukakan bahwa  dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur dan lawan tutur harus mematuhi empat maksim percakapan, yaitu:
1. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas  menghendaki setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang  secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
2. Maksim Kualitas
Maksim ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya.
3. Maksim Relevansi
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.
4. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, tidak berlebih-lebihan, serta runtut. 


Tatarucingan “teka-teki Sunda” merupakan bentuk komunikasi berupa permainan bahasa yang mengandung unsur pertanyaan  dan harus diterka jawabannya.  Dalam tatarucingan  ada penanya (si pembuat tatarucingan) dan penjawab.  Jika berpatokan pada prinsip kerja sama, ternyata dalam tatarucingan prinsip tersebut tidak dipenuhi malah sengaja dilanggar. Si penutur  tidak memberikan informasi yang  relevan dengan pembicaraan. 

Sumber: Jurnal Mlangu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...