Oleh: Syaiful Bahri Lubis
Abstrak
Ada beragam bentuk peribahasa dan ungkapan dalam bahasa Mandailing. Makna-makna yang terkandung di dalamnya juga beragam. Oleh karena itu penelitian ini akan difokuskanpada bentuk atau struktur (sintaksis) dan makna (semantis) yang terkandung di dalam pribahasa dan ungkapan bahasa Mandailing.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian distribusional dengan melakukan analisis struktur peribahasa dan ungkapan dari segi unsur-unsur yang membentuknya secara distribusional dengan mempertimbangkan unsur inti secara intrinsik.
Kata kunci: bahasa Mandailing, peribahasa, ungkapan, sintaksis, semantis
1. Pengantar
Bahasa Mandailing digunakan sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan, oleh masyarakat Mandailing di Kapupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sebagaimana bahasa-bahasa lainnya di Nusantara, bahasa Mandailing digunakan sebagai media penyampaian budaya. Sebagai media penyampaian budaya, bahasa Mandailing merupakan satu-satunya sarana komunikasi yang digunakan dalam ritual-ritual adat, senandung, pidato, upacara tradisi, dan lain-lain.
Salah satu unsur bahasa yang sering kita temukan dalam acara-acara adat Mandailing adalah peribahasa dan ungkapan. Peribahasa dan ungkapan ini merupakan alat pengungkapan pikiran dan perasaan yang berperan penting dalam masyarakat Mandailing karena peribahasa dan ungkapan berfungsi sebagai penghias dalam sebuah tuturan. Hal ini disebabkan oleh adanya kendala dalam mengungkapkan suatu keadaan atau hal yang sulit dijelaskan maknanya dengan kata-kata biasa yang bermakna lugas. Pemilihan peribahasa dan ungkapan merupakan alternatif yang tepat untuk menyampaikan sesuatu yang sulit sebagai suatu kisan atau perbandingan. Arrasjid(1982:17)mengatakan bahwa dalam tata cara hidup bermasyarakat di daerah Tapanuli Selatan (sebelum pemekaran wilayah termasuk Mandailing) tidak semua hal dapat diungkapkan secara terus terang, apalagi dalam paradaton (hal-hal yang berbungan dengan adat).
Dalam upacara-upacara adat-istiadat peranan umpama-umpama ini sangat besar dan penting karena biasanya dalam hal ini segala sesuatu dinyatakan secara simbolis atau dikiaskan dengan perumpamaan-perumpamaan yang bagi setiap orang yang mendengar sudah memahaminya. Sehubungan dengan ini Badudu (1995: 204) mengungkapkan bahwa peribahasa dan ungkapan masih tetap merupakan bagian bahasa yang perlu mendapat perhatian kita karena peribahasa dan ungkapan ibarat bumbu pada makanan yang dapat membuat makanan terasa lezat. Peribahasa dan ungkapan membuat tuturan terasa lebih indah dan memberikan efek tertentu.
Secara umum bentuk peribahasa dan ungkapan lumrah kita temukan dalam bahasa-bahasa lain di dunia ini. Peribahasa dan ungkapan ini merupakan unsur bahasa yang cenderung baku dan beku, baik dari segi struktur, maupun makna atau artinya. Unsur tersebut diwariskan secara turun temurun dan tidak lagi dikenal siapa penciptanya pertama kali. Peribahasa dan ungkapan merupakan bentuk bahasa yang khusus yang tersebar secara lisan yang menggunakan bahasa berkias atau bahasa yang mengandung arti kiasan dengan struktur dan makna yang hampir sama.
Peribahasa dan ungkapan pada umumnya banyak muncul dari hasil pengamatan dan pengalaman hidup nenek moyang pemakai bahasa tersebut zaman dahulu. Peribahasa dan ungkapan ini merupakan cara yang paling tepat, halus dan berkesan, santun, untuk menyampaikan pengajaran, nasihat, teguran, anjuran, dan sindiran yang mudah ditangkap oleh orang yang mendengarnya atau pihak yang dinasihati. Unsur didaktis, misalnya, terdapat dalam peribahasa Unong aek di lubuk, marasak di na pajat yang sejalan dengan makna peribahasa dalam bahasa Indonesia Seperti ilmu padi, makin runduk makin berisi.
Peribahasa dan ungkapan merupakan unsur bahasa yang dapat menggambarkan budaya suatu masyarakat bahasa pada zamannya atau unsur-unsur budaya yang memiliki nilai yang sebagian besar menjadi pedoman atau larangan dalam aktivitas manusia berbudaya. Unsur ini dapat berlaku sepanjang zaman karena diwariskan dan dilestarikan. Seperti peribahasa Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat di dalam bahasa Indonesia sejalan dengan Tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona dalam bahasa Mandailing mengungkapkan bahwa mengambil keputusan itu akan lebih baik jika jalan yang ditempuh dengan musyawarah secara bersama-sama. Peribahasa Mandailing yang berbunyi Natalu jadi tiranggong, namonang jadi abuberstruktur dan bermakana sama dengan Kalah jadi abu, menang jadi arang dalam bahasa Indonesia.
Peribahasa merupakan kelompok kata yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu (Poerwadarminta, 1976:738). Pada halaman lain, Poerwadarminta (1976:1129) menjelaskan bahwa ungkapan adalah kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan. Pengertian yang senada juga kita temukan rumusan yang mengatakan bahwa peribahasa merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan menyatakan maksud tertentu; termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan (KBBI, 2002:858). Ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas dan padat berisi perbandingan, perumpamaan, dan nasihat, perinsip hidup atau aturan tingkah laku. Ungkapan dapat dibedakan dari peribahasa melalui ciri bahwa gabungan kata dalam ungkapan bermakna tidak sama dengan makna setiap anggotanya (KBBI, 2002:1247). Batasan ini bisa kita bandingkan dengan pengertian yang diberikan oleh Badudu (1985, 196-197) yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan peribahasa sebenarnya semua bentuk bahasa yang digunakan pemakai bahasa, yang mengandung arti kiasan, di dalamnya termasuk ungkapan berupa kata atau frase, perumpamaan, tamsil atau ibarat, pepatah dan petitih. Jadi, ke dalam peribahasa itu termasuk pula ungkapan, yaitu kata atau frasa yang mengandung makna kiasan.
Dari segi struktur, dapat dipahami bahwa peribahasa berupa kalimat, sedangkan ungkapan berupa gabungan kata dengan makna dan maksud tertentu yang dapat dipahami sebagai isi atau informasi. Peribahasa dan ungkapan juga dapat dipahami dari segi isinya yang padat, berupa nasihat dan perinsip hidup atau aturan tingkah laku yang memiliki nilai. Dalam penelitian ini, baik peribahasa, maupun ungkapan, digunakan untuk menyatakan suatu maksud atau informasi dalam suatu peristiwa bahasa yang digunakan masyarakat tutur.
Dari berbagai pandangan tersebut, dapat diambil sebuah rumusan garis besar bahwa peribahasa dan ungkapan menyangkut struktur--yaitu berupa frasa, klausa, atau kalimat— dan makna atau referensi yang menyangkut isi informasi. Dilihat dari hubungan makna, unsur-unsur pembentuk peribahasa dan ungkapan dapat berupa perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, dan tingkah laku serta aturan-aturannya, yang termasuk pula pantang larang yang ada di dalamnya.
Peribahasa dan ungkapan dalam bahasa Mandailing sebagai objek studi dan penelitian dapat ditinjau dan dikaji dari berbagai aspek dan sudut pandang. Penelitian ini hanya difokuskan pada bentuk atau strukturnya (sintaksis) dan makna yang terkandung di dalamnya (semantis). Dari segi struktur dibedakan antara predikatif dan nonpredikatif, yaitu berupa frasa, klausa, dan kalimat. Dari segi makna, ungkapan menunjukkan bahwa gabungan kata itu memiliki makna tersendiri atau satu kesatuan. Artinya, tidak dari makna setiap kata atau leksikon yang bergabung. Sementara itu, peribahasa memiliki makna informasi yang utuh sebagai satu kesatuan yang koheren dan pemahaman unsur inferensi yang terkandung di dalam ekspresi tersebut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah di dalam linguistik, baik dari segi struktur, maupun segi semantik serta dapat menambah kekayaan data, terutama tentang peribahasa dan ungkapan, baik linguistik Indonesia, maupun linguistik dunia. Paling tidak penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahandan bahan informasi bagi pembaca tentang perbendaharaan peribahasa dan ungkapan Mandailing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah publikasi khasanah budaya Mandailing.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi suatu ancangan kurikulum muatan lokal dalam proses belajar-mengajar, baik kemampuan bahasa Mandailing dari segi pemakaian bahasa secara tidak langsung, maupun dengan makna kognitif. Selain itu, juga diharapkan memberi manfaat dalam kajian struktur bahasa yang memerlukan prinsip bentuk, fungsi, dan makna, dengan unsur bahasa sebagai objek penelitiannya.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...