Selasa, 17 Mei 2016

Kajian Bunyi dalam Bahasa Rimba: Kajian Fonologi Generatif

Oleh: Elva Yusanti 
Abstrak

Kajian fonologi generatif merupakan kajian bunyi bahasa yang menerapkan ilmu pengetahuan dalam menganalisis bunyi bahasa. Kajian ini berusaha menguraikan sistem bahasa dalam bentuk rumus-rumus bunyi. Setiap bunyi memiliki tahapan fonemik berupa tahapan dalaman dan tahapan permukaan yang menjadi dasar penganalisisan bunyi suatu bahasa, termasuk bahasa Rimba. Bahasa Rimba, sebagai salah satu kekayaan lokal yang dimiliki Provinsi Jambi, memiliki variasi bunyi yang membedakannya dengan bahasa daerah lain.
Variasi bunyi tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan kajian Fonologi Generatif.
Kata kunci: identifikasi bunyi, pembuktian fonem, distribusi fonem, karakterisasi segmen, dan proses fonologis.

1. Pengantar
Tatabahasa Transformasi Generatif (Generative Transformational Grammar) dikemukakan oleh Noam Chomsky pada tahun 1957. Tatabahasa Generatif lahir karena ketidakpuasan para ahli bahasa dengan kajian sebelumnya, yaitu kajian Fonologi Struktural, yang menganggap bunyi sebagai unsur bahasa yang paling kecil. Para ahli merasa tidak puas karena kajian tersebut mempunyai kelemahan, yakni tidak dapat diuraikan lagi secara ilmiah. Munculnya kajian baru yang dapat menjelaskan bahasa secara ilmiah mendapat sambutan positif dari para ahli bahasa. Kajian ini termasuk kajian bunyi yang akhirnya dianggap sebagai kajian Aliran Transformasi Generatif, yang kemudian dikenal sebagai kajian Fonologi Generatif.

Fonologi Generatif merupakan bidang kajian bunyi bahasa yang menerapkan ilmu pengetahuan dalam menganalisis bunyi bahasa. Pandangan Fonologi Generatif merupakan hasil pemikiran ahli-ahli fonologi sebelumnya dengan ahli bahasa yang berusaha menguraikan sistem bahasa dalam bentuk rumus-rumus bunyi. Rumus fonologi merupakan bagian dari sistem fonologi dalam suatu bahasa.

Kajian Fonologi Generatif diawali dari kata yang dijabarkan dalam dua tahap representasi, yaitu:
1. Tahapan dalaman (underlying/deep structure) yang merupakan tahapan fonemik berupa suatu representasi yang agak abstrak yang tidak disebutkan.
2. Tahapan permukaan (surface structure) yang merupakan tahapan fonemik berupa tahap penyebutan oleh penutur dan apa-apa yang diucapkan,  didengar oleh pendengar dalam keadaan atau situasi bahasa yang ilmiah.

Tahapan-tahapan ini menjadi dasar dalam kajian Fonologi Generatif yang diaplikasikan untuk menganalisis bahasa dari segi identifikasi bunyi, pembuktian fonem, distribusi fonem, karakterisasi segmen dalam ciri pembeda, dan untuk mengetahui proses dan kaidah fonologis apa yang terjadi dalam suatu bahasa.

Bahasa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa Rimba. Bahasa Rimba merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Jambi. Bahasa Rimba dipakai oleh suku Anak Dalam yang tersebar di beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Jambi untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam kelompoknya. Selain itu, bahasa Rimba juga digunakan sebagai bentuk eksistensi kebudayaan mereka, misalnya sebagai bahasa pengantar dalam ritual adat, seperti upacara pernikahan, pengobatan (besale), dan kelahiran bayi. Orang-orang di luar komunitas suku Anak Dalam menyebut bahasa Rimba (selanjutnya disingkat BR) dengan bahasa Kubu. Akan tetapi, suku Anak Dalam (SAD) berkeberatan dengan sebutan seperti itu karena kata kubu dalam BR berarti “bodoh” atau “terbelakang”. Hal itu juga yang menyebabkan mereka menyebut komunitas mereka sebagai ”Orang Rimba”, bukan “Orang Kubu”.

Bahasa Rimba memiliki berbagai variasi dialek sesuai dengan daerah persebaran komunitas SAD. Di daerah Nyogan, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muarojambi, misalnya, BR yang digunakan SAD banyak terpengaruh dengan bahasa Palembang karena daerah Nyogan merupakan salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Di samping itu, komunitas SAD di daerah Nyogan sudah berbaur dengan penduduk di luar komunitasnya sebagai dampak relokasi yang dilakukan pemerintah daerah setempat, sedangkan di wilayah Bukit Dua Belas, Kabupaten Sarolangun, BR yang digunakan belum terlalu terinterferensi oleh bahasa lain karena permukiman mereka yang berada di dalam hutan, terisolir dari penduduk desa yang mayoritas berasal dari suku Melayu Jambi.

Sumber: Jurnal Mlangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...