Oleh: Fitria
Abstrak
Tulisan ini mengkaji bagaimana pengarang memposisi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki dalam novel Laskar Pelangi ditinjau dari kritik sastra feminis. Metode yang digunakan metode deskriptif dengan mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis posisi laki-laki dan perempuan yang ditulis oleh seorang laki-laki yang bernama Andrea Hirata.
Tokoh Bu Muslimah ditampilkan sebagai seorang perempuan tidak terikat dengan lingkungan domestik dan keluarga dan bisa menduduki suatu jabatan tertentu. Sementara tokoh laki-laki, yaitu Lintang dan Mahar adalah sosok yang paling jenius dan bisa mengalahkan kepintaran Bu Muslimah. Sebagai seorang penulis laki-laki Andrea Hirata tetap terpengaruh dengan budaya patriakat, di mana kekuasaan laki-laki tetap mendominasi dalam kehidupan bermasyarakat walaupun telah memberi kesempatan kepada perempuan untuk menduduki suatu jabatan tertentu.
Kata Kunci : tokoh perempuan, tokoh laki-laki, kritik feminis, patriakat
Abstract
This paper examines how the author positions female characters and male characters in the novel Laskar Pelangi viewed from feminist literary criticism. The method is used descriptive method to identify, describe, and analyze the position of men and women written by Andrea Hirata. Bu Muslimah is a figure shown as a woman who is not only engaged to the domestic environment and family but only occupy a certain position. While the male figures, Lintang and Mahar are the most genius figures compared to other figures and smarter than Bu Muslimah. As a male author, Andrea Hirata still influenced by patriarchal culture, in which a man’s power is dominant in society eventhough the society has given a chance for the women to occupy a certain position.
Keywords: female characters, male characters, feminist criticism, patriakat
1. Pendahuluan
Kritik sastra feminis adalah salah satu cara untuk menganalisis citra wanita dalam suatu karya sastra. Secara sederhana kritik sastra feminis memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia (Showalter dalam Sugiastuti, 2003 :141). Tujuan dari kritik sastra feminis ini meningkatkan kedudukan wanita agar sama atau sejajar dengan laki-laki di semua bidang. Feminisme juga menolak ketidakadilan masyarakat patriarkat yang mendudukkan posisi perempuan sebagai inferior dan laki-laki sebagai superior.
Konteks patriarkat diartikan kekuasaan dimiliki oleh laki-laki. Hegemoni laki-laki atau aturan yang diciptakan oleh kaum laki-laki diorganisir dan dipimpin sedemikian rupa untuk mensubordinasi wanita atau menjadikan wanita sebagai makhluk kelas dua di bawah laki-laki. Dalam konteks patriarkat wanita dipandang sebagai ‘sang lain’ dengan mengidentifikasi ketiadaan organ laki-laki dan sifat laki-laki yang lain dari wanita. Sehingga apabila ada hal-hal yang menyimpang dari aturan laki-laki, maka wanita dijadikan pihak yang disalahkan. Sistem budaya patriarkat ini dimana kekuasaan laki-laki mendominasi dalam kehidupan bermasyarakat. Citra sosial wanita dalam hal ini memandang wanita sebagai ‘hamba’ dalam keheroikan moral laki-laki. Selanjutnya Soenarti (2000) mengatakan kaum feminis menganggap nilai-nilai tradisional yang menjadi penyebab utama inferioritas atau kedudukan dan derajat rendah kaum wanita. Dalam tradisi itu wanita hanya sebagai pengurus rumah tangga dan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam lingkungan rumah saja.
Salah satu novel yang menggambarkan adanya budaya patriarkat adalah Laskar`Pelangi (LP) karya Andrea Hirata Dalam hal ini Andrea Hirata sebagai seorang laki-laki mensubordinasi wanita atau menjadikan wanita sebagai makhluk kelas dua di bawah laki-laki.
Laskar Pelangi merupakan karya pertama Andrea Hirata yang diterbitkan oleh yayasan Bentang Yogyakarta. Sejak diterbitkan September 2005 Laskar Pelangi telah mengalami sembilan belas kali cetak ulang yang menjadi best seller selama kurun waktu dua tahun. Kepopuleran novel ini telah sampai ke negeri Malaysia dan Singapura, bahkan akan diterbitkan di beberapa negara di Eropah. (Tempo,13 januari 2008).
Penuturan Andrea dalam LP merupakan gambaran kisah nyata yang telah dikemas dalam bentuk sastra (Tempo, 23 Januari 2008). Laskar Pelangi awalnya hanya berupa catatan-catatan masa kecil Andrea yang diilhami oleh pengalamannya ketika bersekolah di Sekolah Dasar Muhamadiyah Belitung. Kemudian dikembangkan Andrea menjadi cerita rekaan yang imajinatif sesuai dengan pandangan mengenai manusia dalam menangkap fenomena yang ada di sekililingnya.
Setelah Laskar Pelangi diterbitkan, Andrea melanjutkannya dengan tiga novel Sang pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpof yang terangkum dalam tetrologi Laskar Pelangi. Novel Sang Pemimpi diterbitkan tahun 2006 oleh yayasan Bentang Yogyakarta menceritakan tentang semangat dan perjuangan hidup dalam kemiskinan tokoh Ikal dan Arai.
Sementara itu novel Edensor diterbitkan pada bulan Mei 2007 telah mengalami cetak ulang sebanyak enam kali. Novel ini mendapat penghargaan dari Khatulistiwa Literary Award (KLA) yang disampaikan pada tanggal 18 Januari 2008. Terakhir, novel Maryamah Karpof yang diluncurkan tanggal 28 November 2008 di Jakarta. Novel ini menceritakan bagaimana mimpi seorang anak-anak Melayu tercapai dengan kerja keras, walaupun berasal dari keluarga buruh timah. Maryamah Karpov adalah pendeskripsian masyarakat Belitung dengan beragam watak manusia.
Novel Laskar Pelangi yang menjadi kajian dari tulisan ini mengangkat masalah tokoh-tokoh yang tergabung dalam Laskar Pelangi yaitu Lintang, Mahar, Syahdan, Harun, A Kiong, Sahara, Kucai, dan Borek) hidup dalam kemiskinan. Mereka tetap semangat dalam meraih cita-cita. Semangat ini diperlihatkan oleh tokoh-tokohnya dengan tetap bersekolah di sebuah bangunan yang sudah tidak layak lagi karena banyaknya atap yang sudah bocor. Diantara tokoh-tokoh yang tergabung dalam Laskar Pelangi itu tokoh Lintang dan Mahar merupakan dua orang siswa yang memiliki kepandaian melebihi kawan-kawannya dan bisa mengalahkan kepintaran Bu Muslimah. Bu Muslimah digambarkan sebagai seorang perempuan yang pintar, penuh semangat, dan pekerja keras dalam menjalankan tugas sebagai seorang pengajar. Tokoh Bu Mus inilah yang mengispirasi Andrea Hirata dalam melahirkan novel Laskar Pelangi ini.
Berdasarkan uraian di atas masalah yang akan dibahas adalah bagaimana seorang penulis laki-laki Andrea Hirata memposisikan tokoh perempuan yang bernama Bu Muslimah dan tokoh laki-laki Lintang dan Mahar dalam novel “Laskar Pelangi” ditinjau kritik sastra feminis. Metode yang digunakan metode deskriptif dengan mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis posisi laki-laki dan perempuan yang ditulis oleh seorang laki-laki yang bernama Andrea Hirata dengan tinjauan kritik sastra feminis.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...