Oleh: Sudaryono
Abstrak
Strategi re-kreasi dalam penciptaan puisi dapat diterapkan dalam: pertama, pembelajaran menulis kreatif, yaitu penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan tema puisi lain yang pernah dibaca; kedua, penciptaan kembali puisi berdasarkan nada puisi lain yang pernah dibaca; ketiga, penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan suasana puisi lain; dan keempat, penciptaan kembali puisi berdasarkan latar puisi lain.
Dalam pembacaan puisi dikemukakan hal ikhwal yang terkait dengan membaca puisi secara estetis, yaitu mengungkapkan suatu ide dengan perantaraan bunyi-bunyi bahasa yang indah dan mengesankan, memperhatikan aspek dinamis yang dipakai untuk membaca persamaan dan perbedaan, perulangan, dan selingan bunyi yang tampil pada larik-larik puisi.
Kata kunci: strategi re-kreasi, estetis, menulis kreatif.
1. Pengantar
Dalam dekade terakhir terdapat empat kecenderungan yang secara umum memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi pembelajaran apresiasi puisi. Pertama, pengajaran apresiasi puisi dewasa ini cenderung mengarah pada sejarah dan teori puisi. Kedua, dalam pembelajaran apresiasi puisi pembelajar kurang diberikan ruang yang cukup untuk meresepsi dan mereaksi puisi. Ketiga, terkesan ada jarak antara pembelajaran puisi dan perkembangan puisi. Keempat, dalam pembelajaran apresiasi puisi pembelajar kurang diberi kesempatan untuk berlatih mencipta puisi (Sudaryono, 1992; Sayuti, 2000; Hasanuddin, 2002; Sayuti, 2003; Sudaryono 2007; Sudaryono, 2009).
Empat kecenderungan tersebut perlu diantisipasi oleh pengajar dengan mencari upaya untuk merekayasa strategi pembelajaran yang kondusif, apresiatif, kreatif, dan produktif. Situasi dan kondisi yang kondusif adalah situasi dan kondisi yang memungkinkan pembelajar dapat bersifat reseptif, reaktif, dan atraktif selama proses pembelajaran. Selain itu, pengajar perlu menciptakan strategi pembelajaran yang apresatif, yakni strategi yang tidak bersifat indoktrinatif, melainkan strategi pembelajaran yang memungkinkan pembelajar kreatif dan produktif.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra, Hasjim (2001) menyarankan agar kita membawa sastra dengan memperkenalkan karya sastra itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi kehidupan batin kita. Kita menempatkan karya sastra seperti berhadapan dengan mitra dialog dalam sebuah percakapan yang mengasyikkan. Oleh karena itu, saat membaca karya sastra biarkan diri kita ‘mengalir’ bersama dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, kita masuk secara total ke dalam dunia rekaan kata, dunia dalam kata. Kita libatkan sepenuhnya pikiran dan perasaan kita untuk mencapai pemahaman makna karya sastra itu secara tuntas.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...