Kamis, 19 Mei 2016

Perubahan Psikologis Wanita Pribumi Terhadap Pengaruh Kolonialisme dalam Cerpen "Perempuan dam Perang"

Oleh: Karyono 
Abstrak

Cerpen “Perempuan dalam Perang” ini terdapat dalam kumpulan cerpen Afrika yang menggambarkan kondisi masyarakat Nigeria yang memprihatinkan. Masyarakat Afrika diperlakukan sebagai golongan inferior di tanah mereka sendiri oleh pihak negara barat. “Krisis” hierarki sosial, struktur kekuasaan, dan wacana kolonialisme yang terdapat dalam cerpen ini akan dianalisis dengan perspektif teori postkolonialisme.
Dalam analisis ini dikemukakan pendapat Frantz Fanon, dampak psikologis dan sosiologis dari kolonialisme dan pendapat Edward Said mengenai dikotomi yang menjadi muatan kolonialisme.
Kata  kunci:  krisis hierarki  sosial,   struktur   sosial, wacana kolonialisme, teori postkolonialisme

1. Pengantar
Cerpen “Perempuan dalam Perang” merupakan salah satu cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Afrika Kenapa Tidak Kau Pahat Binatang Lain yang diterjemahkan Sapardi Djoko Damono. Dalam buku ini memuat lima belas cerita pendek yang ditulis oleh sejumlah sastrawan berbakat Afrika. Isi dari keseluruhan kumpulan cerpen ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial masyarakatnya pada masa itu. Cerpen “Perempuan dalam Perang” adalah karya  Chinua Achebe, seorang penulis yang berasal dari Nigeria. Dia merupakan salah satu penulis yang sangat dikagumi dan dihormati karena karya-karyanya menceritakan kehidupan sosial masyarakat Afrika yang masih dalam kondisi menyedihkan. Masyarakat Afrika tidak memiliki hak untuk tinggal di tanah mereka sendiri dan makan dari hasil tanaman mereka sendiri. Mereka justru harus memperjuangkan hak untuk tetap tinggal di rumah mereka sendiri.

Masa keterpurukan Afrika masih menjadi sorotan para kolonialis untuk menjajahnya. Terlihat banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Barat. Pelanggaran-pelanggaran itu tentunya dilakukan dengan mata terbuka yang membuat banyak masyarakat Afrika diperlakukan sebagai golongan inferior di tanah mereka sendiri yang kehidupannya sangat menderita. Di manapun dan kapanpun negara yang mengalami penjajahan akan mengalami masalah dengan yang namanya “krisis” hierarki sosial, struktur kekuasaan, dan wacana kolonialisme.  Inilah sumber dari masalah tersebut. Keberadaan para kolonialis yang cukup lama ini berdampak buruk terhadap perkembangan masyarakat Afrika sendiri. Para kolonialis ini membawa kebudayaan barat dalam wujudnya sebagai kegiatan misionaris dan pemerintah kolonial terhadap nilai-nilai tradisional Afrika.  Hal inilah yang sangat mengganggu eksistensi Afrika dengan segala kebudayaan dan tradisinya.

Banyak penulis berbakat dari Afrika yang mencoba dengan segala kelebihannya untuk ikut memperjuangkan nasib dan hak-hak bangsanya yang sedang mengalami penderitaan akibat penjajahan. Semua itu mempunyai efek yang buruk bagi yang terjajah karena dalam masa penjajahan atau kolonialisme akan menimbulkan dikotomi antara yang hitam dan yang putih, yang menjajah dan yang terjajah, yang modern dan yang tradisional. Hal inilah yang menarik untuk dikaji oleh para pengamat sastra pada umumnya dan dikotomi inilah yang menjadi pangkal tolak penelitian postkolonialisme.

Dalam hal ini penulis akan menganalisis cerita pendek berjudul “Perempuan Dalam Perang” ini dalam perspektif teori postkolonialisme. Sehubungan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Frantz Fanon mengenai dampak psikologis dan sosiologis dari kolonialisme, serta pendapat Edward Said mengenai dikotomi yang menjadi muatan kolonialisme diharapkan bisa mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung dalam “Perempuan dalam Perang” ini. Selanjutnya, penggunaan teori postkolonialisme akan dihubungkan dengan perspektif feminisme karena dalam cerita ini terkandung isu gender yang cukup kental. Hasil dari hubungan ini nantinya bisa ditarik kesimpulan, apakah kolonialisme bisa berdampak pada isu gender dan feminisme atau tidak.

Sumber: Jurnal Mlangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...