Jumat, 17 Juni 2016

Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Mahasiswa BIPA Melalui Teknik Riga

Oleh: Krishandini
Abstrak 

Pembelajaran bahasa asing pada saat ini lebih difokuskan pada pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Salah satu teknik pembelajaran dengan pendekatan komunikatif  di antaranya: teknik role play, teknik interview , dan teknik games. Dalam penelitian ini digunakan metode Classroom Action Research (CAR) model Elliot.
Penelitian ini bertujuan agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa BIPA di Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil prestasi belajar yang dicapai mahasiswa BIPA dengan menerapkan teknik ini, terdapat peningkatan hasil belajar. Nilai rerata perolehan mahasiswa pada tes awal sebelum tindakan rerata nilai 52,34 berhasil naik menjadi 85,32 pada tes akhir siklus ketiga. Peningkatan kemampuan berbicara mahasiswa BIPA menggunakan tindakan dengan cara menggabungkan teknik roleplay, interview, dan games yang disebut teknik Riga.
Kata kunci:  kemampuan berbicara,mahasiswa BIPA, dan teknik  Riga


Abstract

Learning foreign language focuses on learning communicative approach. This communicative approach has some various techniques, for example, role play, interview and games. The research used classroom action research method by Elliot. Data analysis was done with qualitative and quantitative. Qualitative analysis utilized observation and Interview method. Quantitative analysis was done by describing the improvement of speaking score. It was by comparing pre-test and post-test scores. The avarage score of BIPA student in pre-test was 52,34. The Avarage score of post-test in the third cycle was 85,32. The technique  can improve  speaking ability of  BIPA students at Bogor Agriculture university. Speaking ability of BIPA student can improve because researcher combined three tehniques. The best method to improve the speaking capability of BIPA students is by combinining roleplay, interview, and games which is called Riga Technique
Keywords: speaking ability,BIPA students, and Riga technique

1. Pendahuluan
Pengembangan teknik pembelajaran yang benar dan tepat diperlukan  untuk menarik minat para penutur asing belajar bahasa Indonesia. Dengan demikian, para penyelenggara BIPA perlu merancang peningkatan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang lebih  profesional. 

Kebutuhan bahasa Indonesia pada tahap awal hanya sebatas pada taraf pemahaman akan bahasa Indonesia untuk kepentingan bersosialisasi praktis dan terbatas. Pembelajar BIPA memerlukan ungkapan praktis dalam  bersosialisasi atau melakukan aktivitas sehari-hari mereka di Indonesia. 

Pembelajaran BIPA di Institut Pertanian Bogor  berkaitan dengan adanya  tiga faktor permasalahan pembelajaran berbicara kelas BIPA, yaitu mahasiswa BIPA, dosen BIPA, dan proses pembelajaran BIPA. Mahasiswa BIPA juga masih melakukan kesalahan dalam pemilihan kalimat tanya yang tidak tepat, contoh kamu sudah jalan di mana-mana? atau mengucapkan kata nama saya menjadi saya nama. Mereka juga belum memahami konsep penggunaan kata depan di dan ke. Hal ini terlihat pada kalimat yang  mereka ucapkan sering menanggalkan kata depan tersebut.
Pemahaman mahasiswa masih kurang karena terkadang dialog perlu diulang agar mereka bisa memahaminya. Berkaitan dengan kriteria komunikatif, mahasiswa masih memberikan respon dengan jawaban yang pendek-pendek, contoh: Apakah kamu sudah makan siang? Jawaban yang diberikan adalah belum, lalu dialog terhenti. Dialog tidak berjalan dengan baik karena informasi yang diberikan sedikit.
Berdasarkan faktor pengajar BIPA; penyelenggaraan  BIPA di  IPB  menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada pengajar, yaitu menggunakan metode ceramah langsung. Walaupun pembelajarannya sudah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, tetap saja pembelajarannya masih belum melibatkan pembelajar asing secara aktif. Para mahasiswa  BIPA ini lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan dengan teman mereka di luar kelas bahasa Indonesia. Mahasiswa  BIPA  seringkali menunjukkan sikap yang kurang antusias, tetapi ada juga yang bersemangat. Untuk itu, diperlukan usaha yang keras agar para pembelajar  ini mau berkomunikasi dengan nyaman dalam bahasa Indonesia. Ada permasalahan lain yang juga harus diperhatikan dalam pembelajaran BIPA. Mahasiswa BIPA memperhatikan pembelajaran dengan baik, namun kurang antusias ketika pembelajaran sudah berlangsung satu jam. Sementara itu, durasi pembelajaran BIPA adalah dua jam. Dengan demikian, penulis menganggap bahwa pengelolaan proses pembelajaran yang sesuai perlu  diperhatikan oleh dosen BIPA agar nantinya mahasiswa dapat belajar secara aktif. 

Diharapkan motivasi muncul dalam diri  mahasiswa  karena mereka merasa tertarik pada kegiatan pembelajaran dan membutuhkannya dalam  kehidupan mereka. Ketertarikan mereka pada kegiatan pembelajaran diduga berkaitan dengan dosen yang dapat menumbuhkan motivasi yang tinggi bahwa belajar bahasa itu menyenangkan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat  McKay dan Tom (1999:4) yang mengemukakan tentang motivasi bagi pembelajar dewasa:

The teacher can enhance motivation by providing interesting activities and by making clear the value of what is being taught and its relevance to their goals.

Hal tersebut menandakan bahwa seorang pembelajar dewasa merasa perlu untuk dapat dilibatkan dalam kelas pembelajaran dan mereka juga perlu mengetahui apa kegiatan pembelajaran berkaitan dengan pekerjaan mereka.

Dosen  BIPA pun diharapkan terampil dalam menggunakan teknik pembelajaran dan mampu berinovasi menghasilkan bentuk-bentuk pembelajaran  terbaik sehingga menghasilkan output yang tinggi. Pentingnya seorang  dosen  BIPA memiliki banyak strategi pengajaran dan memadukannya agar pembelajaran lebih bervariasi dan tidak membosankan. Saat ini suasana pembelajaran humanislah yang menyenangkan. Ada kekuatan saling mendukung antara dosen dan mahasiswa BIPA (Tomlinson  2003:162).

Mengingat apa yang sudah dikemukakan oleh McKay dan Tom tentang karakteristik pembelajar dewasa, penulis menganggap bahwa teknik role play dan interview dapat dijadikan sebagai teknik pembelajaran BIPA dan mengingat durasi pembelajaran, teknik games kemungkinan  dapat juga dimasukkan sebagai alternatif. Apabila ketiga teknik ini digabungkan sebagai suatu teknik pembelajaran, mungkin akan lebih menarik. 

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan menggabungkan tiga teknik,  yaitu teknik roleplay, teknik interview dan teknik games, ketiga teknik ini  disingkat menjadi teknik Riga.  Teknik Riga merupakan penggabungan teknik pembelajaran kemampuan berbicara yang diharapkan memiliki kelebihan  untuk diaplikasikan di kelas, yakni proses pembelajaran yang berlangsung secara formal diintegrasikan dengan suasana santai dan menyenangkan melalui kegiatan role play, interview, dan games (Riga). Mahasiswa BIPA bersama dosen akan dapat  menciptakan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif dan pada akhirnya diharapkan  mahasiswa BIPA akan  lebih bersungguh-sungguh, lebih memahami, dan menikmati proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas sebagai kegiatan belajar-bermain. 

Dalam mengaplikasikan teknik Riga nantinya di dalam pembelajaran, mahasiswa BIPA diajak untuk bermain, yaitu role play yang di dalamnya terdapat teknik games dan teknik interview yang memiliki langkah dan aturan main dalam pembelajarannya. Di dalam teknik Riga yang akan digunakan ada pertanyaan dan jawaban. Teknik Riga diharapkan  merupakan kegiatan untuk melatih mahasiswa BIPA  berbicara. Kegiatan ini diduga dapat dijadikan sebagai cara untuk mengekspresikan diri mahasiswa BIPA  untuk menyampaikan ide/gagasan secara langsung. 

Teknik Riga ini diduga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan mengenai kebutuhan untuk belajar dan bermain. Dosen  BIPA akan  dapat mengintegrasikan sifat kesenangan bermain dengan pembelajaran yang bermakna dalam teknik Riga. Dengan demikian, diperkirakan  teknik ini dapat meningkatkan  kemampuan berbicara mahasiswa BIPA.  Selain itu, penyampaian teknik bermain yang mengasyikkan tersebut akan membuat mahasiswa BIPA  menjadi lebih termotivasi dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia.

Latar belakang yang telah diuraikan tersebut adalah dasar-dasar pemikiran peneliti untuk memilih dan melakukan penelitian: Peningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Komunikatif dengan Teknik Roleplay, Interview, dan Games (Riga) Action Research  pada Mahasiswa BIPA  IPB.
Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut
  1. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia mahasiswa  BIPA dengan  teknik Riga (roleplay, interview, dan games)?
  2. Apakah penggunaan teknik  Riga (roleplay, interview, dan games) dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa BIPA dalam berbicara bahasa Indonesia?


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara praktis maupun teoretis. Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga khusus penyelenggara BIPA sehingga memiliki satu cara pendekatan dan khasanah teknik pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran BIPA, khususnya pembelajaran berbicara. Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat:
  1. Bagi peneliti, penelitian ini adalah sarana untuk mengasah profesionalitas sebagai seorang ilmuwan muda karena meneliti merupakan salah satu dari tridarma (tugas pokok) dosen.
  2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan stimulus kepada pengajar BIPA untuk bersama-sama berusaha menemukan dan mengembangkan teknik  yang tepat untuk meningkatkan mutu kemampuan berbahasa Indonesia bagi  mahasiswa BIPA.
  3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan  minat mahasiswa BIPA dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Mahasiswa BIPA juga diharapkan semakin percaya diri untuk dapat berkomunikasi secara lisan dalam bersosialisasi di Indonesia.


Sumber: Jurnal Mlangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...