Oleh: Nur Fateah
Abstrak
Penelitian ini mengungkap keberagaman dalam masyarakat multi etnik yang hidup berdampingan dan dapat menciptakan keharmonisan. Perwujudan manifestasi budaya dan kehidupan masyarakat dapat dilihat dari bahasanya. Hal ini terlihat dalam interaksi bahasa tiga etnik (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan yang memunculkan banyak fenomena kebahasaan.
Dengan menggunakan teori sosiolinguistik yang berkaitan dengan pemakaian bahasa pada masyarakat multi etnik ditemukan faktor-faktor yang menentukan pilihan bahasa masyarakat tutur tiga etnis (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Kota Pekalongan, yaitu faktor usia, faktor pendidikan, faktor lawan tutur, topik tuturan dan faktor kedudukan sosial dalam masyarakat. Penelitian ini menunjukkan Bahasa Jawa yang gunakan oleh warga Sugihwaras secara umum adalah bahasa Jawa ragam ngoko. Penggunaan bahasa Indonesia lebih didominasi oleh etnis Arab dan Cina, terutama dalam ranah-ranah yang resmi dan agak resmi.
Kata kunci: keberagaman bahasa, interaksi bahasa, sosiolinguistik
Abstract
This research unravels the multi-ethnic diversity in society that can live side by side and create harmony. One of the manifestations of cultural reflection and community life can be seen from the language. By using sociolinguistic study related to language usage in multi-ethnic society, we can find the factors that determine the choice of three ethnic speech community language (Javanese, Chinese, Arabic) in Sugihwaras Pekalongan. These factors are, the age, the education, the interlocutors, the topics and the social status in Javanese society. The study shows that the language used by Sugihwaras people in general is the Javanese, Ngoko variant. Indonesian as the national language is used by all ethnic groups in Sugihwaras. The use of Indonesian is dominated by ethnic Arabs and Chinese, especially in the domains of formal and somewhat formal.
Keywords: language diversity, language interaction
1. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia untuk berinteraksi. Dalam sebuah komunitas, bahasa merupakan media yang mengikat bersama-sama dan mempersatukan ketertarikan-ketertarikan yang beraneka ragam (Hickerson, 1980:2). Bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki peran fundamental dalam kehidupan manusia. Bahasa sebagai sarana interaksi antarindividu dan antar kelompok, tidak dapat dilepaskan dari pemakai bahasa itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara perilaku berbahasa dan perilaku sosial pemakainya. Bahasa merupakan salah satu alat mengidentifikasi baik individu maupun kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistik, terdiri atas beragam suku, adat, dan bahasa. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beberapa etnik dalam satu lingkungan adalah daerah Pekalongan, khususnya di Kecamatan Pekalongan Timur. Keberagaman etnik dan bahasa bisa hidup berdampingan di daerah tersebut. Sampai saat ini tidak pernah terjadi bentrokan atau keributan antar-etnis. Mereka hidup berdampingan saling menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Inilah yang menjadikan kelurahan ini sebagai salah satu percontohan di Pekalongan dan beberapa kali menjadi juara.
Dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik, seperti di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pekalongan Timur, terdapat dua kemungkinan kondisi kontak antarkomunitas yang berbeda. Kedua kondisi kontak antarkomunitas tersebut, dalam terminologi ilmu sosial biasa disebut asosiatif dan disosiatif. Asosiatif adalah kondisi yang terjadi apabila kedua atau salah satu dari komunitas yang berlainan (bahasa, budaya, sosial, dan sebagainya) melakukan proses adaptasi terhadap yang lain, termasuk adaptasi bahasa. Berbeda dengan asosiatif , disosiatif terjadi apabila kedua komunitas yang berlainan tersebut saling menjauhkan diri satu dengan yang lainnya. Dalam melakukan proses asosiatif dan disosiatif biasanya selalu terkait dengan identitas atau apa yang menjadi simbol dari eksistensi komunitas masing-masing. Salah satu simbol komunitas adalah bahasa. Bahasa selain berperan sebagai sarana komunikasi atau interaksi sosial, juga berperan sebagai sarana identifikasi keanggotaan kelompok sosial atau sebagai salah satu penanda komunitas (etnis) yang sangat penting, karena bahasa merupakan tempat terwadahinya perubahan-perubahan sosial budaya dan gambaran masyarakat pada masa lampau maupun masa kini. Foley (1979) menjelaskan bahwa secara alamiah kontak antardua atau lebih kebudayaan (komunitas) yang berbeda, akan selalu termanifestasikan dalam wujud perubahan bahasa.
Gambaran tentang fenomena kebahasaan seperti yang telah diuraikan, dapat dijumpai pada masyarakat tutur yang berada di daerah Kota Pekalongan Kecamatan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara pulau Jawa.
Kota Pekalongan merupakan kota dagang, industri, dan juga pertanian. Jumlah penduduk pribumi 119.425 laki-laki dan 123.502 perempuan. Ditambah dengan warga negara asing, yaitu 501 laki-laki dan 523 perempuan, serta WNI keturunan yang berasal dari Cina 14.340 orang, India 4.547 orang, dan dari Arab atau Pakistan. Dari gambaran sekilas tentang keragaman penduduk yang berada di Kota Pekalongan, maka memunculkan kontak sosial, budaya, dan bahasa. Keberagaman tersebut ternyata sampai saat ini dapat terus berdampingan dengan harmonis. Hal ini menarik untuk diteliti bagaimana akibat dari terjadinya kontak budaya yang berbeda termanifestasikan dalam wujud bahasa yang ada. Selain itu bagaimana posisi bahasa Jawa sebagai bahasa daerah di Pekalongan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Secara rinci, rumusan permasalahan penelitian adalah apa saja yang digunakan oleh masyarakat tutur tiga etnis (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Pekalongan? Bagaimana pola pemakaian bahasa oleh masyarakat tutur tiga etnis (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Pekalongan? Faktor apa saja yang menentukan pilihan bahasa oleh masyarakat tutur tiga etnis (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Pekalongan? Bagaimana posisi bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di lingkungan masyarakat tutur tiga etnis (Jawa, Cina, Arab) di Sugihwaras Pekalongan?
Penelitian ini merupakan kajian di bidang sosiolinguistik. Kajian sosiolinguistik yang berfokus pada pilihan bahasa masyarakat yang multilingual telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Giles (1979), dan Susan Gal (1979), Sumarsono (1993), Markamah (2000), dan Sadhono (2004). Dalam penelitian-penelitian tersebut dijelaskan bahwa faktor perpindahan atau migrasi penduduk dalam suatu masyarakat —yang menyebabkan mereka sebagai kelompok minoritas— sangat berperan dalam menentukan situasi kebahasaan.
Kajian terdahulu yang berkaitan dengan penggunaan atau pilihan bahasa dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya oleh Sajiyo (1997), Ubaidillah (2007), Syamsul Anam (2008).
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...