Oleh: Amirul Mukminin
Pendahuluan
Pada tahun 1983 Komisi Nasional untuk pendidikan di masa kepemimpinan Presiden Ronald Reagan mengeluarkan sebuah laporan bahwa negara Amerika Serikat yang merdeka 4 Juli 1776 sedang terancam dalam berbagai bidang karena telah muncul negara-negara lain yang lebih unggul dan perlu mereformasi dunia pendidikan termasuk perlunya orang Amerika menguasai bahasa asing.
Laporan komisi nasional ini mendapat tanggapan dari berbagai kalangan dan direspon oleh berbagai pihak. Laporan tersebut juga dijadikan landasan oleh segenap bangsa Amerika sebagai perekat untuk bergerak bersama melakukan perubahan melalui dunia pendidikan.Sebagai contoh, dalam bidang bahasa dan budaya.Pemerintah Amerika Serikat menginginkan semua orang Amerika menghargai kembali budaya Amerika yang sebenarnya.Ilustrasi ini adalah sebuah fenomena dimana Amerika Serikat yang dianggap sebagai sebuah negara adidaya, selalu waspada dan peka terhadap ancaman yang menghampiri negaranya dan mengingatkan kembali warganya untuk selalu peka dan mengambil sikap demi melindungi kepentingan bangsa dan negara.
Lalu bagaimana dengan situasi di Indonesia saat ini dalam hubungannya dengan Bahasa dan Sastra sebagai perekat NKRI atau hanya sebagai pelengkap?Bagaimana fenomena sikap Bahasa masyarkat Indonesia khususnya masyarakat Jambi?Saat ini bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jambi boleh dikatakan sedang mengalami abrasi mental moral kebangsaan khususnya penghargaan dan sikap terhadap Bahasa dan Sastra.Sebagai contoh, anak-anak muda lebih suka membayar mahal tiket konser penyanyi asing atau penyanyi nasional daripada membayar biaya pendaftaran lomba puisi atau lomba duta Bahasa Indonesia atau lokal.Selain itu, anak-anak muda lebih senang menghabiskan waktu di tempat penyewaan karoke yang marak di Kota Jambi daripada menghabiskan waktu untuk menulis dan mengikuti lomba karya ilmiah.Juga, warga negara potensial lebih sering menghabiskan waktu bermain “game” atau “facebook” karena kurang sekali program-program atau kompetisi-kompetisi untuk menumbuhkan rasa penghargaan terhadap Bahasa dan sastra baik pada tingkat sekolah, universitas, atau antar daerah. Fenomena ini membuatterpolanya abrasi mental moral kebangsaan pada warga negara potensial, seperti anak-anak sekolah dasar sampai perguruan tinggi khususnya penghargaan dan sikap mereka terhadap Bahasa dan Sastradan telah mengancam jatidiri dan integritas bangsa Indonesia.
Fakta yang terjadi di lapangan ini dan di depan mata kita saat ini harus menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai sebuah bangsa untuk mencari upaya memperkuat ketahanan warga negara potensial, seperti anak-anak sekolah dasar sampai perguruan tinggi khususnya penghargaan dan sikap mereka terhadap Bahasa dan Sastramasyarakat. Pembiaran terpolanya abrasi mental moral Bahasa dan Sastra pada warga negara potensial ditengah-tengah goncangan globalisasi dan teknologi akansemakin melunturkan sikap mereka terhadap salah satu jadidiri bangsa Indonesia, yakni Bahasa dan Sastra sebagai perekat NKRI, bukan sebagai pelengkap NKRI. Makalah singkat ini akan mengulas ancaman terhadap Bahasa dan sastra, khususnya masyarakat Jambi, peran masyarakat dalam hal ini, sekolah, perguruan tinggi, lembaga-lembaga seperti pusat Bahasa, dan kebijakan pemerintah daerah untuk menghentikan dan mengantisipasi semakin terpolanya abrasi mental moral Bahasa dan Sastra pada warga negara potensial.
Ancaman terhadap Bahasa dan Sastra
Ancaman terbesar terhadap bangsa Indonesia hari ini adalah bukan lagi ancaman dalam bentuk serang pesawat tempur pihak asing tetapi ancaman semakin terpolanya abrasi mental moral warga negara potensial pada Bahasa dan Sastra sebagai perekat NKRI.Internetdan kecanduan dunia mayaadalah salah satu ancaman paling serius kepada warga negara potensial hari ini. Mereka tanpa atau di luar kontrol orang tua menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain “game” di warung-warung internet. Pembiaran perilaku warga negara potensial seperti ini tentunya menjadi ancaman tersendiri saat ini dan dimasa yang akan datang. Mereka tidak ada waktu lagi untuk melakukan hal lain misalnya ajakan dari sekolah untuk mengikuti lomba-lomba yang berhubungan dengan Bahasa dan sastra. Pikiran mereka sudah terpola untuk tidak melakukan hal lain kecuali bermain game online. Ini sangat berbahaya dan mengancam masa depan bangsa. Bisa kita bayangkan seandainya satu juta warga negara potensial melakukan hal ini di setiap daerah.Banyak sekali dampak negatif dari internet dan menjadi ancaman tersendiri bagi warga negara potensial saat ini.
Ancaman kedua adalah banyaknya warga negara potensial dibekali oleh orang tua baik bermacam-macam alat elektronik seperti Ipad, handphone, dan lain-lain.Perlombaan bermacam-macam alat elektronik diantara warga negara potensial menjadikan mereka tidak perduli dengan hal-hal yang berbau akademik lagi. Mereka hanya memikirkan bagaimana cara memperbaharui alat elektronik mereka. Pembiaran ini semakin lama membuat mereka terpola untuk tidak berkompetisi dalam dunia akademik apalagi dalam hubungan dengan Bahasa dan sastra karena semuanya sudah tersedia di dalam alat-alat elektronik mereka.Apa yang mereka butuhkan semuanya hanya tinggal “copy” and Paste” termasuk hiburan sehingga mereka tidak lagi perduli dengan teater, lomba-lomba pidato, duta bahasa, dan lain-lain.
Bahasa dan sastra belum menjadi kebutuhan warga negara potensial. Ini ancaman, bukan tantangan lagi.Saat ini sadar atau tidak warga negara potensial belum menjadikan Bahasa dan sastra sebagai sebuah kebutuhan.Mereka masih belum menyadari arti pentingnya Bahasa dan sastra sebagai perekat NKRI.Sikap mereka ini sudah semakin terpola dengan adanya berbagai kemudahan di era teknologi dan ditambah lagi belum terpolanya program-program untuk mengantisipasi abrasi mental moral Bahasa dan Sastra.Mereka secara mental dan moral tidak merasa bertanggungjawab terhadap keberadaan pentingnya Bahasa dan Sastra dalam konteks sebuah bangsa yang multikultur dan kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau.Warga negara potensial belum tertantang arti pentinganya Bahasa dan sastra sebagai perekat NKRI. Mereka masih menjadikan Bahasa dan sastra hanya sebagai mata pelajaran biasa di sekolah karena tidak ada implikasinya terhadap masa depan mereka misalnya tidak menjadi syarat untuk melamar pekerjaan atau studi lanjut. Bahasa dan sastra belum menjadi kebutuhan warga negara potensial adalah ancaman yang tidak bisa dibiarkan.Mulai hari ini kita bersama harus memikirkan upaya sistimatis untuk mengembalikan rasa penghargaan warga negara potensial kepada Bahasa dan Sastra sebagai perekat NKRI.
Peran Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah Daerah
Ketahanan bahasa dan sastra merupakan salah satu kunci dari jatidiri dan integritas sebuah bangsa.Upaya memperkuat ketahanan bahasa dan sastra khususnya warga negara potensialtidak bisa dilakukan dengan penambahan pasukan tempur ataupun pembangunan benteng pelindung di daerah-daerah strategis semata, namun yang lebih penting adalah pembangun benteng ketahanan bahasa dan sastra khususnya warga negara potensial dengan basis potensi masyarakat itu sendiri yang terukur dan terstruktur. Pertanyaannya adalah benteng yang seperti apakah yang mampu menghentikan dan mengantisipasi semakin terpolanya abrasi mental moral Bahasa dan Sastra pada warga negara potensial?
Pembangunan benteng ketahanan bahasa dan sastra khususnya warga negara potensial tidak harus dilakukan dengan carahard security(penambahan pasukan tempur) tapi bisa dilakukan melalui soft-security lewat jalur pendidikan formal dengan melibatkan peranpemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan bahasa dan sastra untukmelibatkan masyarakat dalam hal ini, sekolah, perguruan tinggi, lembaga-lembaga seperti Kantor Bahasa.
a. Pertama bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten duduk bersama untuk merevisi kurikulum khususnya keberadaan mata pelajaran Bahasa Bahasa dan sastra Indonesia saat ini. Apakah sudah memfasilitasi peningkatan penghargaan dan sikap warga negara potensial terhadap Bahasa dan sastra Indonesia baik muatan lokal maupun muatan nasional termasuk materi ajar?
b. Kedua, bekerja sama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten membuat “pilot study” sekolah atau sebuah kelas yang bisa menjadi model atau duta dimana para siswanya memiliki mental, moral, dan sikap penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
c. Ketiga, bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten membuat kebijakan program-program atau kegiatan-kegiatan seperti seminar, konferensi nasional dan internasional, lomba pidato, lomba puisi, lomba teater, atau lomba karya ilmiah secara terukur dan terstruktur (bulan setiap kegiatan jelas) baik jangka pendek, sedang, dan panjang yang dikompetisikan antar sekolah atau perguruan tinggi. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa cinta warga negara potensial terhadap Bahasa dan sastra Indonesia.
d. Keempat, bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten membuat kebijakan yang bisa menfasilitasi kerjasama antar sekolah dan antar universitas yang memiliki program pendidikan S1 atau S2 Bahasa dan Sastra Indonesia. Misalnya siswa yang memenangkan lomba karya ilmiah atau atau nilai murni Bahasa dan sastra tinggi difasilitasi memasuki program S1 tanpa tes dengan beasiswa. Namun, perlu kehati-hatian agar program ini tidak menjadi proyek pihak-pihak tertentu.
e. Kelima, bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten membuat kebijakan yang bisa menfasilitasi kerjasama dengan lembaga atau universitas di Luar negeri yang memiliki program kursus atau program pendidikan S1, S2, dan S3 Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga menambah mental, moral, dan sikap penghargaan yang tinggi warga negara potensial terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia dengan melihat bahwa orang asing saja mau mempelajari Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini yang menawarkan S1, S2, dan S3 Bahasa dan Sastra Indonesia adalah the Dept. of Southeast Asian Studies, Goethe-University of Frankfurt, Leiden University (S2, S3), and The School of Oriental and African Studies, Universitas London (S1).
f. Keenam, bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten menjalin kerjasama dengan peneliti perguruan tinggi baik secara individu maupun lembaga dan secara terukur dan terstruktur melakukan kajian-kajian terhadap Bahasa dan sastra Indonesia yang kemudian dipublikasikan baik dalam bentuk seminar atau konferensi nasional atau internasional (terencana) agar hasilnya dapat diketahui masyarakat secara luas.
Penutup
Terpolanya abrasi mental moral kebangsaan pada warga negara potensial, seperti anak-anak sekolah dasar sampai perguruan tinggi khususnya penghargaan dan sikap mereka terhadap Bahasa dan Sastra dan telah mengancam jatidiri dan integritas bangsa Indonesia.Upaya memperkuat ketahanan bahasa dan sastra khususnya warga negara potensial tidak bisa dilakukan dengan penambahan pasukan tempur ataupun pembangunan benteng pelindung di daerah-daerah strategis semata, namun yang lebih penting adalah pembangun benteng ketahanan bahasa dan sastra khususnya warga negara potensial dengan basis potensi masyarakat itu sendiri yang terukur dan terstruktur. Bekerjasama dengan Kantor Bahasa, pemerintah daerah Provinsi Jambi termasuk kota dan kabupaten membuat kebijakan yang bisa menfasilitasipeningkatan penghargaan dan sikap warga negara potensial terhadap Bahasa dan sastra Indonesia.
Sumber: Tentang Kita dan Mereka: Kumpulan Makalah Dialog Bahasa dan Sastra dengan Komunitas Masyarakat Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...