Selasa, 12 Juli 2016

Orientasi Baru Pembelajaran Sastra: Mendekati dan Mendekatkan Siswa pada Karya

Oleh: Sudaryono 

Kertas kerja ini terkait dengan orientasi baru pembelajaran sastra Indonesia. Pembelajaran sastra Indonesia memiliki tujuan untuk mempertajam perasaan, penalaran, daya imajinasi, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup pembelajar. Secara komprehensif pembelajaran sastra Indonesia dapat memberikan kontribusi positif dalam pendidikan moral, sikap, watak, budi pekerti, pengetahuan budaya, dan keterampilan berbahasa (Periksa Jabrohim, Ed, 1994).

Dalam konteks ini dapat dinyatakan bahwa pembelajaran sastra seyogianya memiliki orientasi baru yang implementasinya tidak sekadar menikmati dan memahami  karya sastra, melainkan juga kesempatan menggali dan mengenali berbagai macam nilai. Pembelajar tidak cukup dibekali pengetahuan dan sejarah sastra, melainkan juga pengalaman kreatif mencipta dan menghadirkan (menampilkan) karya sastra dalam setiap pembelajaran sastra.

Ada empat kecenderungan yang secara umum memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi paradigma lama pembelajaran sastra (Periksa Sudaryono, 1992 dan 2007; Sayuti, 2000 dan 2003; Hasanuddin, 2002). Pertama, pembelajaran sastra cenderung mengarah pada sejarah dan teori sastra. Kedua, dalam pembelajaran sastra pembelajar kurang diberikan ruang yang cukup untuk meresepsi dan mereaksi sastra. Ketiga, terkesan ada jarak antara pembelajaran sastra dan perkembangan sastra. Keempat, dalam pembelajaran sastra pembelajar kurang diberi kesempatan untuk berlatih secara kreatif dan produktif menciptakan karya sastra. 

Empat kecenderungan itu perlu diantisipasi oleh pengajar dengan mencari orientasi baru dalam upaya untuk merekayasa pembelajaran sastra yang kondusif, apresiatif, kreatif, dan produktif. Situasi dan kondisi yang kondusif adalah situasi dan kondisi yang memungkinkan pembelajar dapat bersifat reseptif, reaktif, dan atraktif selama proses pembelajaran. Selain itu, pengajar perlu menciptakan strategi pembelajaran yang apresatif, yakni strategi yang tidak bersifat indoktrinatif, melainkan strategi pembelaran yang memungkinkan pembelajar kreatif dan produktif. 

Kertas kerja sederhana ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orientasi baru pembelajaran sastra, yakni pembelajaran kreatif dan produktif. Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif (MPKP) ini telah diimplementasikan, diuji secara empiris, dan telah menghasilkan pembelajar yang selain kreatif juga produktif. 

MPKP diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah, maupun pada jenjang perguruan tinggi. Depdiknas, (2005:112) menyatakan “model kreatif dan produktif dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.” Pendekatan itu antara lain belajar aktif, kreatif, konstruktif, kolaboratif, dan kooperatif. Karakteristik penting setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan pembelajar mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.

Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar MPKP adalah pertama, keterlibatan pembelajar secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Kedua, pembelajar didorong untuk menemukan/ mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan melalui berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan (melalui orientasi dan eksplorasi). Ketiga, pembelajar diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama (melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan “re-kreasi”).  Keempat, pada dasarnya untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Kegiatan pembelajaran MPKP ini mengindikasikan adanya empat prosedur, yakni (1) orientasi, (2) eksplorasi, (3) interpretasi, dan (4) re-kreasi. Langkah pertama, orientasi, diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Pengajar mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, dan hasil akhir serta penilaian yang dilakukan. Pengajar dan pembelajar memiliki kesepakatan tentang hal-hal yang akan dilakukan dan dihasilkan selama proses pembelajaran berlangsung.

Langkah kedua, eksplorasi, pada tahap ini pembelajar melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji dengan berbagai cara seperti membaca dan menikmati secara langsung karya sastra, melakukan observasi, mencacat kesan, melakukan wawancara, menonton pertunjukan, melakukan percobaan, browsing internet.  Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya bidang yang harus diesplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama dilakukan diluar jam pelajaran, sedangkan eksplorasi yang singkat dilakukan di dalam pembelajaran.

Langkah ketiga, interpretasi. Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau eksperimen. Interpretasi dilakukan pada kegiatan tatap muka. Pada akhir tahap interpretasi diharapkan semua pembelajar telah memahami konsep/topik/masalah yang dikaji.

Langkah keempat, re-kreasi. Pada tahap re-kreasi pembelajar ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Misalnya dalam apresiasi sastra, pembelajar dapat diminta menulis skenario drama dari novel yang sedang dikajinya, atau menulis kembali sudut pandang seorang pelaku, atau menulis sastra yang paling tepat mencerminkan satu situasi dalam novel. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti.

Istilah re-kreasi dapat diartikan sebagai upaya ‘penciptaan kembali’. Dalam implementasinya, pengajar memberikan cukup ruang bagi pembelajar untuk menulis sastra berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam sastra lain yang pernah dibacanya. 

Implementasi Model Kreatif dan Produktif 
MPKP pada prinsipnya dapat diimplementasikan untuk semua materi pembelajaran sastra. Dalam Kertas kerja ini ditampilkan implementasi MPKP untuk pembelajaran sastra. Setelah melewati tahap orientasi, eksplorasi, dan  interpretasi (yang menggambarkan proses menggemari, menikmati, dan mereaksi), pengajar dapat merancang pembelajaran sastra dengan mengembangkan tahap re-kreasi, yakni tingkat memproduksi atau menghasilkan karya. Berikut ini dikemukakan ilustrasi implementasi MPKP dalam pembelajaran sastra dengan tujuan: (1) penciptaan kembali sebuah sastra berdasarkan tema sastra lain yang pernah dibaca, (2) penciptaan kembali sastra berdasarkan nada sastra lain yang pernah dibaca, (3) penciptaan kembali sebuah sastra berdasarkan suasana sastra lain, dan (4) penciptaan kembali sastra berdasarkan latar sastra lain.

Tindak Lanjut
Sastra sebagai karya kemanusiaan yang kreatif, imajinatif, dan sugestif dapat berfungsi memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir orang mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya. Intinya, bahwa sastra dalam kehidupan manusia jauh dari hal-hal yang bersifat kebendaan. Orientasi hakikat sastra selalu mengarah kepada hal-hal yang bersifat spiritual. Dengan demikian pembelajaran penulisan kreatif sastra, sebagai sarana pembentukan pribadi paripurna, baik diarahkan pada upaya pembentukan watak dan pribadi yang kreatif yang berbasis pengembangan spiritual.

Dalam implementasi pembelajaran, sastra karya pembelajar sebaiknya dibacakan secara estetis (mengembangkan keterampilan membaca estetis), disimak oleh pembelajar lain (mengembangkan keterampilan menyimak), dibicarakan di dalam kelas (mengembanngkan keterampilan berbicara).

Penuangan gagasan tentang keindahan alam ke dalam wujud sastra, secara langsung atau tidak langsung, dapat mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa bahkan dapat membentuk watak, yakni cinta pada tempat tinggalnya, tempat kelahirannya, atau kekayaan panorama yang dibanggakannya. Selanjutnya, pengajar dapat menindaklajuti dengan pemberian tugas mencipta sastra berdasarkan tema-tema yang sama. Dalam konteks ini pembelajar dapat ditugasi menulis sastra berdasarkan tempat-tempat yang dapat menggugah rasa estetis. Sastra-sastra karya pembelajar ini sebaiknya dibacakan, dibicarakan, dipajang pada majalah dinding atau majalah, atau diantologikan. 

Kegiatan-kegiatan itu dapat menumbuhkan motivasi dan nilai-nilai positif. Kegiatan seperti ini sejalan dengan tujuan pembelajaran dan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang apresiatif, aspiratif, kondusif, dan edukatif. Berpangkal tolak dari tema sastra lain, selanjutnya pengajar dapat memperluas ranah tema: cinta tanah air, petualangan, kepahlawanan, patriotisme, dan lain-lain. Hal yang selayaknya menjadi catatan pengajar ialah: kegiatan re-kreasi berdasarkan persamaan tema atau pengembangan tema menuntut pengajar berpandangan luas, adil, dan bersikap “ngemong” dan dapat membimbing, memandu, mengajak, serta mengarahkan pembelajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Selain itu, sebaiknya pengajar memiliki pengalaman menulis sastra dan memiliki dasar-dasar apresiasi sastra yang memadai.

Sebagai tindak lanjut, sebagai penambah pengalaman individu, pengajar dapat memilih dan memilah bahan berupa sastra yang bercorak lirik, epik, atau dramatik. Sastra berjenis lirik dikenal sastra yang tergolong kognitif, afektif, dan ekspresif. Dalam sastra epik dikenl sastra berupa epos, fabel, dan balada. Dalam sastra dramatik dikenal ode, himne, elegi, satir, dan parodi. Bahan-bahan itu dapat dilatihkan dan pembelajar melakukan eksplorasi seluas-luasnya. 

Dengan mengacu model pembelajaran yang relevan, model pembelejaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu memotivasi pembelajar dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif dan produktif. Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kreatif dan produktif antara lain (1) pemahaman pembelajar terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu; (2) kemampuan pembelajar menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta (3) kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman. Dampak lain ialah terbentuknya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama.

Materi yang sesuai disajikan dengan model kreatif dan produktif merupakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat serta kemampuan menerapkan pemahaman tersebut ke dalam bentuk karya nyata. Bahan-bahan pembelajaran dalam pembelajaran kreatif dan produktif perlu diusahakan secara bervariasi. Variasi bahan-bahan pembelajaran untuk “merangsang” pembelajar dalam pembelajaran sastra hendaknya mempertimbangan (1) bahasa, (2) psikologi pembelajar, dan (3 latar belakang budaya yang sesuai dengan kondisi pembelajar. 

Model kreatif dan produktif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut terkait dengan kesiapan pengajar dan pembelajar untuk terlibat dalam nuansa pembelajaran yang sama sekali berbeda dengan model tradisional (ceramah). Kelemahan ini dapat diatasi, misalnya, dengan menyediakan panduan yang memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir belajar yang diharapkan. Model ini memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan terstruktur dan mandiri.

Dalam pembelajaran apresiasi sastra, sebaiknya guru “menghadirkan” atau “menampilkan” karya sastra (prosa, sastra, atau drama) di dalam kelas. Upaya menghadirkan sastra ke dalam kelas realisasinya dapat bermacam-macam, misalnya: sastra dibaca secara estetis, karya sastra prosa dijadikan pangkal tolak untuk menulis kreatif sastra. Sebagai variasi lain, pembelajar dapat juga diminta menampilkan musikalisasi sastra. Dan kemungkinan terakhir, guru dapat mengarahkan pembelajar untuk memajang karya mereka di majalah dinding sekolah. Pembelajaran apresiasi sastra akan mendatangkan kesenangan dan kenikmatan apabila pelaksanaannya selain kreatif juga produktif. 

Sumber: Tentang Kita dan Mereka: Kumpulan Makalah Dialog Bahasa dan Sastra dengan Komunitas Masyarakat Jambi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...