Kamis, 07 Juli 2016

Tindak Tutur Representatif Bahasa Banjar dalam Cerita Pendek "Mudik" Karya Jamal T. Suryanata

Oleh: Siti Jamzaroh
Abstrak

Kajian tindak tutur dalam cerpen memiliki keterbatasan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tindak tutur representative bahasa Banjar dalam cerpen “Mudik” karya Jamal T. Suryanata, dalam kumpulan cerpen Galuh.Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa cerpen tersebut mampu mengungkapkan fenomena-fenomena pragmatik yang hidup dalam masyarakat Banjar yang sebenarnya.
Metode yang digunakan adalah metode  deskriptif  kualitatif , melalui tiga tahapan: penyediaan data, pengolahan data, penganalisisan data. Penyediaan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan teknik catat.Pengolahan  dan penganalisisan data dilakukan dengan pengklasifikasian data  sesuai dengan tindak tutur representatif, dan prinsip kesopanan. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk uraian kata-kata. Hasil temuannya adalah tindak tutur representatifyang terdapat cerpen “Mudik” antara lain: a) tindak tutur menegaskan, b) tindak tutur menyatakan, c) tindak tutur  mengatakan, tindak tutur melaporkan/ memberitahukan. Selain itu, juga ditemukan  prinsip kesopanan yng ditemukan dalam  peristiwa tutur tersebut, antara lain maksim kebijaksanaan, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatisan; bentuk honorifik yang menandai adalah pian, ding, ka, dan nak; dan parameter pragmatik yang mempengaruhi adalah  a) jarak dan tingkat sosial, dan b) jarak dan status sosial.
Kata kunci: representatif, cerpen, maksim

Abstract

Study of speech acts in the short story has some limitations.This study aims to find out a representatif speech acts of language of Banjar in the short story of “Homecoming” by Jamal T.Suryanata in a collection of Galuh’ short stories. The selection based on the consideration that the short story was able to reveal the pragmatik phenomenon living in real Banjar society. The method used was descriptive qualitative through three stages: the provision of data, processing the data, analyzing the data. The provision of data used techniques free listening and conversation involved (SBLC), and technique of notes. Processing and analyzing the data was done by classifying the data according to the representatif speech acts, and the principle of courtesy. Results of the data analysis were presented in narrative form of words. The research findings were assertive  a representatifspeech acts in the short story “Mudik”, among others: a) speech act of confirms, b) speech acts of states, c) speech act of saying, speech act reporting / informing. In addition, the researcher also found the politeness principle in the speech events, among others policy maxims, match maxims, and sympathy maxims.;and honorifikform ofthemarkispian, ding, ka, and nak;andpragmatikparametersthat influenceisa)distanceandlevel ofsosial, andb) the distanceandsosialstatus.
Keyword :representatif, short story, maxim


1. Pendahuluan
Bahasa merupakan salah satu identitas manusia. Bahasa adalah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Keberadaan bahasa tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan manusia. Bahasa merupakan sarana utama yang digunakan manusia untuk mengungkapkan (dan tentu memahami) pikiran dan perasaan sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penutur kepada lawan bicaranya dapat dipahami dengan baik.

Dari sudut pragmatik, bahasa merupakan tindakan  (action), yang disebut dengan tindakan verbal (verbal act) (Wijana, 1996:12). Tindakan verbal adalah tindakan yang khas menggunakan bahasa.Searle (1969) menyebut tindakan verbal dengan istilah “tindak tutur” atau “tindak ujar” (speech act).

Firth (dalam Wijana, 1996:5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, ciri-ciri situasi yang relevan dengan hal-hal yang sedang berlangsung, serta dampak-dampak yang tindakan tutur yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk perubahan  yang timbul akibat tindakan partisipan. 

Cerpen sebagai salah satu jenis karya sastra sangat menarik untuk dikaji dari berbagai aspek.Karya sastra adalah wacana yang khas dalam menggambarkan kehidupan manusia seperti yang tampak terjadi seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peran  pengarang sangat besar. Kemampuan mengekspresikan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada pada bahasa, pada akhirnya mampu menciptakan suasana kehidupan yang mirip dengan kehidupan nyata.Salah satu kesantunan berbahasa yang akan diuraikan dalam makalah ini adalah kesantunan dalam kaitannya dengan  tindak tutur representatif dalam cerpen berbahasa Banjar “Mudik” karya Jamal T.Suryanata, diterbitkan oleh Penerbit Radar Banjarmasin, No ISBN 979-3381-02-7. Seperti bahasa-bahasa lainnya, masyarakat tutur Banjar juga memiliki kesantunan dalam peristiwa tutur sehari-hari.Penelitian ini berusaha mendeskripsikan tindak tutur atau tindak ujar yang terdapat dalam peristiwa tutur Cerpen “Mudik” tersebut.

Cerpen “Mudik” (selanjutnya ditulis CM) marupakan salah satu cerpen andalan yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Galuh” Sakindit Kisdap Banjar, karya Jamal T. Suryanata, diterbitkan oleh penerbit Radar Banjarmasin, 2005. Dalam cerpen ini, diceritakan bahwa keluarga Sabran dan Rukayah  merantau selama 10 tahun  di kampung seberang. tanpa pernah sekali pun mengunjungi keluarganya. Pada tahun kesepuluh, dikarenakan rasa rindu yang tak tertahankan, Sabran sekeluarga mengunjungi keluarganya pada saat lebaran.Kerinduan yang tak tertahankan kepada keluarganya ternyata terkait dengan kondisi ayah Sabran yang sedang sakit keras.Ayah Sabran menunggu untuk bertemu anaknya setelah lama meninggalkan kampung halamannya.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah a) bagaimana wujud tindak tutur representatifdalam peristiwa tutur yang terdapat dalam cerpen “Mudik” karya  Jamal T. Suryanata? ; b) prinsipkesopanan apa saja yang terdapat dalam peristiwa tutur dalam cerpen tersebut? c) adakah bentuk honorifik yang menandainya?; dan e)parameter pragmatik apa saja yang mempengaruhi peristiwa tutur tersebut. Sesuai dengan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud tindak tutur representatif dalam peristiwa tutur yang terdapat dalam cerpen “Mudik”, prinsip kesopanan  yang terdapat di dalamnya, bentuk honorifik yang menandai adanya prinsip kesopanan; dan parameter pragmatik  yang mempengaruhi terjadinya peristiwa tutur tersebut.

Sumber: Jurnal Mlangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...