Oleh: Romi Candra
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek itu meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini memiliki peran yang sama penting bagi peserta didik untuk menguasai keterampilan berbahasa Indonesia.
Namun demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan ekspresif-produktif yang sangat penting untuk dikuasai peserta didik dalam proses komunikasi tulis. Banyak orang yang sukses karena memiliki keterampilan komunikasi tulis yang bagus. Dengan demikian agar peserta didik dapat memiliki keterampilan berbahasa yang baik harus menguasai keterampilan menulis yang baik pula.
Pada kenyataannya keterampilan menulis siswa, khususnya menulis surat dinas rata-rata masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan menulis surat dinas siswa SMA Negeri 3 Kerinci khususnya kelas XII IPA 1yang masih jauh dari harapan. Kurangnya keterampilan menulis siswa ini terungkap dari hasil pengamatan peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas tersebut. Siswa sering kesulitan ketika hendak memulai menulis. Mereka sering kebingungan apa yang harus ditulis dan dari mana memulai menulis. Rendahnya keterampilan menulis ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata menulis mereka yang hanya 62,98. Padahal kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia ditetapkan 70. Dengan demikian rata-rata nilai menulis siswa termasuk keterampilan menulis surat dinas masih di bawah KKM yang ditetapkan.
Salah satu contoh rendahnya keterampilan menulis siswa adalah menulis surat dinas.
Pada contoh surat dinas yang ditulis siswa, masih banyak terdapat kesalahan, antara lain kesalahan struktur, pemakaian kalimat efektif, bahasa baku, pemakaian ejaan, dan tanda baca yang kurang tepat. Rendahnya keterampilan menulis surat dinas siswa dapat terlihat dari nilai menulis surat dinas yang hanya 65, padahal KKM yang ditetapkan adalah 70.
Rendahnya keterampilan menulis surat dinas ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurang bervariasinya metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, rendahnya minat belajar siswa terhadap aspek keterampilan menulis, latar belakang keluarga dan faktor lainnya.
Menurut Gani (1992:1), barbagai indikasi rendahnya kualitas pengajaran bahasa dan sastra di sekolah menengah antara lain; kurang mampunya siswa menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar, terutama pada aspek keterampilan menulis. Indikasi lainnya adalah rendahnya apresiasi terhadap sastra indonesia dan ketidakcintaan siswa terhadap bahasa indonesia.
Dari segi guru, menurut semi (1992:5), kendala yang tampak adalah pengajaran bahasa indonesia dilakukan oleh guru yang keahliannya dibidang lain, kurangnya kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dan luputnya guru terutama di daerah pinggiran untuk memperoleh pengetahuan tambahan baru.
Bila dikaitkan dengan tujuan akhir pembelajaran bahasa Indonesia, yakni agar siswa mampu berbahasa indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan tulis, maka kemampuan guru untuk mengondisikan hal itu dengan metode, pendekatan dan model-model pembelajara tertentu sangat penting. Artinya, dengan pendekatan pembelajaran tertentu, guru mampu menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dalam menumbuhkan, membina, dan mengembangkan keterampuilan berbahasa indonesia siswa. Salah satu keterampilan yang dituntut adalah keterampilan menulis surat dinas.
Surat dinas menggunakan kalimat ragam komunikasi resmi. Bahasa resmi menggunakan kata yang bermakna denotatif dan disampaikan dalam struktur yang singkat, dan akurat. Tujuannya adalah agar informasi yang disampaikan melalui surat dapat dipahami pembaca dengan mudah dan tepat. Di samping itu, penggunaan kalimat harus singkat dan jelas, bahasanya harus benar, bentuknya rapi, susunannya baik dan lengkap. Penggunaan kalimat-kalimat yang panjang dan berbelit-belit perlu dihindari, begitu juga dengan pemakaian istilah yang tidak lazim.
Kenyataan di lapangan, masih banyak surat dinas yang ditulis oleh siswa masih menggunakan kalimat yang tidak efektif. Banyak orang kesulitan memahami isi surat dinas karena kesalahan yang terdapat dalam surat dinas tersebut. Kesalahan itu antara lain disebabkan oleh penulisan yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa indonesia, kata yang digunakan kurang tepat, penggunaan imbuhan dan unsur serapan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Selain itu, juga ditemukan kesalahan pemakaian ejaan yang tidak sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, seperti kesalahan dalam penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Nurudin (2003: 7) mengatakan bahwa pada kenyataannya siswa lebih banyak mendapat teori-teori tentang format, tata cara, dan kaidah-kaidah penulisan yang bisa jadi menghambat siswa untuk kreatif. Padahal menulis adalah keterampilan yang harus lebih banyak memberikan latihan menulis daripada bersifat teoritis.
Berdasarkan latar belakang di atas, pembelajaran menulis harus dikondisikan untuk dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk lebih banyak berlatih menulis surat dinas. Di samping itu, guru harus menemukan solusi agar siswa mampu menulis surat dinas dengan baik dan benar sehingga hasil belajar yang ditetapkan tercapai oleh siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis surat dinas.
Sumber: Pelatihan KTI untuk Guru SLTP dan SLTA 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...