Oleh: Defi Eryanti
A. Latar Belakang
Ilmu kimia secara umum termasuk dalam ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala alam, dan mengkhususkan diri di dalam mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Pembahasan tentang struktur materi mencakup struktur partikel-partikel penyusun materi baik berbentuk atom, ion, maupun molekul dan bagaimana partikel-partikel tersusun membentuk partikel yang lebih besar.
Pembahasan susunan partikel dalam suatu materi mencakup komponen-komponen penyusun materi dan perbandingan banyaknya tiap komponen dalam materi tersebut. Pembahasan tentang sifat materi mencakup sifat fisik yaitu sifat yang terlihat atau nampak dan sifat kimia yaitu kecenderungan materi untuk berubah menjadi materi yang lain. Pembahasan tentang perubahan materi mencakup perubahan fisik dan perubahan kimia. Sedangkan pembahasan tentang energi mencakup jenis dan jumlah energi yang menyertai suatu reaksi, serta perubahan energi dari bentuk satu ke bentuk yang lain.
Ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia dan para ahli pendukung ilmu kimia untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan yang teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat di jelaskan dengan logika matematika. Sebagian besar aspek yang dibahas dalam ilmu kimia adalah konsep teoritis dan bersifat abstrak atau invisible serta informatif. Salah satu contoh aspek kimia tersebut terdapat dalam pengembangan silabus mata pelajaran kimia kelas XI IPA semester ganjil yang meliputi:
1. Standar kompetensi: Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodic unsure, struktur molekul, dan sifat – sifat senyawa.
2. Kompetensi dasar: Menjelaskan teori jumlah pasangan electron di sekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul.
3. Indikator:
a. Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan electron
b. Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi
Metoda yang umumnya digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar pada konsep tersebut adalah ceramah atau pembelajaran klasikal. Hasil penyelidikan yang dilakukan Bligh (1972) yang dikutip oleh Rooijakkers (1982 : 3) menyatakan bahwa pembelajaran klasikal atau pembelajaran yang diberikan secara masal, ataupun kepada suatu kelompok besar sangat efektif untuk menyampaikan informasi. Dengan mengutarakan masalah sekali saja, masalah tersebut dapat sampai kepada banyak pendengar. Tetapi walau demikian guru harus mempertimbangkan seberapa banyak siswa paham dengan apa yang mereka dengar.
Permasalahan yang datang ketika guru menjelaskan konsep bentuk molekul dengan metoda ceramah dan hanya menggunakan papan tulis sebagai media untuk menggambar bentuk molekul secara satu dimensi ternyata banyak anak yang belum mampu memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi. Contoh permasalan tersebut adalah siswa tidak dapat membedakan bentuk molekul segi tiga planar dengan segi tiga pyramid, karena dalam gambar satu dimensi bentuk molekul segitiga planar dan segitiga pyramid sangat mirip apalagi jika guru yang menggambar tidak menguasai tekhnik menggambar tiga dimensi.
Untuk membantu siswa memahami konsep bentuk molekul dibutuhkan alat peraga yang disebut molymod. Hanya saja molymod jarang disediakan oleh sekolah dengan berbagai pertimbangan. Menyiasati hal tersebut maka dapat digunakan molymod sederhana yang dibuat dengan bahan yang ada di sekitar sekolah. SMAN I3 Kerinci adalah sekolah yang terdapat di pedesaan dengan tekstur tanah merah yang banyak mengandung tanah liat. Dengan bahan tanah liat yang melimpah ini molymod dapat dibuat sebagai alternative alat peraga bentuk molekul. Melalui molymod tanah liat ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan pemahamannya tentang konsep bentuk molekul.
Sumber: Pelatihan KTI untuk Guru SLTP dan SLTA 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...