Oleh: Eriwati
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik atau guru dengan anak didik atau siswa yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasi pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja terdidik.
Namun, untuk menciptakan pendidikan yang efektif sangat sulit. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang efektif dan efisien, tidak terkecuali pada pelajaran sejarah. Ada yang menyatakan bahwa memberikan pelajaran sejarah merupakan sesuatu yang tidak masuk akal atau tidak mungkin sama sekali, karena pelajaran sejarah bukan sebagai dasar ilmu pengetahuan, bahkan sangat mengaburkan konsep dan prinsip sejarah. Padahal bangsa manapun di dunia, tidak pernah ada suatu bangsa yang melupakan sejarah bangsanya, asal-usul dan perjuangan mereka untuk hidup dan merdeka, karena sejarah merupakan satu bagian dari kelompok ilmu yang berdiri sendiri. Tujuan yang luhur dari sejarah adalah menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air bangsa dan negara, serta pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan negara, sehingga anak memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara di dunia.(Kasmadi,1996:13).
Dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 misalnya, diketahui minat siswa dalam belajar sejarah justru sangat rendah dan lebih banyak membuat siswa menjadi bosan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama KBM, siswa banyak yang bercerita sendiri dengan temanya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain sewktu gurunya menerangkan. Penyediaan buku-buku pelajaran sejarah yang selama ini ternyata kurang efektif, karena lebih bersifat memberikan materi instan tentang fakta sejarah kepada para siswa daripada memberikan daya kreatif siswa untuk memahami sebuah peristiwa sejarah. Penulis buku tidak memberikan ruang berfikir kepada siswa tentang bagaimana sebuah fakta sejarah muncul, dan narasi sejarah disajikan. Akibatnya siswa tidak dapat terlarut dalam sebuah narasi sejarah, sehingga siswa bosan membaca teks sejarah di sekolah. Siswa juga jarang untuk diajak berdialog tentang bagaimana sebuah karya sejarah dalam periode tertentu muncul. Untuk itu, pengajaran sejarah yang hendak mewujudkan inti dan tujuanya maka perlu di buat menarik. Pengembangan daya tarik pelajaran sejarah terutama pada pendidik sejarah, sebab di tangan pendidik sejarah akan tampak jiwa sejarah itu. Apakah pendidikan sejarah akan membosankan, menjenuhkan atau tidak menarik, pelajaran sejarah bersifat menghafalkan, juga sangat di tentukan oleh pendidik sejarah (Latief,2006:100).
Dalam menerapkan model pembelajaran seharusnya melihat dari karakter siswa yang di ajar dan tidak hanya satu metode pembelajaran yang di pakai, bisa di ganti sesuai materi yang akan di ajarkan, hal ini agar siswa yang di ajar tidak bosan dengan model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus terus-menerus dilakukan pembaharuan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal ini lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selama KBM guru perlu memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Agar siswa mampu belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan.
Di era sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan. Dari banyaknya model pembelajaran yang bisa di katakan menarik adalah model pembelajaran bentuk bermain peran, karena sejarah merupakan peristiwa masa lalu yang bisa di simulasikan atau di gambarkan. Hal ini juga di dukung dengan kebanyakan para siswa kelas XI IPS 1 yang berkeinginan menunjukan kemampuan dan bakatnya dalam bermain peran. Metode bermain peran ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djamarah, 2005:238). Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan solusi bagaimana upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Untuk itu penulis menggambil judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII IPS 1 TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH PADA MATERI UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI SMA N 2 BATANGHARI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah yang menyebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran sejarah?
2. Bagaimana aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan metode bermaian peran?
3. Bagaimana minat siswa dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan metode bermain peran?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui penyebab siswa kurang berminat dengan pembelajaran sejarah.
2. Untuk mengetahui aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan metode bermain peran
3. Untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan metode bermain peran.
Sumber: Pelatihan KTI untuk Guru SLTP dan SLTA 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...