Oleh: Ermitati
Abstrak
Bahasa dan budaya merupakan dua aspek kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan sarana untuk mengekspresikan budaya suatu bangsa. Idiom sebagai salah satu bentuk bahasa yang menyandikan sosiokultural penutur suatu bahasa.
Penelitian ini membahas bentuk-bentuk idiom dan nilai makna yang tersandi dalam masing-masing idiom bahasa Melayu Jambi. Data penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan teknik perekaman, pemancingan, dan pencatatan. Analisis data penelitian ini menggunakan teori prinsip perpaduan leksem dan teori model makna dinamis. Penelitian ini menemukan dua jenis bentuk idiom bahasa Melayu Jambi, yakni (a) paduan leksem subordinatif substantif, disebut juga paduan leksem idiomatis Tipe A, dan (b) paduan leksem subordinatif atributif, disebut juga paduan leksem idiomatis Tipe B.
Kata kunci: semantik, idiom, kontekstual, budaya, Melayu, Jambi
Abstract
Language and culture are two aspects of human life that can not be separated each other because the language is a mean to express the culture of a nation. Idiom is one of the language formst hat encodes sociocultural language speakers. This research discussed the forms and values of idiom meaning encoded in each Jambi Malay language idiom. The research data were collected through interviews by recording, provoking, and note taking technique. The data analysis used theory of lexemes compounding principle and the theory of dynamic model of meaning. This research concluded that there were two types of Jambi Malay language idiom form, namely (a) the substantive subordinative lexemes compound, called idiomatic lexemes compound Type A, and (b) attributive subordinative lexemes compound which is called idiomatic lexemes compound type B.
Keywords: semantic, idiom, contextual, cultural, Malay, Jambi
1. Pendahuluan
Penggunaan istilah bahasa Melayu Jambi dalam penelitian ini, mengacu pada bahasa Melayu yang dipakai oleh penduduk yang tinggal di Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi (Sekoja). Bahasa Melayu Jambi sangat berbeda dari bahasa Indonesia Dialek Jambi yang dituturkan oleh masyarakat Kota Jambi. Hal itu menyebabkan penduduk Kota Jambi mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang menggunakan bahasa Melayu Jambi karena banyak kosakata dan ungkapan bahasa Melayu Jambi yang tidak dipahami oleh penduduk Kota Jambi.
Setakat ini, ada asumsi bahwa penutur bahasa Melayu Jambi semakin berkurang. Asumsi tersebut muncul karena generasi muda yang berasal dari Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Danau Teluk (Sekoja) cenderung menggunakan bahasa Indonesia Dialek Jambi. Hal itu mereka lakukan karena mereka beranggapan bahwa ada kesan kampungan jika generasi muda Sekoja menggunakan bahasa Melayu Jambi. Itulah sebabnya, generasi muda Sekoja enggan menggunakan bahasa Melayu Jambi.
Di samping itu, pembauran yang terjadi antara penutur bahasa Melayu Jambi dan masyarakat Jambi yang menggunakan bahasa Indonesia Dialek Jambi juga berpengaruh terhadap kurangnya penggunaan bahasa Melayu Jambi. Hal itu diasumsikan dapat mengurangi penggunaan bahasa Melayu Jambi. Selain itu, sebagian besar generasi muda Sekoja yang menikah dengan orang luar, yang tidak mampu menggunakan bahasa Melayu Jambi, dalam berkomunikasi, cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Pasangan tersebut mengalami kendala dalam berkomunikasi jika mereka tetap menggunakan bahasa Melayu Jambi. Kenyataan itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli bahasa bahwa lama kelamaan bahasa Melayu Jambi akan punah. Oleh sebab itu, pendokumentasian bahasa Melayu Jambi perlu dilakukan. Salah satu bentuk bahasa Melayu Jambi yang perlu didokumentasikan adalah idiom bahasa Melayu Jambi.
Idiom sebagai salah satu bentuk bahasa lazim digunakan oleh penutur suatu bahasa dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Pada umumnya, idiom berbentuk gabungan kata. Akan tetapi, makna idiom tidak sama dengan gabungan makna unsur-unsur pembentuknya (Alwi dkk., 2001:417). Untuk memahami makna idiom suatu bahasa, seseorang harus memahami budaya penutur bahasa tersebut karena idiom menyandikan nilai budaya masyarakat penuturnya.
Berdasarkan kenyataan tersebut, tampak bahwa idiom merupakan bentuk bahasa yang telah diadatkan atau diresamkan, yaitu suatu bentuk bahasa yang sudah biasa digunakan dalam suatu bahasa oleh penuturnya. Orang tidak lagi dapat bertanya, misalnya, mengapa begitu artinya, mengapa begitu susunannya, atau mengapa begitu penggunaannya? Agaknya, alasan itulah yang menyebabkan para linguis berpendapat bahwa makna idiom tidak dapat diprediksi dari unsur-unsur pembentuknya.
Dari uraian di atas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pertama menyangkut pertanyaan, paduan leksem idiomatis apa saja yang terdapat dalam bahasa Melayu Jambi? Masalah kedua bertalian dengan pertanyaan, nilai makna apa saja yang tersandi dalam setiap idiom bahasa Melayu Jambi?
Berkaitan dengan itu, pembahasan dalam tulisan ini akan difokuskan pada klasifikasi idiom bahasa Melayu Jambi berdasarkan tipe paduan leksemnya dan deskripsi tentang makna yang ditimbulkan oleh penggunaan idiom dalam konteks situasional aktual. Tulisan ini bertujuan menentukan kaidah-kaidah yang mengatur tentang tipe paduan leksem idiomatis dan unsur konseptual spesifik kebudayaan yang tersandi dalam idiom bahasa Melayu Jambi.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...