Oleh: Achril Zalmansyah, Ratih Rahayu, Hasnawati Nasution
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepedulian siswa terhadap bahasa Lampung dengan menggunakannya di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa ibunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Lampung oleh siswa Lampung ketika berbicara di dalam lingkungan keluarganya mencapai angka 72,5%, hal ini berarti pemertahanan bahasa Lampung oleh siswa Kotabumi, Lampung Utara cukup baik.
Namun, ketika responden berbicara di lingkungannya adalah kurang, yaitu 45,4%. Kecenderungan responden menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari memungkinkan penggunaan bahasa Lampung semakin berkurang. Sikap bahasa siswa Lampung terhadap penggunaan bahasa Lampung adalah sangat positif. Sebagian besar responden menyatakan ingin siswa atau masyarakat Lampung mampu berbahasa Lampung dan menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari.
Kata kunci: bahasa Lampung, siswa suku Lampung, sikap bahasa
Abstract
The purpose of this research is to know the student’ care of Lampung language by using it at their daily life as their mother tongue. The research shows that the use of Lampung’s language by Lampungnese students when they spoke in their family and environment were 72.5%, It means that the preservation of Lampung’s language was quite good. However, when respondents spoke in the environment was less, 45.4%. The tendency of respondents using Bahasa Indonesia in daily life allow the use of language Lampung tend to decrease. The language attitudes towards the use of language of Lampung was very positive. Most respondents stated that mostly the teenagers or Lampung’s people were able to speak and to use Lampung’s language in their daily life.
Key words: Lampung language, Lampungnese students, language attitude
1. Pendahuluan
Bahasa Lampung dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta (5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia (Politik Bahasa, 2011:6). Dengan demikian, perlu dilakukan pemasyarakatan penggunaan bahasa Lampung sebagai bahasa asli di daerah ini. Masyarakat suku Lampung yang merupakan masyarakat bilingualisme, cenderung memiliki kemampuan menguasai minimal dua bahasa, yaitu bahasa Lampung sebagai bahasa ibu atau bahasa pertamanya dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya.
Bahasa yang digunakan masyarakat pada umumnya terdapat kecenderungan untuk menjadi superior (dominan) dan inferior (tidak dominan). Dalam hal ini terdapat kecenderungan mulai ditinggalkannya atau jarang digunakannya bahasa pertamanya, digantikan oleh bahasa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia bisa disebut superior terhadap bahasa pertama penutur, yakni penggunaan bahasa Indonesia lebih sering dan bahkan lebih dominan digunakan oleh penuturnya, terutama oleh siswa Lampung. Fenomena seperti ini amat jelas terlihat di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lampung, terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Anak muda atau siswa Lampung lebih merasa percaya diri jika menggunakan bahasa Indonesia dengan logat betawi daripada menggunakan bahasa Lampung, sebagai bahasa pertamanya.
Hal lain yang juga cukup memprihatinkan adalah kurangnya rasa bangga menggunakan bahasa ibunya, dalam hal ini bahasa Lampung dalam pergaulan sehari-hari. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kaum muda Lampung merasa tidak “pe-de” jika menggunakan bahasa ibu mereka dalam percakapan dengan temannya sesama suku Lampung. Hal ini tentu bertolak belakang dengan keinginan dan program pemerintah daerah Lampung, melalui dinas pendidikannya untuk menjadikan bahsa daerah ini sebagai bahan ajar muatan lokal, baik di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah.
Selanjutnya, gejala seperti di atas sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lingkungan perdesaan, di mana suku Lampung lebih suka menggunakan bahasa ibunya ketimbang bahasa lain yang mereka kuasai, umumnya bahasa Indonesia. Masyarakat suku Lampung, terutama anak muda atau para siswa tidak merasa malu menggunakan bahasa ibunya jika berkomunikasi dengan sesama suku Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pemertahanan bahasa Lampung oleh siswa Lampung yang tinggal di pedesaan juga perlu dilakukan sebagai salah satu upaya melestarikan bahasa Lampung sebagai salah satu aset budaya bangsa.
Masalah utama yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah apakah bahasa Lampung masih dipertahankan penggunaannya oleh kaum muda atau siswa suku Lampung di dalam berkomunikasi, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat di Lampung Utara.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa Lampung oleh siswa suku Lampung terhadap bahasa nonlampung, termasuk bahasa Indonesia, baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal penutur di wilayah Lampung Utara.
Ruang lingkup penelitian bahasa Lampung ini adalah ranah penelitian bahasa dalam lingkungan keluarga, khususnya bahasa yang digunakan oleh siswa suku Lampung di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, serta bagaimana sikap bahasa mereka terhadap penggunaan bahasa Lampung di dalam berkomunikasi dan sikap bahasa mereka terhadap pengajaran bahasa Lampung di
Hasil penelitian ini, di samping dapat menambah khazanah kepustakaan sosiologuitik, juga dapat menjadi masukan bagi pembinaan bahasa, khususnya pembinaan bahasa Lampung sebagai aset budaya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan pengajaran bahasa daerah, sebagai bahan ajar muatan lokal di tingkat sekolah dasar dan menengah di Provinsi Lampung.
Sumber: Jurnal Mlangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...