Oleh: Muhammad Irsan
Abstrak
Penelitian ini membahas fonologi bahasa Komering (BK), sebuah bahasa daerah di Sumatera Selatan. Bahasa itu dikelompokkan ke dalam kelompok bahasa Austronesia, Melayu Polinesia, dan Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan deskripsi sistem fonologi BK secara lengkap yang mencakupi pasangan minimal, klasifikasi vokal, konsonan, diftong, dan pola fonotaktiknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif. Data diperoleh dengan metode cakap dan teknik wawancara dengan menggunakan daftar kosakata dasar Swadesh sebagai pertanyaan arahan.
Semua data yang terkumpul diklasifikasi, diseleksi, dan kemudian dianalisis menggunakan teknik identifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BK memiliki empat fonem vokoid, yaitu /a/, /i/, /u/, dan/ /, sembilan belas fonem kontoid, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, //, /k/, //, //, /l/, /r/, /m/, /n/, //, //, /s/, /h/, /j/, dan /w/, serta tiga diftong, yaitu /aj/, /uj/, dan /aw/. Selain itu, penelitian ini mengungkapkan bahwa BK memiliki sembilan kaidah fonotaktik yang direalisasikan ke dalam empat struktur suku kata, yaitu kata bersuku satu (KVK), suku dua (KV-KV, VK-VK, KV-KVK), suku tiga (KV-KVK-KVK, VK-KV-KVK, KV-KV-KVK, KVK-KV-KV), dan suku empat (KV-KV-KV-KV). Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa BK tidak memiliki bunyi vokal [e, , dan ]. Hal itu menunjukkan ciri bunyi distingtif BK yang berbeda dari sistem bunyi bahasa daerah lainnya di Sumatera Selatan.
Kata kunci: sistem fonologi, pasangan minimal, vokoid, kontoid, diftong, dan pola fonotaktik.
1. Pendahuluan
Bahasa daerah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Peran penting bahasa daerah terhadap pengembangan bahasa Indonesia itu terwujud dalam bidang perbendaharaan kata, istilah, dan ungkapan.
Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki pelbagai bahasa daerah beserta dialek-dialeknya. Berdasarkan hasil penelitian Tim Pemetaan Bahasa, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selata di 228 daerah pengamatan, ditemukan 80 bahasa menurut pengakuan penduduk. Hasil analisis data terhadap 80 bahasa pengakuan itu mengungkapkan bahwa di Sumatera Selatan terdapat lima kelompok bahasa, yaitu kelompok bahasa Komering, Melayu, Bugis, Jawa, dan Bali. Dari lima kelompok bahasa itu, terdapat dua kelompok bahasa yang merupakan kelompok bahasa asli daerah Sumatera Selatan, yaitu Komering dan Melayu, sedangkan tiga kelompok bahasa lainnya, yaitu Bugis, Jawa, dan Bali merupakan kelompok bahasa yang berasal dari etnis pendatang yang mendiami beberapa wilayah di Sumatera Selatan.(Irsan,2008: 34)
Sebagai salah satu kelompok bahasa asli Sumatera Selatan, bahasa Komering tentu juga berperan dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia. Bahasa Komering mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dari bahasa-bahasa dan dialek-dialek lainnya di Sumatera Selatan. Perbedaan itu tidak hanya dalam bentuk kosakata, tetapi juga dalam struktur dan intonasinya. Setakat ini, bahasa Komering masih digunakan secara aktif oleh penuturnya, yakni suku Komering dalam komunikasi sehari-hari. Selain menguasai bahasa Komering sebagai bahasa ibu, suku Komering juga dapat berbahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dalam komunikasi antarsuku di Sumatera Selatan. Selain itu, mereka juga mampu berbahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa pengantar di tingkat nasional.
Para ahli bahasa telah mengelompokkan bahasa Komering ke dalam rumpun bahasa Lampung karena memiliki banyak kesamaan dengan bahasa itu. SIL (2006:73) menyatakan bahwa bahasa Komering termasuk ke dalam kelompok bahasa Austronesia, Melayu Polinesia, Lampung, dan Pesisir. Menurut SIL, bahasa Komering memiliki persentase kesamaan leksikal dengan Kalianda sebesar 70% dan dengan Sungkai sebanyak 74%. SIL memperkirakan jumlah penutur bahasa Komering sebanyak 20.000 orang yang tersebar di Sumatera sebelah tenggara, Martapura, Kangkung, Kayuagung, bagian timur ke arah pantai, dan Jakarta.
Sartika, dkk. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Lokabasa Sumatera Selatan” mengungkapkan bahwa penggunaan bahasa Komering di Sumatera Selatan tersebar di tujuh daerah pengamatan. Dalam hasil penelitian itu, Sartika, dkk. menjelaskan bahwa bahasa Komering memiliki dua dialek, yaitu dialek Pulau Negara di Kabupaten OKU Timur dan OKU Induk, serta dialek Aji di Kabupaten OKU Selatan. Dialek Pulau Negara ditemukan di tiga daerah pengamatan di Kabupaten OKU Timur, yakni Desa Sriwangi, Tanjung Raya, dan Pulau Negara dan tiga daerah pengamatan di Kabupaten OKU Induk, yakni Desa Campang Tiga, Sukaraja, dan Baru Raja Bungin. Sementara itu, dialek Aji hanya ditemukan di satu daerah pengamatan, yakni Desa Negeri Batin. Menurut Sartika, dkk., jumlah penutur bahasa Komering di tujuh desa itu berjumlah sekitar 12.000 orang.
Sementara itu, Melalatoa (1995:415-416) menjelaskan bahwa bahasa Komering digunakan oleh suku Komering yang bermukim di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan Ogan Komering Ilir (OKI) dan memperkirakan jumlah penuturnya sebanyak 150.000 orang. Menurut Melalatoa, bahasa Komering memiliki ciri-ciri yang berbeda dari ciri bahasa daerah yang termasuk ke dalam kelompok bahasa Melayu lainnya. Mengutip penelitian yang dilakukan oleh Z.A. Aliana dan A.B. Suan, Melalatoa mengungkapkan bahwa wilayah pemakaian bahasa Komering mencakup beberapa kecamatan di kedua kabupaten itu, yakni Kecamatan Cempaka, Buay Madang, Belitang, Simpang, dan Martapura di Kabupaten OKU serta Kecamatan Tanjung Lubuk di Kabupaten OKI.
Informasi-informasi yang dikemukakan oleh para peneliti tersebut sejalan dengan informasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dalam laporan kependudukannya yang berjudul Profil Sumatera Selatan. Dalam laporan itu, diungkapkan bahwa penduduk asli suku Komering mendiami wilayah Kabupaten OKU Induk, OKU Timur, dan OKU Selatan. Sebagian besar wilayah-wilayah itu memang didiami oleh suku Komering. Selain itu, pengelompokan bahasa Komering ke dalam bahasa Lampung tampaknya berkaitan dengan informasi tentang sejarah nenek moyang suku Komering yang diyakini oleh sebagian masyarakat berasal dari Lampung.
Penelitian terhadap bahasa Komering telah beberapa kali dilakukan. Penelitian-penelitian itu mengungkapkan struktur, morfologi verba, reduplikasi, sastra lisan, dan dialek bahasa Komering. Sementara itu, penelitian ini terpumpun pada kajian fonologi. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi tentang sistem fonologi bahasa Komering yang distingtif yang dilakukan berdasarkan analisis kosakata dasar Swadesh. Di samping itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengkaji hubungan dan perbandingan antarbahasa serta dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan khazanah studi ilmu linguistik di Indonesia. Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada sistem fonologi bahasa Komering yang mencakupi pasangan minimal, klasifikasi vokal, konsonan, diftong, serta pola fonotaktiknya. Terkait dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara lengkap tentang sistem fonologi bahasa Komering.
Sumber: Jurnal Mlangun
Assalamualaikum..
BalasHapusKak, apa boleh saya minta versi lengkap pdfnya? Soalnya saya sudah mencari-cari tetapi belum menemukan file lengkapnya. Saya sangat butuh untuk keperluan tesis saya. Terima kasih.
Kak, boleh saya mintak yang pdfnya
BalasHapusAssalamualaikum..
BalasHapusKk, bolehkah saya mintak file pdfnya?
Kk boleh gak mintak versi pdfnya
BalasHapus